Thanks #2

78 5 0
                                    


Andika yang mendengarnya langsung mematung dan kehilangan kata-kata seketika. Dia syok akan kenyataan itu. Dasar cowok lemot! Masa' kau enggak sadar dari dulu, sih!

"Kau menolakku pun tak apa. Aku mengatakannya hanya supaya bisa mengakhiri perasaan ini dan mencari cinta yang baru. Jujur saja, aku sangat bersyukur pernah mencintaimu," kata Elsa dengan tampang super ceria.

"Jangan bilang begitu, dong, bodoh!! Kalau begitu, buat apa kau mengatakan hal tadi?" batinku dengan sangat kesal.

Andika hanya diam dan menatap lurus pada Els. "Maaf. Tapi, selama ini aku hanya menganggapmu sebagai adikku," balas Andika dengan sedih dan penuh penyesalan. Dia sepertinya langsung sadar betapa dia sudah sering menyakiti perasaan sahabat yang sangat disayanginya itu.

Elsa terdiam. Aku tau, sebenarnya Elsa terkejut mendengarnya meski dia sudah memperhitungkannya. Tapi, gadis tegar itu berhasil menutupi keterkejutannya, tetap tersenyum, dan berkata dengan senyuman yang membuatnya sangat berkilauan, "Tak apa. Yang penting aku sudah mendengar jawabanmu. Terimakasih masih menyayangiku, meski pun hanya sebagai adik".

"Kau kebiasaan, deh. Selalu saja memasang ekspresi begitu," kata Andika dengan kesal. "Kalau kau sedih, menangislah. Kalau senang berbahagialah. Memang ada untungnya terus menahan diri seperti itu?"

Elsa yang mendengar itu langsung tumpah air matanya dan dia menangis tersedu-sedu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Yah, bagi siapapun, ditolak tentu saja akan membuat hati sakit. Bahkan untuk seorang gadis tegar tanpa celah seperti Elsa. Tanpa pikir panjang, aku langsung menghampiri mereka berdua.

"Maaf, ya, aku melihat semuanya," kataku dengan sok tidak bersalah, padahal aku sangat merasa bersalah sudah berlaku tidak sopan seperti itu. "Elsa, cepat cuci muka dulu, sana. Wajahmu jadi kusut, tuh".

Dengan langkah gontai, Elsa pergi ke toilet untuk mencuci wajahnya yang mulai lembab karena air mata. Aku dan Andika pun ada di sana sendirian.

"Hei, kau suka pada Arianna, 'kan?" tanya Andika padaku, sama sekali membuatku tidak terkejut.

"Iya, sedalam rasa cintanya Elsa padamu. Tapi, aku tau. Sama seperti yang dialami Elsa, aku tak akan bisa menggapainya," balasku dengan tenang.

"Sekarang aku sudah menolaknya. Kemungkinan besar dia akan menyerah untuk tetap mengejarku. Kau punya kesempatan besar untuk mendapatkannya," balas Andika, memberiku saran.

"Iya, aku tau. Aku pasti akan melakukannya di kelas dua nanti. Rasanya kurang ajar aku langsung menyatakan perasaan pada dirinya yang baru saja merasa sakit karena kau tolak. Lagipula, aku harus putus hubungan dulu dengan pacarku," sahutku, menyetujui sarannya.

"Kau punya pacar baru?!" seru Andika terkejut, dia sangat syok mendengarnya.

"Memangnya kenapa?" tanyaku balik dengan heran sambil mengernyit.

"Apa bagimu pacaran itu hal yang sebegitu sederhana?" tanya Andika, masih dengan nada tidak percaya.

"Begini-begini, aku sudah punya banyak mantan pacar. Segala jenis gadis sudah pernah kutaklukkan. Baru kali ini aku merasa serius ingin menaklukkan hati seorang gadis. Yah, Elsa lah gadis itu," jawabku dengan enteng.

Andika tersenyum kepadaku. "Reita, asal kau tau, di mataku, Arianna itu seperti seorang malaikat yang luar biasa. Jika dia serius, mati pun akan dia jalani. Maka dari itu, aku yang meski dikatai sempurna oleh banyak orang merasa tidak pantas berdiri di sampingnya. Aku memilih pergi ke sekolah yang jauh dari Arianna sebenarnya bukan untuk mengikuti Maya, aku hanya ingin sahabat baikku itu juga kenal dengan dunia. Selama ini, dia terus terikat denganku sampai lupa dengan sekitarnya. Aku berharap, dengan hidup terpisah, dia bisa menemukan banyak orang yang mungkin lebih baik dariku. Syukurlah ya, dia bertemu cowok sepertimu," cerita Andika dengan senang kepadaku.

Aku merasa sangat ringan melihat senyumannya kala itu. "Aku juga merasakan hal yang sama. Aku bersyukur Elsa punya teman yang perhatian sepertimu. Dia terus-terus saja bercerita tentangmu. Elsa benar-benar menyukaimu, ya. Meski kadang orang yang disayangi Elsa itu tidak pekanya kelewatan banget," balasku dengan sedikit sindiran.

"Reita, ayo pulang!" seru Elsa tiba-tiba membuat aku dan Abiko sama-sama terkejut. Aku pun segera membereskan barangku dan menyusul Elsa.

"Sampai jumpa lagi, ya, Andika," pamitku pada Andika dengan perasaan lega.

"Iya. Sampai jumpa lagi. Pastikan kau benar-benar menepati janjimu, ya!" balas Andika dengan tatapan iseng.

"Janji apa yang kalian maksud?" tanya Elsa dengan penasaran pada kami sambil melempar tatapan curiga.

"Bukan apa-apa, kok," balasku dan Andika, hebatnya secara kompak.

A Fake RelationshipHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin