Perbincangan Takdir

881 46 12
                                    

"Ini sudah memasuki bulan ke sembilan, segera temui Para Moirai." Sebuah suara berkata padaku.

Aku bangun dari tidurku. Padahal aku masih ingin berada di tempat ini. Tempat nyaman yang hampir sembilan bulan ini menjaga dan melindungiku. Tempat tidur senyaman buaian. Ruang sempurna yang teduh lagi temaram.

Aku menggeliat sekali.
Ah... Tak berhasil.
Aku menggeliat sekali lagi.
Yes, berhasil!
Tempat ini terlampau terang. Suara-suara berdesir di sekitarku, aku seperti berada di tengah awan putih.
Dingin.

"Selamat datang, Wahai Roh Perempuan Suci. Apa yang kamu perlukan?" Suara itu menggema.
"Wahai, Klotho. Aku diperintahkan untuk menemuimu untuk menerima penentuan kelahiranku." Aku merunduk sambil memicingkan mata.
"Kamu bisa lahir malam ini jika kamu mau," ucap Klotho.
"Benarkah?"

Sang pemintal mendadak hadir di sisi kananku. Wajahnya lembut, dengan rambut keemasan yang teruntai keluar dari tudung putihnya. Dia memegang alat pintal kecil dan terus merajut.

"Tentu saja. Kamu bisa membuat pilihan. Tapi ingat, pilihanmu akan menentukan jalan hidupmu." Sang pemintal mengulurkan benang ke sisi kiriku.

Aku terlonjak saat mengetahui sesosok lain hadir di sebelah kiriku. Perempuan bertudung yang satu ini tidak memiliki rambut panjang seperti saudaranya, rambutnya tersembunyi dengan baik. Namun mata hijaunya begitu memukau. Ia juga membawa sebuah pita panjang.

Sang pengukur memperhatikanku.

"Hidup seperti apa yang kamu inginkan, wahai jiwa yang segera lahir?" tanya Lakhesis.
"Aku boleh menentukannya juga?" tanyaku bingung.
"Tentu saja. Tapi ingat pilihanmu akan membutuhkan tanggung jawab yang tak berujung." Ia menarik benang dan mengukurnya.

"Dan ingat, pilihanmu tentang kelahiran dan takdirmu akan selalu menuntunmu pada kematian." Suara ketiga muncul bersamaan dengan seorang perempuan cantik bertudung hitam yang berdiri tepat di depanku.

"Bagaimana jika aku memilih untuk lahir dan kemudian mati?" tanyaku.
Atropos tertawa. Tawanya begitu nyaring, namun terasa pedih.
"Yang satu ini sangat aneh, saudari-saudariku," tukas Atropos.
"Banyak ruh yang memilih lahir lebih cepat, namun kamu memilih menunda bertemu kami," ucap Klotho.
"Banyak jiwa yang memilih hidup penuh lika-liku, bahkan banyak yang memilih hidup sangat lama agar dapat menyisakan bekas," lanjut Lakhesis.
"Kenapa kamu malah memilih untuk lahir dan kemudian mati?" tanya Atropos sambil memainkan gunting miliknya di depan wajahku.
"Aku tidak perlu lahir terlalu cepat, karena semua yang terindah perlu ditunggu. Aku juga tidak memerlukan cara hidup yang aneh agar selalu dikenang. Tidak pula waktu yang terlalu lama agar bisa membekas. Aku hanya perlu melihat bahwa ada kasih yang sungguh-sungguh. Aku ingin lahir malam ini, dan mati segera setelah perempuan yang melahirkanku memelukku," jawabku.
"Baiklah." Tiga suara terajut dalam satu nada.

Atropos menggunting benang yang sedang dipegang oleh Lakhesis. Seuntai benang dijatuhkan ke atas kepalaku oleh Klotho, kemudian merasuk ke dalam diriku.





___
Genre : Fantasy, Mitologi

Kumpulan yang TerserakDär berättelser lever. Upptäck nu