{Xray}

14.5K 750 3
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu datang. Setelah sekian lama berjuang akhirnya Rachel mencapai puncak.

Hari wisuda yang dinantikannya. Rachel yang duduk di sebelah Dava terus meremas jari jemari Dava.

Almamater dan toga yang digunakannya seakan mewakili dirinya yang terlihat pintar dan cantik.

Gugup menghinggapinnya. Bukan karna gugup tidak menyelesaikan skripsi dengan baik. Tapi gugup untuk bertemu Keluarga Morningstar.

Mr Lambert berdiri di panggung. Memberikan pidato-pidato yang sungguh membosankan. Panjang kali lebar.

Hingga pengumuman nilai terbaik untuk tahun ini.

Dibacakan untuk urutan ke tiga, Rachel semakin erat meremas jari Dava.

Dava hanya mengelus puncak tangan Rachel untuk menenangkan.

"Lorinza Agreatha" ucap Mr Lambert yang mengumumkan nama pemenangnya.

Rachel sudah cemas, dia berdoa dalam hati agar tidak mendapat peringkat 1. Lebih baik peingkat 3.

'Tenang Chel, masih ada pringkat 2. Tenang' ucap Rachel pada dirinya sendiri.

"Untuk pringkat 2 jatuh kepada... Rachel Q. Anderson" lanjut Mr Lambert yang menunggikan volume suara saat memanggil Rachel.

Rachel senang bukan main. Dia tersenyum kearah Dava dan Dava membalas senyuman itu sambil menyuruh Rachel maju ke panggung.

Rachel berdiri di atas panggung disamping Lorinza, dari depan dia bisa melihat Aunty Selma yang duduk dibarisan belakang.

Aunty Selma melambaikan tangan dan dibalas oleh Rachel.

"Dan peringkat pertama, jatuh kepada.... Dava Rodriguez" ucap Mr Lambert dengan tepuk tangan yang meriah dari Audience.

'Dava? Peringkat 1? Gila tu anak dimana beli skripsi?' Sunggut Rachel.

Dava dengan senyum lebarnya berjalan keatas panggung dan berdiri tepat di sebelah Rachel.

"Gila lo, gue gak nyangka sahabat gue yang bloon ini bisa menang lawan gue" canda Rachel kepada Dava yang masih sibuk melambai-lambaikan tangannya.

"Gila Chel. Gue seneng banget Venice Chel. Venice gue datenggg!!" Pekik Dava.

Rachel menyiku perut Dava agar tidak berisik.

"Venice bareng Lucifer? I don't thinks it's a good idea. You know, he's a workaholic."

Dava hanya mengendikan bahu tak perduli. Lagipula dia bisa berjalan-jalan di Venice tanpa memerdulikan Lucifer ataupun yang lainnya.

"Penyerahan mendali dan penghargaan akan diberikan oleh Mr Albert selaku pemilik Universitas ini." Ucap Mr Lambert.

Rachel menegang. Mr Albert? Bukan seharusnya Lucifer ? Oh. Dia pikir akan lebih mudah menghadapi anaknya daripada Ayahnya.

Seakan mengerti gerak-gerik Rachel, Dava menggenggam tangan Rachel dengan lembut. Ia mengusap tangan itu untuk menenangkannya.

Disana. Dia disana.

Mr Albert dengan senyumnya yang menawan, di usianya yang sudah setengah abad dia masih terlihat gagah dibalik balutan jasnya.

Mr Albert mulai menyalami Lorinza, mengalungkan mendali dan memberikan piagam beserta hadiah berupa uang tunai.

Beralih ke juara-2. Mr Albert tersenyum kepada Rachel. Rachel hanya tersenyum datar ia menyimpan rasa gugup dan kesal yang menyeruak.

'Kau masih bisa tersenyum setelah semua yang kau perbuat?' Geram Rachel dalam hati.

"Aku yakin Gerald pasti bangga denganmu. Dan aku tau aku tak pantas menerima maaf darimu. Tapi biarkan sekali aku memelukmu layaknya anakku sendiri"

Rachel terdiam. Hati dan pikirannya sedang dalam berperang. Antara memenangkan egonya atau perasaannya.

Dengan sepersekian detik Rachel sudah berada dalam pelukan Mr Albert. Hangat.

Amarahnya hilang begitu saja, tersingkirkan oleh rasa hangat dan tenang.

Pelukan yang sudah lama tak dirasakannya. Pelukan yang sangat-sangat dia dambakan sewaktu bersama Gerald, sang Ayah.

Sebulir air mata mengalir melewati pipinya, diikuti dengan buliran-buliran yang lainnya.

Perasaan campur aduk memenuhi rongga dadanya.

Mr Albert melepaskan pelukannya dan tersenyum sebentar kearah Rachel. Dia melanjutkan untuk menyalami Dava yang langsung disambut oleh cengiran lebar khas Dava.

Rachel sudah mendapat kesadarannya kembali, ia mengontrol tangisannya dan ekspresinya.

"Chel, lu ikut ya sama gue ke Venice? Biar gue ada temen" bujuk Dava yang membuat Rachel menoleh bingung.

Rachel mendelik, 'Apa-apaan lo Dav?'

Seakan mengerti tatapan Rachel, Dava bergeming "Ya kan siapa tau lu mau ikut, kita bisa jalan-jalan bareng gitu"

•••

Acara telah selesai, semua mahasiswa keluar dari ruang Auditorium ditemani oleh kedua orang tuanya.

Bahkan Dava terlihat mengajak nenek dan juga kakeknya.

Aunty Selma menghampiri Rachel dan memberikannya pelukan. "Selamat sayang, Aunty senang sekarang Rachel sudah lulus. Bisa cari pekerjaan"

'Ah ya, pekerjaan? Aku harus menghubungi Ethan secepatnya' batin Rachel.

Dari sudut lain Rachel melihat Mr Albert dan Mr Lamberr sedang bercakap-cakap serius.

Dibelakangnya diikuti oleh Lucifer, Laurent dan... Lena(?)

Rachel bertanya-tanya. 'Lena?'

'Mungkin dia pacar Laurent, dia terlihat sangat dekat dengan Laurent, dan serasi' yakinnya dalam hati.

Wajah itu menoleh, dan manik mata itu jatuh tepat pada manik mata biru Rachel.

Tatapan dan pandangan yang tajam, mengantarkan beribu-ribu perasaan didalamnya.

Rasa rindu, rasa sedih, rasa gundah, dan juga tentu rasa kecewa.

Tapi manik hitam itu terlihat begitu merindukan manik mata biru milik Rachel.

Rachel yang tak kuasa langsung saja melepaskan pandangan itu. Ia membuang pandangannya sebelum dirinya benar-benar luluh.

Tak dipungkiri, siapa yang tak menyukai Lucifer? Apapun bisa dimilikinya.

Rachel rasa dia segera harus menghilangkan perasaan itu sebelum perasaan itu tumbuh menjadi rasa cinta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rachel rasa dia segera harus menghilangkan perasaan itu sebelum perasaan itu tumbuh menjadi rasa cinta.

Yang tentu saja bisa melumpuhkan Rachel dalam waktu sekejap.

The Cold Ones Where stories live. Discover now