Purple Girl

190 27 6
                                    

Pulau Nusa Kambangan, Indonesia, Tahun 3039.

Violet berlari secepat kilat. Suara langkah dan kecipak kakinya ketika menginjak genangan bergema di lorong sempit yang ia lewati.

Walau terengah, gadis itu tidak memelankan kecepatan larinya. Hari memang belum terlalu sore, namun awan hitam yang mulai bergelayut di angkasa membuat suasana menjadi lebih cepat gelap.

Jaraknya masih seratus meter dari tempat tujuan ketika mendengar suara raungan di atas kepalanya.

"GROAAAAARRRHHH!"

"Astaga! Sudah mulai saja," gumam gadis itu ketika menatap gedung berlantai lima yang baru beberapa meter ia lewati.

Ia kembali berlari, mencoba menghindar dari makhluk yang mengeluarkan suara tadi. Tapi harapannya pupus karena ternyata makhluk itu telah melihat dirinya.

Makhluk itu meloncat dari atas gedung. Satu, dua, tiga. Ada tiga yang kini mengejar Violet! Walau melangkah dengan menyeret kaki, yang tentu lebih lamban, tapi makhluk berwajah mengerikan itu bergerak seakan mengejar mangsa.

"Vio! Cepat!" Terdengar suara di kejauhan.

'Sedikit lagi.' Gumam Violet ketika dirinya hampir tiba di ujung jalan.

Akhirnya Violet sampai di tempat terbuka, memandang hamparan padang lavender dengan senyum merekah. Namun, senyumnya tiba-tiba berubah ketika merasakan kakinya dicekal.

"Aaarrrggghh!" teriak Violet.

"Vioooo!"

"Adam! Tolong aku!"

Pria yang memanggil Violet tadi bergegas mendatangi gadis itu. Ia menyibak helai-helai lavender yang menghalangi dan hanya fokus untuk menyelamatkan Violet. Rekannya, belahan hatinya. Adam tak bisa kehilangan lagi. Tidak lagi.

Dor, dor, dor!

Suara tembakan terdengar, kemudian sepi. Hanya deru napas milik Adam dan Violet terdengar mengisi kesunyian yang terasa mencekam. Satu dari tiga makhluk itu telah mati.

Rinai gerimis akhirnya pecah dari langit. Kegelapan pun mengurai. Suara geraman kembali terdengar di kejauhan, di tempat dua makhluk yang masih berusaha mengejar mereka.

Segera saja Adam menarik tangan Violet, membawanya kembali berlari. Menghindar dan bersembunyi di balik padang lavender. Aroma khasnya tidak disukai makhluk itu. Ini adalah tempat yang aman.

"Kita sudah aman Vio, sudah aman. Astaga! kau lihat? yang pria bisa melangkah lebih cepat sekarang!" Ucapan Adam bergetar menahan dingin yang menusuk. Tubuh mereka mulai basah kuyup sekarang.

"Kau membunuhnya," balas Violet lirih.

"Makhluk itu pantas mati."

"Itu bukan salahnya, dia hanya tidak mengerti! Mereka masih manusia, Adam! Dan mungkin salah satu teman kita."

"MEREKA BUKAN MANUSIA, VIO! BUKAN TEMAN KITA! MEREKA INGIN MEMANGSAMU!"

Violet termangu menatap wajah keras Adam sehabis berteriak tadi. Namun tatapannya tidak fokus, karena bulir bening yang dijatuhkan awan mengaburkan pandangannya.

"Kita hampir berhasil, Adam. Kita akan bisa menyembuhkan mereka."

Ekspresi Adam melunak. Ia tahu Violet benar. Sedikit lagi tugas mereka selesai. Lalu mereka akan pergi dari tempat terkutuk ini. Tempat di mana ia dan Violet melakukan penelitian terkait zat adiktif bernama Flaka. Zat yang akhirnya bermutasi dan membuat manusia menjadi seperti zombie. Saling memangsa serta menghabisi.

Orang-orang yang tidak bertanggung jawab telah menyebarkan zat ini beberapa puluh tahun lalu. Namun tidak bisa mengatasi  akibat perbuatan mereka. Dan beginilah akhirnya, dunia telah hancur. Manusia mulai punah. Menyisakan beban berat bagi beberapa pemuda yang masih hidup untuk mengatasi masalah yang begitu rumit ini dan harus mempertaruhkan nyawa mereka.

------------
Nyoba bikin drabble bertema sci-fi walaupun belum kerasa banget yaa hahaha... Tema apalagi yang belum aku coba???

The DrabbleWhere stories live. Discover now