09 | Escape Plan

751 92 36
                                    

"Wanna play the game, sweetheart?"
—Jeon Jungkook

***

Sudah cukup lama Lana berbaring di lantai ketika pintu kamar itu diketuk. Lana tak menghiraukan, itu pasti Dewi. Lagipula wanita itu akan masuk sendirinya tanpa disuruh. Seperti biasa.

"Miss Claretta, bukankah anda bilang ingin makan di meja makan?"

Lana sontak terduduk mendegar pertanyaan Dewi dari luar. Ternyata wanita itu tidak masuk. Ia terdiam sejenak, bukankah tadi pria itu tidak mengizinkannya? Namun, dengan cepat digelengkannya kepala, tidak, ia tidak peduli. Yang terpenting sekarang ia memiliki tiket keluar dari kamar sialan ini.

Sebuah gagasan tiba-tiba terbesit di benak Lana. Ini yang seharusnya ia lakukan sejak kemarin.

"Dewi, bisakah kau membantuku?"

"Tentu, Miss."

Setelah mendapat sahutan dari Dewi, Lana segera beranjak. Melepas paksa jarum infus di tangannya hingga mengeluarkan darah dan membawa serta tiangnya untuk pergi ke kamar mandi. Ia kemudian bersembunyi di balik pintu kamar mandi yang dibiarkan terbuka.

"Aku tak bisa menemukanmu, Miss," ujar Dewi setengah berteriak.

"Aku di sini," timpal Lana.

Seperti apa yang sudah diperhitungkan Lana, tepat ketika Dewi masuk sedikit ke dalam, ia melompat keluar. Secepat yang ia bisa menutup pintu kemudian menguncinya dari luar.

"Maafkan aku," lirih Lana sebelum akhirnya berlari menuju pintu.

Dan seperti dungannya, ketika Dewi berteriak dari dalam kamar mandi, dua pengawal yang berada di depan pintu bergegas masuk. Saat itulah pintu terbuka, dan Lana segera menggunakan kesempatan itu untuk kabur. Tak lupa ia mengaitkan handle pintu dengan tiang insfus untuk menahan orang-orang itu sedikit lebih lama di dalam sana.

Namun, Lana tidak bisa secepat itu untuk menghela napas lega, ketika ia harus dihadapkan pemandangan interior rumah yang sangat luas dan mewah. Lana bahkan sempat terpana karenanya. Kamar ini terletak di lantai dua dan Lana lebih memilih menggunakan tangga daripada elevator. Tidak ada yang tahu ia akan bertemu siapa di sana dan yang pasti ia tidak akan bisa melepaskan diri jika terjebak di kotak besi itu.

Belum cukup sampai di situ, ketika sampai di lantai satu, Lana harus dibuat bingung dengan luasnya rumah. Entah ini masih bisa disebut rumah atau istana. Tempat ini terlalu luas dengan tiang-tiang raksasa menjulang hingga langit-langit. Terlalu banyak ruangan terbuka dengan keca di sana hingga membuat Lana kesulitan harus ke mana. Di tengah kemelut di kepalanya, Lana melihat beberapa pengawal berlarian  menaiki tangga sambil menyahuti earpiece yang terpasang. Untunglah saat itu, Lana bisa cepat menyembunyikan diri. Dengan gemetar dan napas memburu, Lana bersembunyi di balik salah satu sofa di sana.

Setelah mengintip takut-tajut ke atas serta sekeliling rumah, barulah Lana keluar dari tempat persembunyiannya. Ketika dirasa sudah aman, Lana berlari tertatih menyeret kakinya menyeberangi ruang. Melewati lorong ke arah pengawal-pengawal tadi datang. Ia yakin di sanalah pintu keluarnya. Dan benar saja,  Lana hampir memekik penuu rasa syukur ketika menemui dua daun pintu besar berdiri kokoh di depannya.

Namun, belum sempat Lana membuka pintu dengan sempurna, pintu itu telah lebih dulu di dorong dari luar. Refkeksnya yang belum siap, membuat kening Lana menubruk dada sesorang di depannya dan seketika tubuhnya jatuh ke lantai.

"You okay, Miss?"

Sebuah suara berat menarik perhatian Lana. Pada lengan dengan ruas jari panjang yang tengah terulur padanya. Milik seorang pria dengan wajah paling tampan yang pernah Lana lihat. Untuk beberapa saat Lana hanya mampu terpana seperti orang bodoh di tempatnya.

"Kau butuh bantuan?" Taehyung menatap bingung Lana yang masih terduduk di lantai, tapi tangannya masih setia menunggu untuk digapai gadis itu.

Pertanyaan Taehyung membawa kembali kesadaran Lana. "Tidak, aku tidak apa-apa.  Uhm.. Maksudku.. " Ia akhirnya menerima uluran tangan Taehyung, "terimaksih."

Lana masih berdiri kikuk di depan Taehyung ketika pria itu berkata, "Jadi kau gadis itu?"

"Euh?" Mata almond Lana membulat dengan bibir terbuka.

"Taehyung," Taehyung mengulurkan tangan sekali lagi pada Lana.

Lana sudah akan menyambut uluran tangan Taehyung, jika saja ia tidak ingat tujuan awalnya. Walau sebenarnya Lana amat tergoda dengan ajakan saling mengenalkan diri dari Taehyung. Namun, ini bukan waktunya memperkenalkan diri. Ia akhirnya mengabaikan tangan itu, sambil meliarkan pandangan ke sekitar, dan berlari menuju pintu gerbang yang jaraknya sekitar dua puluh meter dari pintu utama.

"Gadis aneh. Apa dia sedang melarikan diri dari sesuatu?" gumam Taehyung bingung.

"Itu dia!"

Pertanyaan Taehyung langsung terjawab ketika beberapa pengawal berdatangan dari segala penjuru rumah. Membuat Taehyung menyunginggangkan senyum miring, "Ternyata dia memang sedang melarikan diri," ucapnya sambil melihat tubuh Lana yang semakin mengecil ditelan jarak.

Taehyung sudah menyandarkan diri ke pintu, menonton dengan penasaran adegan kejar-mengejar di depannya ketika sebuah mobil Mercedes Benz meniti masuk halaman.

"Let's play the game."

***

Tidak mudah bagi Lana mencapai pintu gerbang. Selain karena tubuhnya sudah luar biasa lemas, ia juga dipaksa berlari dengan bertelanjang kaki. Belum lagi di belakang sana sudah banyak pengawal yang mengejarnya. Pintu gerbang setinggi kira-kira tiga meter itu sudah di depan mata dan itu artinya ia akan segera bebas.

Namun, sepertinya Lana terlalu cepat mengambil kesimpulan. Bahwa setiap pelarian, tidak pernah ada yang terlalu mudah. Nyatanya, Lana tidak memperhitungkan sama sekali jika pintu gerbang raksasa itu akan dikunci dengan keamanan tinggi. Pintu itu hanya bisa dibuka oleh sistem operasional dari pos penjaga. Tidak ada yang bisa Lana lakukan, jalannya buntu dan ia sudah dikepung di sana-sini.

Akhirnya yang bisa Lana lakukan hanya mengerang marah sambil menendang-nendang pintu gerbang besi itu. Sampai kedua tangannya dipegang bodyguard Lana sudah tidak terkejut. Ia sudah terlalu lelah untuk melawan.

"Anda tidak seharusnya kabur, Miss Claretta," ucap Dewi begitu sampai di depan Lana.

"Kau benar, aku seharusnya jadi jalang penurut yang merangkak di bawah kaki majikan sialan kalian itu!" maki Lana.

"Bawa dia!" perintah Dewi.

Kaki Lana sudah mengambang diudara akibat lengannya yang diangkat di kanan-kiri, ketika pintu gerbang itu terbuka. Dan sebuah mobil Mercedes Benz hitam melaju santai lalu berhenti di depannya.

Jungkook yang hari ini tidak menggunakan supir turun dari kursi pengemudi. Di balik kacama hitamnya, tersembumyi tatapan marah siap meledak. Namun, pria itu tetap melangkah santai mendekati Lana.

"Punya cerita apa kita hari ini?" sidir Jungkook.

"Maaf, Sir, kami lengah," Dewi membungkuk.

Jungkook mengangkat sebelah tangan tanda ia tidak perlu permintamaafan Dewi. "Gadis ini yang seharusnya minta maaf," Jungkook mengangkat dagu Lana yang langsung di tolak gadis itu dengan memutar wajah.

"Wanna play the game, sweetheart?"





TBC...

Annyeong yorobun👋

Apa kabar yang baca? Ada cerita apa hari ini? Kalau aku masih kesel karna nungguin tukang empek-empek yang nggak lewat huhu—aku tau itu nggak penting.

Adakah yang masih baca ini? Maaf banget baru bisa up lagi, udah berapa hari ya? Lupa aku juga.

Sebernya mau double update, tapi masih wacana, nggak tau kekejar atau enggak sebelum kalian tidur, tapi akan aku usahakan. Wish me luck.

So ya, really hope to see you in the next part. Next part yang mungkin ada part... Ehem😏

With love, N💜

THE WATCHERWhere stories live. Discover now