Part 25 : Twelve

19.3K 1.2K 68
                                    

BUNYI jatuhan hujan deras yang menghantam tanah membuat jalanan menjadi basah dan licin.

Mobil mewah berwarna hitam mengkilat yang diisi oleh seorang gadis bersama kedua bodyguard prianya serta sang sopir, tengah melaju dengan kecepatan sedang mengarungi jalanan yang cukup diramaikan oleh mobil-mobil lainnya.

Gadis yang memiliki rambut lurus berwarna blonde itu membuka sedikit kaca mobilnya, sengaja dilakukan karena dirinya ingin menikmati aroma air hujan yang menurutnya dapat membuat hatinya tenang.

Ia tersenyum tipis, sembari menatap buliran-buliran air deras yang masih berjatuhan dari langit.
Mata abu-abu terangnya bergerak teratur menangkap tetesan-tetesan air hujan seolah hujan adalah fenomena yang tak bisa dilewatkannya begitu saja.

Siapapun yang memperhatikan gadis blonde itu saat ini, sudah mengetahui jika gadis itu masuk diantara orang-orang yang menikmati hujan.

"Nona, tutup kaca mobilnya, hujan terlalu deras, cipratan airnya bisa mengenaimu."
Ucap salah seorang bodyguardnya yang memiliki tubuh besar dan berkacamata, memperingatkan gadis itu dengan sopan.

Gadis blonde itu menoleh sekilas, "Aku mengerti." Balasnya dengan pelan, terselip sedikit nada kesal di suaranya.

Dia menghirup lamat-lamat aroma hujan untuk yang terakhir kalinya, kemudian segera menutup kaca mobilnya kembali.

Ia bersandar pada kursi mobilnya, lalu mengecek arloji abu-abunya yang melingkari tangan mulusnya.

Pukul 09:00 pagi.

Tepat setelah memperhatikan jamnya, mobilnya sudah berhenti tepat di sebuah kantor polisi, dan terparkir rapi di sana.
Tubuhnya bergerak menggeser sedikit posisinya, kemudian akan membuka pintu mobil, dan sebuah payung berwarna abu-abu disodorkan dengan cepat dari bodyguardnya yang lain.

Bibir gadis itu membentuk sebuah senyuman, "Kalian pulanglah, aku akan ke sini cukup lama. Nanti akan kutelepon kalian untuk menjemputku."

"Tidak nona, tuan Charlie menyuruh kami berdua sebagai bodyguardmu untuk menjagamu ke mana pun dan kapanpun."
Balas bodyguard berkacamata, kepada gadis itu.

Dia menghela nafas.
Dia benci ini, saat dirinya akan kemanapun akhir-akhir ini dia tak bisa bebas pergi sendiri, selalu ada dua orang bodyguardnya yang menemaninya, meskipun itu hanya sekedar ingin berbelanja.

"Aku akan lama, jadi kalian pulanglah dulu, lagipula aku mampir di kantor polisi milik ayahku 'kan? Jangan membantah, aku akan aman tenang saja."

"Tapi nona-..."
Kedua bodyguardnya tak bisa melanjutkan kata-kata mereka lagi ketika gadis tersebut sudah membuka pintu mobil dan meregangkan payungnya.

Maka, jika sudah begini, mereka tak bisa berbuat banyak selain menuruti kemauan putri bos mereka.

Gadis itu menutup pintu mobil dengan cepat, membiarkan kedua bodyguard dan sopirnya segera pergi meninggalkan area kantor polisi itu.

Setelah mobil hitamnya berjalan berlalu meninggalkannya, gadis itu tersenyum puas.
Dirinya mengeratkan pegangan sebelah kanannya pada payung abu-abu yang dibawanya, dan menenteng tas hitam berkelasnya di sebelah kiri. Hujan yang begitu deras seolah memborbardir payung milik gadis tersebut.

Kakinya yang terbaluti ankle boots berwarna coklat segera berlari kecil demi mencapai kantor polisi milik ayahnya yang kini di depan mata.

Dia segera mengatupkan kembali payungnya dan menyandarkannya di sisi tembok, saat kakinya itu sudah mendarat tepat di teras kantor polisi.
Gadis blonde tersebut semakin mengeratkan balutan coat abu-abunya yang ia kenakan sebagai bagian luar pakaiannya, ketika merasakan udara menjadi semakin dingin karena hujan berubah makin deras.

Max Maxwell [COMPLETED]✔️Where stories live. Discover now