Chapter 8 - 갑자기

1.9K 141 3
                                    

4:00 pm

Calling

"Yeoboseyo." Kata seorang di seberang sana. Sebenarnya aku tak ingin melakukan hal ini. Tapi setelah dipikir-pikir, daripada nanti aku melampiaskan amarahku kepadanya lebih baik kubatalkan saja.

"Halo. Maaf aku tak bisa menepati janjiku, Oppa. Aku sedang tak enak badan. Mungkin terlalu lelah tadi." Kataku bohong.

"Wae? Sakit apa? Panas? Batuk? Perlu kubawakan makanan yang kau inginkan? Kau ingin makan apa?" Tanyanya bertubi-tubi. Lama-lama aku jadi tak tega kepadanya

"Ani. Aku hanya tak enak badan. Yasudah aku tutup telfonnya ya, Oppa. Maaf Oppa." Kataku sembari menutup telfon.

Maafkan aku Oppa. Aku tak bermaksud untuk berbohong. Aku hanya lelah. Lelah mengharapkan sesuatu yang lebih dari itu. Yasudahlah lebih baik aku istirahat saja.

Beberapa jam kemudian, aku merasakan ada tangan yg memegang erat tanganku. Aku pun kaget, mengingat ini adalah kamarku. Tak mungkin itu Young Jae Oppa. Karena dia tak mungkin melakukan hal ini.

Setelah sadar siapa orang itu, aku pun menjadi merasa bersalah karena telah berbohong kepadanya.

"Jungkook Oppa?" Kataku dengan menepuk bahunya agar dia terbangun.

"Ehm?" Katanya dengan suara yang serak khas seorang pria baru bangun dari tidur panjangnya.

"Eun Ra, kau baik-baik saja? Mau aku ambilkan sesuatu?" Tanyanya cemas.

"Tidak perlu. Kapan Oppa sampai di sini?" Tanyaku penasaran

"Sekitar 2 jam yang lalu. Kata nenek kau tertidur dengan pulas. Sekarang nenek sedang membeli bahan makanan untuk buburmu. Jadi aku yang menjagamu daritadi." Katanya. Benar-benar tersentuh aku mendengarkan hal yang dia katakan. Oppa, Mianhae.

"Oppa, maaf aku jadi merepotkanmu." Kataku.

"Tidak apa-apa sudahlah istirahat lagi. Nanti jika buburnya sudah jadi, akan kubangunkan lagi." Katanya.

"Tak apa, Oppa." Kataku.

"Eun Ra? Apa kau masih marah denganku?" Tanyanya secara tiba-tiba. Deg. Sudah pasti aku kelihatan sekali seperti seorang perempuan yang mengejar seorang laki-laki untuk mencintainya juga. Sangat memalukan.

"Tidak Oppa. Buat apa aku marah kepadamu. Kau orang yang sangat baik." Kataku.

"Sudahlah jika karena kejadian tadi, aku tak sengeja memanggil fans itu Sewon. Pasti kau marah kepadaku karena takut imageku jelek di depan umum gara-gara memanggil fams dengan nama mantanku sendiri kan?" Tanyanya.

Tidak Oppa, ini mengenai perasaan bodohku kepadamu. Aku benar-benar bodoh sampai terbawa suasana seperti itu.

"Ah itu. Ya oppa. Lain kali kau harus berhati-hati. Banyak ada paparazi yang siap menjatuhkanmu. Kau harus lebih berhati-hati Oppa." Kataku.

"Ne. Terima kasih ya, fansku ini setia sekali." Katanya.

Fans? Aku tidak pernah mengatakan kalo aku ini fansnya. Dari mana dia tahu hal itu? Aish. Apa ini ulah V? Oppa itu kenapa harus membeberkan tentang hal itu sih

"Hahaha. Oppa bisa saja." Kataku.

Tok tok tok

"Ini bubur untuk kalian berdua. Dimakan ya. Nenek sudah susah-susah membuatkannya. Buburnya nenek taruh di meja ya. Ingat dimakan sampai habis." Kata nenekku seperti memberikan makananan kepada anak kecil berumur 5 tahun.

"Ya nek kami tahu. Tak usah dijelaskan lagi. Hahaha." Kataku sambil tertawa terbahak-bahak.

"Ne. Jungkook, tolong jaga cucuku ini ya nenek harus menghadiri acara di tetangga sebelah mereka sedang syukuran. Tak enak rasanya jika nenek tak berkunjung ke sana. Tak apa kan Jungkook?" Tanya nenek.

"Aish nenek. Aku bukan anak kecil lagi Ak.." Kataku belum selesai.

"Ya nek, akan kujaga cucu tersayang nenek ini. Hati-hati ya nek." Kata Jungkook Oppa memotong perkataanku.

Setelah nenek pergi, aku pun memulai perdebatanku dan Jungkook Oppa. Apalagi kalau bukan untuk menyuruhnya kembali ke dorm namun dia tetap menolaknya. Keras kepala sekali kakak tampan satu ini.

"Yasudah daripada berdebat begini, aku suapi kau bubur ya." Katanya seperti perintah.

"Ne." Kataku.

Ketika buburku habis, dia pun dengan lahap menghabiskan bubur yang dibuatkan nenek untuknya. Setelah itu, kami pun berbagi cerita, bagaimana masa predebutnya, bagaimana dia mengatur jadwalnya, bagaimana hubunganku dengan orang tuaku, bagaimana aku dan kakakku di rumah, dan masih banyak lagi

Tak terasa hari semakin malam, nenek juga sudah pulang satu jam yang lalu. Jadi aku memintanya untuk kembali ke dorm agar dia bisa beristirahat untuk latihan panjangnya esok hari.

"Oppa, tak apa. Pulang saja, aku bukan anak kecil lagi. Aku juga jadi tak enak dengan member yang lain jika kau terus-terusan disini. Lagipula nenek sudah pulang kan." Kataku.

"Yasudah, kau jangan tidur terlalu malam ya. Jangan sering-sering diam di balkon saat malam hari. Kata nenek kau sering melakukan hal itu. Jaga kesehatanmu. Sekarang musimnya db. Ingat itu." Katanya mengingatkanku untuk menjaga kesehatanku. Benar-benar kekasih idaman sekali pria satu ini.

"Ne Oppa. Terima kasih ya Oppa." Kataku.

Tiba-tiba tangannya mengelus rambutku, benar-benar diluar dugaanku.

"Jalja, Eun Ra-ya." Katanya. Sambil. Memberikan. Kecupan Di kepalaku.

DAEBAKKKK. WAH.

"Pipimu sangat cepat memerah ya Eun Ra. Yasudah, aku pamit dulu ya." Katanya meledekku sembari meninggalkanku yang mematung karena ulahnya.

Kenapa kau melakukan hal ini Oppa? Wae? Wae? Jantungku benar-benar berdegup kencang, seperti ada kupu-kupu yang sedang berterbangan. Aku dapat merasakan wajahku sudah sangat panas. Kenapa udara malam ini menjadi begitu panas?

OPPA WAE?!

.

.

.

.

Maaf kalo masih ada typo, atau rada ngga nyambung. Maklum masih amatiran. Inget Vote kalo kalian suka ceritaku ya....

.

.

.

Tunggu next chapternya ya chingu, SARANGHAE

BLOOD, SWEAT, AND TEARWhere stories live. Discover now