Menjelang senja

635 78 56
                                    

'Jangan mandi saat senja!'

*

*

*

"Ya ampun Karin! Kamu belum mandi juga! Ini sudah jam 6 sore." Mama meneriaki ku yang masih berguling-guling sambil memainkan handphone di kamar.

"Aduh si mama bawel banget sih!" rutuk ku dalam hati. "Iya mah! Bentar lagi!"

Mama selalu saja memarahi ku jika mandi terlalu sore. Memangnya kenapa sih?
Yang lebih berbahaya kan mandi malam, karena menyebabkan penyakit! Aku yakin itu cuma alasan mama, supaya aku sembari mencuci perabotan jualannya setelah mandi.

"Nanti sekalian cuciin piring ya di dapur." Ujar mama.

'Benar kan apa kataku!' Aku kembali merutukalam hati.

"Iya deh!" jawabku sekenanya.

"Terimakasih anak mama yang cantik." mama membelai pelan kepalaku, sebelum kembali membereskan sisa jualannya.

Aku pun menuju kamar mandi, yang bersebelahan dengan tempat cucian. Aku menatap nanar tumpukan piring, gelas, beragam bentuk panci serta kawan-kawannya. Aku hanya bisa menghela nafas berat.

'Akan ku selesaikan pekerjaan ini, lalu mandi.' gumamku.

👻👻👻

"Akhirnya selesai juga! Ah capeknya."

Aku memutar pinggang ke kiri dan ke kanan, entah mengapa rasanya pegal sekali.

Badanku rasanya teramat gerah, segera mandi memang jawaban yang terbaik. Aku pun melepas baju serta celana dan bergegas mandi. Ketika membuka dalaman, aku baru menyadari sedang datang bulan atau menstruasi.

"Owh! Pantas saja pinggangku sakit sekali!"

Aku kembali melanjutkan mandi saat akhirnya Adzan Maghrib terdengar. Samar-samar aku mendengar suara aneh dari bawah kolong rumahan.

Slurup.. Slurup!'

Rumahku memang berbentuk panggung pada bagian dapur, yang memiliki kolongan parit di bawahnya.

Suara itu terdengar seperti bebek yang sedang menyeruput air. Aku mengabaikan suara itu, karena biasanya memang bebek milik pak Usup suka sekali memakan sisa-sisa nasi jualan ibu selepas aku mencuci piring.

'Slurup.. Slurup!'

Suara itu masih ada walau aku sudah selesai mandi. Aku tidak bisa lagi mengabaikannya setelah ku ingat, pak Usup tidak pernah membiarkan bebeknya berkeliaran selewat senja.

Setelah memakai handuk aku memberanikan diri mengintip bawah rumahan.

'Slurup.. Slurup!'

Aku tidak melihat bebek, itu bukan suara bebek. Yang ku lihat malah kepala manusia! Sepertinya wanita. Rambut panjang nya tergerai dan mengembang. Tapi, kenapa tidak ada tubuh?

Aku masih mengintip, ketika kepala itu menoleh ke atas. Mata merah menandangku balik. Wanita itu menyeringai lebar dengan mulut penuh darah. Lidahnya panjang dan alih-alih tubuh, aku melihat organ dalam manusia tergantung di bawah lehernya.

"Aarrrrrgggggghhhh!!!!!"

************************************
Yeayy selesai! Ini cerita pertama ku bergenre horor. Aku selalu suka nyoba genre baru, kata adik setengah gedeku itu "keluar dari zona nyaman" walau maaf kalo ceritanya kurang menarik. Namanya juga belajar kan?? Hehehe..

Enjoy my drabble (again). Aku ngerjain ini sembari ngonsep lanjutan Day Dream, nyari bahan dan sebagainya. Xixixi.. ^^

Terima kasih editor setia kuu.. Terima kasih covernya ade setengah gede ku..
Terima kasih family of paper and ink.
Terima kasih pembaca setia..

Serta dukungan dari keluarga ku.. Aku masih di izinin buat nulis *iks 😢

Love you,

Nb: No. Tag 😂😂😂

The DrabbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang