Pandangannya intens melihat mata Dava, "I know, karna itu aku disini. Aku yang akan melindungimu. No one can hurts you anymore" ujar Dava menenangkan Rachel.

Secercah rasa kecewa menyelimuti Rachel, karna saat dia bangun yang dilihatnya hanya Dava, dan saat dia ditemukan, Lucifer hanya berdiri di depan pintu, dan Dava lah yang menggendongnya.

Sebuah ketukan pintu menyadarkan Rachel dari lamunannya. Seorang wanita paruh baya datang dan langsung memeluk Rachel.

"Oh tuhan, apa yang dia lakukan padamu? Oh.. lihatlah dirimu sayang, kau terluka.." lirih Kim.

Kim memeluk Rachel dengan erat, membelai rambut Rachel seperti anaknya sendiri. Membuat rasa nyaman pada Rachel. Membuat Rachel merindukan ibunya.

"Kau baik-baik saja? Apakah dia melecehkanmu? Ap... Apakah dia berbuat itu? Apa... Oh tuhan aku tidak bisa membayangkannya... kau mengerti maksudku kan?." ceracau Kim membuat senyum mengembang dari bibir Rachel.

"Tidak Kim, i'm fine. Dia tidak melakukannya. Hanya luka di sudut bibir dan sedikit lebam. Tapi aku yakin sebentar lagi akan sembuh." Senyum Rachel dan kali ini Rachel yang memeluk Kim.

Tanpa Rachel sadari banyak pasang mata yang menyaksikan mereka, dan Lucifer. Dia berada pada pintu, bersandar dengan tangan bersedekap di dada.

"Oh Rachel, maafkan aku. Karna aku kau menjadi seperti ini. Aku.." Rachel mengambil tangan Albert dengan lembut.

"Tidak. Kau tidak perlu meminta maaf Mr Albert. Aku yang harusnya meminta maaf dan berterima kasih kepadamu. Terima kasih karna telah menyelamatkanku." Rachel terhenti sesaat kemudian menatap mata Albert.

"Aku tau ini sangat berat bagiku. Memilih bersama dengan orang yang membunuh kedua orang tuaku, aku sudah mencoba memaafkanmu. Tapi kau tau, ya, belum sepenuhnya" semua orang disana terlihat sangat serius mendengarkan penuturan Rachel.

"Tapi aku akan mencoba yang terbaik, dan terimakasi untuk kalian semua. Aku sangat berhutang" senyum mengembang dibibir cantik Rachel.

Dan semua yang ada disanapun tersenyum lega, dan tepat saat Rachel melihat seisi ruangan ia melihat Lena yang berdiri disamping Laurent.

"Lena, apa yang kau..." Lena tersenyum dan mendekat pada Rachel.

"Dia anakku yang ketiga, kau tau Lucifer dulu pernah memberi tahumu tentangnya saat kita sedang sarapan, yah, mungkin kau lupa" jelas Kim yang masih setia duduk disamping Rachel.

"Ah iya, bagaimana bisa aku lupa. Maafkan aku.." ucap Rachel tersenyum kikuk kepada Lena.

Seluruh orang yang ada diruangan itu tertawa kecil tapi tidak dengan lelaki yang bersandar pada pintu.

Mata biru Rachel bertemu dengan mata hitamnya Lucifer, manik mata yang sangat dirindukannya dan seperti memancarkan ketenangan saat Rachel menelusuk kedalamnya.

Hanya saja, mata hitam itu sekarang seakan jurang tak berujung. Rachel terbawa masuk oleh manik itu hingga Kim berdeham dan membuyarkan semuanya.

"Terima kasih, kau su-" seperti tak dihiraukan. Lucifer hanya menjawab "Hmm" dan langsung beranjak pergi.

'Ah, apa aku ada salah?' Batin Rachel. Ia tersenyum miris.

"Sudahlah, dia hanya sedang tidak mood. Nanti dia akan kembali seperti biasa." Tutur Kim penuh dengan perhatian.

Rachel hanya tersenyum kecil.

"Baiklah, lebih baik kita semua pergi. Rachel butuh istirahat" ucap Mr Albert yang memecah kesunyian.

Semua setuju, dan satu persatu beranjak dari tempatnya dan memeluk Rachel bergantian. Mengucapkan semoga lekas sembuh yang dibalas Rachel dengan anggukan dan senyuman.

"Aku akan menyuruhnya menemuimu setelah ini, kau istirahat saja dan aku akan menyuruh Eve membawakan makanan kemari" bisik Laurent dan dibalas Rachel dengan anggukan.

Setelah mereka semua keluar, Rachel kembali berbaring di ranjangnya. Memikirkan apa saja yang bisa dia pikirkan.

'Dan ada apa dengan Lucifer?'








Huaa....
Maafin aku yaa baru bisa update lagi...
"Oh ya aku mau minta maaf sama kalian sebelumnya, kalo di CHAPTER- RESCUE aku update fotonya pake kayak salib gitu, bukan maksudku. Dan fyi tanda itu sebenarnya simbol buat kesehatan gt, kayak Palang Merah Indonesia dia kan simbolnya +."

Kalian masih mau dilanjutin gak ceritanya? Karna belakangan ini kayaknya dikit yang comment, jadi aku juga gak semangat gt buat lanjutinnya, huhu.

Ini untuk kalian deh tapi aku buat...

Happy Reading

The Cold Ones Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora