Isolate (b) : badai belum berhenti

210 57 8
                                    

Isolate (b) : badai belum berhenti

NAPAS Rian sudah tidak teratur beberapa hari ini. Terlebih, setelah terbangun dari tempat tidurnya empat hari yang lalu, Rian jadi tidak bisa mengontrol diri habis-habisan.

Riana menghilang.

Perempuan dengan rambut pirang dan mata kebiruan itu sudah dilaporkan berita kehilangannya ke pihak yang berwajib. Fokus Rian di sekolah, baik pelajaran maupun OSIS juga mendadak membelah diri dan tidak mau berkumpul jadi satu.

Perempuan yang disayangnya itu menghilang tanpa jejak.

Yusnila, yang ditemuinya pagi tadi tengah menangis sembari terus berdoa untuk keselamatan anak perempuannya, mendadak membuat Rian lagi-lagi didera rasa bersalah tidak tanggung-tanggung. Padahal, wanita itu telah mempercayakan keamanan Riana padanya.

Rian sudah berusaha melakukan apapun untuk menemukan Riana. Melacak GPS, atau benda apapun yang mengarah dan membantu Riana pergi dari rumah sakit empat hari yang lalu.

Rasanya semuanya terasa sia-sia.

Puncaknya adalah hari kelima, ketika seluruh guru mata pelajaran mengeluhkan dan selalu bertanya perihal Riana pada Rian, ketika Rian dipanggil oleh guru BK mengenai kasus menghilangnya Riana, dan ketika ... tahu bahwa Revan sama sekali tidak berminat untuk ikut campur masalah ini.

Bahkan, dia dan kelima temannya yang lain tidak ambil pusing, lebih memilih fokus pada latihan futsal mereka untuk O2SN besok.

Ayni juga begitu. Meski masih mengadakan perang dingin karena hal sepele, Ayni merasa bahwa ada sesuatu yang ganjil. Ia selalu berpikir macam-macam soal hilangnya Riana. Perasaannya selalu tidak enak setiap kali memikirkan kemungkinan kemana gadis itu pergi.

Terlalu banyak peristiwa yang terjadi, membuat Rian kesulitan bernapas dengan baik. Tubuhnya jadi cenderung kelelahan, ditambah rapat OSIS yang menforsir banyak tenaganya, akibat Porseni yang akan diadakan kurang lebih seminggu dari sekarang.

Rian sebenarnya ingin mangkir dari rapat, lalu mengumpulkan infomasi dari beberapa buku jurnal Riana yang ternyata berserakan di dalam kamar gadis itu di apartemennya. Tetapi, dia harus professional. Kelancaran acara Porseni yang sudah disponsori oleh banyak pihak itu bergantung pada kerja kerasnya juga.

"Gimana?" Ayni bertanya setelah melihat Rian menurunkan ponsel dari telinga. Raut wajah kelelahan Rian tampaknya masih belum puas mendapat telepon dari pihak kepolisian.

"Masih belum ada kemajuan, kita nggak punya informasi jelas soal Riana." Rian memasukkan seluruh peralatan tulisnya ke dalam tas, bersiap-siap untuk segera keluar.

"Terus orang-orang yang disewa sama Bokap lo?" Tidak bosan, Ayni bertanya lagi.

"Gue rasa mereka masih progress nyari juga, lagipula kalau Riana udah ketemu atau mungkin sedikit enggaknya mereka dapat petunjuk, Bokap pasti ngabarin gue." Riana mengamati wallpaper ponselnya. Fotonya dan Riana yang tengah tersenyum, diabadikan beberapa minggu lalu oleh Papa.

Selain meminta pertolongan pada pihak kepolisian, Rian juga meminta bantuan pada Nash. Laki-laki yang sistem pertemanannya itu melapisi berbagai jaringan tentu bisa mencarikan orang yang pas untuk membantu kehilangan Riana.

"Ya ...." Ayni tampak menerawang, senyumnya tertarik sedikit. "Kita cuman bisa berdoa semoga dalam keadaan apapun, Riana baik-baik aja, kan?"

Rian mengangguk, membenarkan. "Ya, semoga aja." Rian berdiri, keluar dari ruang kelasnya. "Ngomong-ngomong, lo hari ini pulang sama siapa?"

"Sendiri, gue bawa motor," kata Ayni, memainkan kunci motornya di udara. Ia berbalik badan, berniat meninggalkan Rian saat sudah sampai di lapangan parkir.

Isolatonist GirlWhere stories live. Discover now