Secangkir Kopi Buat Ayah

1.2K 117 58
                                    

Aku selalu meracik kopi dengan sedikit gula, banyak creamer dan diseduh dengan air hangat. Seperti kesukaan Ayah.

*

*

*

"Nduk.. Minta Kopi..."

Setiap pagi teriakan lantang bak syair lagu itu selalu terdengar dari teras belakang rumah. Suara dari Ayahku. Beliau senang sekali menghabiskan waktu dipagi hari sebelum berangkat kerja untuk sekedar membaca koran sambil meminum secangkir kopi buatanku.

Setiap mendengar suara beliau, dengan refleks aku pun segera menuju ke dapur. Meracik kopi kesukaan nya. Sedikit gula, banyak creamer, dan diseduh dengan air hangat bukan panas.

Aku selalu tersenyum bahagia kala melihat ekspresi puas yang terpancar di wajah Ayah ketika menyeruput kopi. Senyum ku pun berubah menjadi tawa ketika noda bekas kopi menghiasi kumis tipisnya, membuat ayah terlihat sangat lucu.

Beliau juga tidak pernah lupa mengucap terimakasih sambil mengusap kepala ku dengan lembut. Kebiasaan yang mungkin sederhana, tapi seperti sebuah perhargaan bagiku.

Tapi sekarang hal itu hanya bisa menjadi kenangan...

Sudah 3 tahun semenjak kepergian beliau. Ayah menghadap yang Maha Kuasa akibat penyakit diabetes. Namun, kenangan akan dirinya dan secangkir kopi akan selalu melekat dalam ingatan ku.

Kehangatan secangkir kopi dalam genggaman ini, tak akan bisa menyaingi kehangatan cinta yang Ayah berikan untukku.

"Terima kasih sayang," ucap lembut seorang pria yang juga selalu memberikan belaian di puncak kepalaku.

Sampai hari ini pun, aku masih membuat kopi yang sama. Tidak terlalu manis, dengan banyak creamer serta hangat

Tentu saja masih untuk ayah. Ayah dari anak-anak ku, suamiku.

Tamat.

The DrabbleWhere stories live. Discover now