SMA Sakura

592 17 4
                                    

Wangi dari daun dan bunga sakura memenuhi kota lewat hembusan angin. Dengan rasa penuh percaya diri aku pergi memasuki sekolah. Sapaan heboh dari semua orang menggema di penjuru ruangan yang kulewati.

"Arya, selamat pagi!" sapa seorang gadis kepadaku dengan genit, itu Lisa. Dia adalah seorang gadis dari kelas 1-2, sekelas denganku. Dia cantik karena dandanannya dan cukup terkenal di kalangan anak cowok karena sikap menggodanya.

"Ah, pagi juga, Lisa. Bedakmu tebal sekali seperti biasanya, ya," balasku.

"Kau memperhatikanku sekali, sih!" katanya senang sambil menyenggol bahuku. "Mumpung ini hari Sabtu, pulang nanti pergi ke karaoke bersamaku, yuk! Aku akan mengajak banyak anak cewek dan kau juga boleh mengajak temanmu. Nanti biar aku yang membayar. Bagaimana?" tawar Lisa.

"Boleh, deh," sahutku.

Lisa sangat senang. "Jangan lupa, ya! Sepulang sekolah, lho! Aku mencintaimu, Arya!" seru Lisa dengan penuh semangat lalu berlari pergi menuju kelas. Apa-apaan, sih, cewek itu. Padahal kita tidak berpacaran dan aku juga tidak menyukaimu. Seenaknya saja memperlakukanku seperti milikmu saja.

"Yo, Reita!" sapa seorang pemuda yang tubuhnya jakung dan kekar. Dia temanku, Karl Lenway.

"Hai, Karl," balasku sambil tersenyum.

"Hari ini pun kau diserbu si Lisa, ya," tegur Karl. Aku hanya mendesah.

Hai, namaku Arya Reita. Para gadis memanggilku Arya, itu pun atas perintahku. Sementara teman cowokku memanggilku dengan nama Reita dan itu kuberi kebebasan memanggil. Kata banyak orang dan menurutku sendiri, penampilanku keren banget. Enggak ada cewek yang menolakku. Yang ada merekalah yang mengejarku. Tapi, dari mereka semua tak satupun ada yang berhasil merebut hatiku.

Lewati saja bagian ini. Waktu terus berputar hingga akhirnya sampai pada waktu pulang. Sesuai janjiku dengan Lisa, kami pergi ke tempat karaoke terdekat yang berada di kota sebelah. Yang pergi adalah aku, Karl, Lisa, dan dua teman ceweknya. Kami pun segera pergi ke stasiun kereta untuk pergi ke sana.

Kami asyik bernyanyi sampai malam hari dan pulang sendiri-sendiri karena rumah kami terletak berjauhan. Ketika aku keluar dari pintu kereta yang sudah berhenti di stasiun yang terdekat dengan rumahku, secara tak sengaja aku menabrak seorang gadis.

"Ah, maafkan aku!" seruku kaget secara refleks sambil membantunya membereskan barang-barangnya yang jatuh berserakan karena kusenggol secara tak sengaja tadi. "Maafkan aku, aku benar-benar tidak bermaksud melakukan ini," kataku lagi sambil menyerahkan sekantong paper bag berisi barang-barang yang tadi jatuh kepadanya.

Wuah! Ternyata dia cantik banget. Kulitnya berwarna kuning langsat dan berkilauan tertimpa cahaya lampu seperti mutiara, warna rambutnya yang seperti susu kental manis tampak serasi dengan wajahnya, bola matanya berkilauan, dan iris matanya yang berwarna cokelat menambah cantik wajahnya.

"Tak apa, aku juga seharusnya mengalah untuk melewati pintu itu. Terimakasih sudah mau menatakan barangku. Padahal, kau tak seharusnya melakukannya. Aku sungguh terbantu. Terimakasih dan sampai jumpa lagi," katanya padaku sambil tersenyum lembut.

Ya tuhan, senyum lembut seperti krim di bibirnya benar-benar membuatku leleh. Dia tak hanya cantik di wajah, namun hatinya juga. Gawat, nih. Aku jadi makin pengen tau tentang dirinya. Tapi, sialnya keinginan kuat itu baru muncul ketika gadis itu sudah tak ada dalam jarak pandangku lagi karena dia sudah terlanjur berlalu pergi.

Hebatnya, aku menemukan sesuatu yang bagus. Buku saku siswanya terbawa olehku. Aku baru menyadarinya ketika sampai di rumah. Saat kubuka isinya, tercantum banyak hal tentangnya di sana.

Nama gadis itu Arianna, Arianna Elsa. Rumahnya terletak tak jauh dari tempatku tinggal. Dia berada di sekolah yang sama denganku, kelas 1-1, kelas yang berisi murid jenius di angkatanku. Dia memang luar biasa. Sudah cantik seperti malaikat, baik seperti seorang ibu, dan pintar seperti seorang profesor. Apa coba yang kurang darinya?

Seninnya, aku berdandan lebih dari biasanya. Aku yang sebelumnya tak pernah memakai parfum, kali ini aku mengenakannya dan kusemprotkan secukupnya. Begitu istirahat tiba, aku segera melesat menuju kelasnya dengan semangat yang berkobar-kobar.

"Uh, bisa tolong panggilkan Arianna Elsa?" pintaku pada salah satu cewek yang ada di kelas 1-1. Aduh, hatiku berdegup kencang. Aku harus bisa mengendalikan diri!

Gadis itu tampak kaget dan memasang tampang seolah bilang, "Cieee". Lalu, dia segera memanggil Arianna. Dengan langkah tegap seperti seorang Ratu, gadis itu pun mendekatiku.

"Ada perlu apa, ya?" tanyanya padaku dengan sopan. Oh, suaranya sungguh membuatku semakin mencintainya.

"Aku ada perlu sebentar denganmu. Kita bicara di kantin, yuk," ajakku. Niat awalnya, aku ingin mengajaknya bicara di depan kelas. Tapi, begitu melihat tatapan tajam dari anak cewek yang sepertinya mengejar-ngejarku menuju Arianna dan tatapan tajam dari anak cowok yang sepertinya mengejar-ngejar Arianna menujuku membuatku mengambil keputusan untuk bicara dengannya di kantin akan lebih bijak.

"Kalau tidak salah kamu orang yang kemarin menabrakku, 'kan?" tebaknya ketika kami sudah duduk di salah satu bangku yang ada di kantin.

"Benar," balasku. "Ini, aku ingin mengembalikan buku saku siswamu. Kemarin aku baru sadar kalau kebawa," lanjutku sambil menyerahkan buku saku miliknya.

"Wah, terimakasih banyak, ya! Kau sungguh baik. Kalau bisa, apa aku boleh tau namamu?" tanyanya dengan sopan.

"Kau tak tau siapa aku?" tanyaku balik dengan kaget dan syok. "Aku Reita, Arya Reita , cowok pujaan semua gadis di sekolah ini," kataku memperkenalkan diri padanya masih dengan perasaan tidak percaya.

"Oh, kau Arya yang dibicarakan semua gadis itu, ternyata! Pantas rasanya aku kenal dengan wajahmu ketika kamu menabrakku," balasnya. " Maaf, sejak dulu aku begini, suka tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Tapi, kau memang keren, ya. Walau sepertinya kalah keren dengan seseorang," lanjutnya sambil menatap wajahku secara lekat-lekat.

"Siapa yang lebih keren daripada aku?" tanyaku penasaran dengan rasa tak mau kalah.

Arianna tiba-tiba cekikikan. "Hihihi, kau sungguh lucu. Kupikir kau tipe cowok yang berhati dingin. Ternyata kau lugu sekali seperti anak kecil," katanya setelah tertawa.

Jelas saja aku merasa sangat malu. Sungguh, segala hal tentang dirinya memang luar biasa. "Eh..," Arianna memasang ekspresi seperti bertanya, 'Kau mau dipanggil bagaimana?'.

"Reita," sambungku dengan cepat.

"Ah, Reita, sepertinya waktu istirahat akan habis. Bagaimana kalau kita sudahi dulu pembicaraan kita dan kembali ke kelas?" kata Arianna memberi saran dengan sangat sopan. Terkesan seperti seorang ratu yang hendak menyudahi rapat yang diadakannya.

"Boleh saja," balasku sambil tersenyum padanya. Ini salah satu trik yang kulakukan pada anak cewek supaya mereka jatuh hati padaku.

"Kalau begitu, aku permisi. Sampai jumpa lagi," kata Arianna sambil membalas senyum yang kulempar padanya. Duh, dilihat dari reaksinya sepertinya trikku tidak mempan.

"Eh, tunggu, Arianna!" seruku menahannya tepat sebelum dia pergi jauh dariku.

"Apa?" tanyanya sambil berbalik dengan pelan.

"Besok kau kosong?" tanyaku, kehabisan kata-kata. Aku masih ingin bicara dengannya.

Dia hanya mengangguk. "Kau boleh mendatangiku kapan saja. Lalu, tambahan, panggil aku Elsa saja, ya?" pintanya. Meski yang dia lempar senyuman, aku bisa mendengar dia bilang, "Akan kuberi hukuman berat padamu kalau sampai memanggilku dengan nama kecilku".

Saat itu, aku tersadar kalau gadis yang kuincar kali ini bukanlah seorang primadona sekolah biasa pada umumnya. Seperti ada 1000 rahasia di balik wajah manisnya itu.

A Fake RelationshipWhere stories live. Discover now