Fool Memories #1

185 9 0
                                    

Mulai hari ini, aku dan Elsa adalah sepasang kekasih BOHONGAN. Entah hanya perasaanku atau kenyataannya begitu, sepertinya hanya aku yang merasakan grogi sebagai pasangan baru. Padahal, biasanya aku tidak merasakan hal seperti ini ketika pacaran dengan cewek lainnya.

"Kau jatuh cinta dengan Elsa."

Kata-kata dari Karl kembali melayang di kepalaku. Benar, Karl. Rasanya, dia adalah cinta pertamaku. Mungkin kesannya aneh karena aku yang luar biasa keren dan populer di sekolah ini bisa-bisanya belum pernah merasakan cinta. Jangan tanya padaku, karena aku sendiri juga bingung. Elsa sendiri rasanya juga tidak tau kalau aku menyukainya.

Seharian ini aku terus memikirkan alasan kenapa aku bisa suka dengan gadis itu. Tidak bisa. Aku tidak bisa menemukan alasan pastinya. Tapi, dia selalu penuh rahasia. Dia tidak ingin ada seorang pun yang tau rahasianya tapi ingin ada seseorang, seorang saja yang tau rahasianya supaya dia tidak terlalu menanggung beban yang berat.

"Reita?" suara lembut gadis yang kusukai serasa menarikku kembali ke dunia nyata.

"A-ada apa, Elsa?" sahutku balik.

"Apa kau tak suka makanannya? Kalau memang begitu, letakkan saja, jangan dimakan. Memaksakan diri seperti itu tidak baik, lho," nasihat Elsa dengan lembut.

"Maaf, aku hanya memikirkan sesuatu," balasku. "Ngomong-ngomong, kayaknya enggak usah sampai segininya dong," pintaku dengan nada lirih padanya.

Sekarang, kami sedang makan siang bersama di kelas Elsa, kelas 1-1. Ini pun atas ajakan Elsa. Sedari tadi, sejak aku masuk kelas, semua orang menatap kami dan berbisik satu sama lain. Aku sangat terganggu sampai-sampai tidak bisa menikmati makananku dengan nyaman.

"Sebenarnya tidak, sih. Ini hanya sekedar pembuktian bahwa kita adalah sepasang kekasih," balas Elsa, dengan bisikan juga.

Aku kaget mendengarnya. "Ternyata murid teladan di sekolah juga bisa bicara dengan nada ketus begitu," komentarku dengan wajah datar.

"Eh!" seru Elsa kaget sambil menutup mulutnya dengan ekspresi tidak percaya. "Ku-kumohon, jangan beritau siapapun tentang ini," pintanya padaku.

Aku kebingungan melihat sikapnya. Kenapa dia sampai setengah mati meminta padaku supaya tidak membicarakan pada orang lain tentang nada ketusnya barusan?

"Iya, tenang saja. Itu bukan masalah besar, kok," kataku masih dengan sedikit heran. "Ah, apa hari ini aku boleh mengantarmu pulang?" tanyaku dengan bersemangat.

"Iya," balas Elsa membuatku sangat senang. "Tapi, tidak sampai rumah, ya," lanjutnya yang membuatku serasa tertimpan batu.

"Baiklah, terima kasih," kataku walau dengan sedikit sakit hati. "Hei, boleh aku tau kenapa aku tidak boleh mengantarmu sampai rumah? Sejak kita pertama kali dekat, kau selalu menolaknya," tanyaku dengan nada kesal.

Elsa diam sejenak. Wajahnya mengekspresikan dirinya yang sedang berpikir keras mencari jawaban. "Maafkan aku. Aku hanya tidak mau ada orang yang mengenalku lebih dekat daripada Shena. Jadi, aku tidak mengizinkan siapapun mengetahui rumahku ada dimana," kata Elsa dengan sedikit sedih.

"Shena itu siapa?" tanyaku secara terus terang.

Elsa kaget mendengar pertanyaanku itu, kali ini lebih kaget daripada yang sebelumnya. "Dia teman baikku," jawab Elsa dengan berat hati. Aku bisa mendengar suara tercekatnya.

"Apa dia adalah orang yang kamu suka?" tanyaku lagi.

Tiba-tiba saja pandangan Elsa menatapku lurus dan tajam ke arahku. "Bisa berhenti melempariku dengan pertanyaan? Berhenti lakukan itu atau kalau tidak aku akan melemparmu keluar lewat jendela," ancamnya.


NB: Maaf sebelumnya bagian ini terhapus karena ada sedikit masalah dengan penulisnya ^^ 

A Fake RelationshipOù les histoires vivent. Découvrez maintenant