19 | Hopeless

627 78 65
                                    

Maaf kalau banyan typo, belum sempet edit soalnya🙏 Enjoy your dessert.

÷÷÷÷÷÷÷

"Ambil apapun yang kau inginkan dariku. Aku bahkan tidak peduli jika harus mati membusuk dalam genggamanmu."
—Alana Claretta.


***

Jungkook melonggarkan dasi dengan gusar begitu menginjakkan kaki di rumahnya siang itu. Sejak subuh ia sudah berada di kantor dan tubuhnya belum sempat beristirahat sejak itu. Ia butuh sedikit meluruskan tulang belakang dan kantor sama sekali bukan tempat yang tepat untuk itu. Di saat pekerjaan yang belum terselesaikan menumpuk memanggil untuk diselesaikan, ia tidak bisa hanya menutup mata. Itulah masalah Jungkook sejak dulu. Sulit berhenti jika sudah memegang sesuatu sampai itu benar-benar selesai dengan tangannya.

Namun, begitu mendorong pintu kamar, lelah dan keinginan untuk beristirahat itu menguap seketika. Seseorang sudah mengambil tempatnya lebih dulu. Mungkin gadis itu lupa jika tempatnya di sebelah kanan, bukan kiri. Pemandangan yang menarik.

Jungkook berjalan mendekat. Sengaja memelankan suara langkahnya. Diperhatikannya Lana yang tengah berbaring. Menyerngit heran saat menyadari penyejuk ruangan yang tidak menyala, sedang gadis itu menyelimuti tubuh hampir mencapai dagu, ditambah gorden yang terbuka lebar. Ada kernyitan halus pada dahi gadis itu, serta bulir-bulir keringat terlihat mulai membasahi anak rambut. Jungkook menarik gorden hingga sempurna tertutup, lalu kembali pada wajah Lana. Namun, kernyitan tak nyaman itu masih menetap di sana. Sampai Jungkook menyingkiran rambut yang menusuk kelopak mata gadis itu barulah kerutan itu menghilang sempurna.

Segaris senyum tipis itu hadir tanpa Jungkook sadari. Hampir menjadi kekehan jenaka jika saja ia tidak bisa menahannya saat menyadari betapa lurus dan kakunya posisi Lana tidur. Ia nyaris percaya jika gadis itu bahkan menahan napasnya saat ini. Membuat siapa saja yang melihatnya dapat mengetahui jika gadis itu tengah berpura-pura.

"Entah kenapa kau harus mengenakan selimut, jika akhirnya akan kepanasan," nada suara mengejek itu sama sekali tidak bisa Jungkook sembunyikan.

Setelah menghidupkan AC, Jungkook berlalu menuju ruang kerja. Jika lebih lama sedikit lagi, ia takut Lana akan lupa cara bernapas.

Menyerngit, Jungkook menatap heran pada kotak berwarna merah jambu yang terletak di atas meje kerja miliknya. Ia tidak ingat akan berulang tahun dalam waktu dekat. Kalaupun iya, ia tidak pernah membiarkan siapapun memberinya kado seperti itu. Dan satu yang pasti, tidak ada siapapun yang punya akses ke ruang ini tanpa seizinnya.

Begitu membuka kotak itu, Jungkook tidak terkejut jika sampai menemukan pisau berdarah atau bahkan bangkai kelinci, hal itu sudah biasa baginya, mengingat berapa banyak orang yang tidak menyukainya di luar sana. Namun, yang membuat rahangnya mengeras saat ini, ialah ketika ia menemukan foto Lana di sana dengan sebuah surat berdarah. Jugkook segera meremas kertas itu, memasukkannya kembali ke dalam kotak dan tanpa membuang waktu, melemparkannya ke dalam kotak sampah. Sebelum akhirnya melangkah pergi setelah menempelkan ponsel ke telinga yang panggilannya langsung dijawab pada deringan pertama.

"Ada yang menyusup ke ruangannku."

***

Sedang di luar sana, di balik kaca sebuah mobil jeep yang di beberapa bagian cat biru elektriknya mulai mengelupas dan berkarat, sepasang mata menikmati dalam tawa puas apa yang bisa ditangkap kamera pengintai yang ia pasang. Bagaimana Jungkook cukup kuawalan menangani 'hadiah'nya kali ini. Tidak sia-sia ia melibatkan gadis itu.

Sebuah senyum manipulatif mengembang, bersamaan setelah asap rokok mengepul melalui mulut serta hidungnya. Mengingat sebuah 'bom besar' sudah dalam genggamannya dan siap meledak kapan saja. Hanya butuh beberpa langkah lagi, maka Jungkook akan hancur di tangannya.

THE WATCHERWhere stories live. Discover now