Isolate (E) : Entah Apa Namanya

525 153 35
                                    

Isolate (E) : Entah Apa Namanya

AYNI berusaha mengejar Riana yang sudah lebih dulu berjalan pulang dari padanya. Yah, ini bukan kali pertama Ayni mengejar Riana, sih. Tapi, tetap saja, mengejar cewek berambut pirang dengan mata biru itu jadi hal menjengkelkan.

"RI! RI!" panggilnya begitu jaraknya dengan Riana sudah mulai menipis. "Tungguin kenapa, sih."

Riana menoleh ke belakang. "Eh, Ay."

Ayni mengatur napasnya sebentar. "Satu ... hush ... dua ... hush ...," cewek itu memegangi perutnya. "Hari ini, pulang bareng gue, ya?"

Riana baru membuka mulut. "En-"

"Nggak ada enggak-enggakkan. Gue hari ini bawa mobil sendiri. Males pulang sendiri. Pulang bareng gue, ya?" serbu Ayni sebelum teman sekelasnya itu menolak ajakannya.

"Nggak-" Riana menghela napas. "-Ngerepotin?"

"Kenapa ngerepotin? Kan gue yang ngajakin lo pulang bareng. Mau, ya? Ya? Ya?"

Melihat mata Ayni terlalu berharap seperti itu, Riana malah teringat mata salah seorang sahabatnya dulu saat di Jakarta. Mata penuh binar seperti itu-

Argh. Bukankah tidak baik mengingat masa lalu?

"Yaudah."

Ayni berteriak senang sebelum akhirnya menggandeng tangan Riana dan mengajaknya ke parkiran. Dua cewek itu masuk ke dalam sebuah mobil jazz berwarna hitam.

Seperti Riana yang biasanya, dia tidak ingin bicara. Suasana hening seperti ini yang lebih dia suka. Walaupun dulu-

Hei? Kenapa Riana jadi mudah sekali mengingat masa lalu hari ini?

"Gue denger-denger, Alvin ngedeketin lo, ya, Ri?" celetuk Ayni saat mobil sudah berada di tengah perjalanan. "Gimana Alvin menurut lo?"

"Entah," jawab Riana singkat.

"Oh iya." Ayni menepuk kening dengan tangan kirinya. "Gue lupa kalau lo adalah Ade Cahya Riana. Spesies pelit kosa kata yang ada di dunia."

Riana tidak bergeming. Tidak berniat menyanggah ucapan Ayni.

"Kalau seandainya, Alvin beneran ngedeketin lo. Lo bakalan jadi cewek terberuntung di dunia." Ayni tampak ingin bercerita tentang Revan. "Pasalnya, Alvin adalah spesies cowok bad boy yang masih berbakti kepada nusa, bangsa, dan agama. Alvin masih buang sampah pada tempatnya, dan bad boy yang nggak pernah coba-coba rokok. Huaa ... kurang keren apalagi dia? Cowok mana sih yang nggak keren kalau nggak ngerokok?"

"Nggak cuma Alvin yang begitu," kata Riana.

"Iya sih, nggak cuma Alvin yang begitu. Tapi, seumur-umur gue baru ngeliat spesies cowok kayak dia. Dulu, gue pernah tinggal di samping rumahnya dia. Dan dari cerita Rian, Alvin itu bener-bener alim. Tuh cowok, bakal bangun lima belas menit sebelum adzan shubuh dimulai. Salat shubuh bareng temen-temennya. Yah, walaupun, gue nggak bisa mengelak dari fakta kalau Alvin sering bolos kelas. Dulu, pernah nyiptain teleskop dari pipa bekas pas percobaan IPA, dan digunain kawan-kawannya buat ngintip cewek-cewek di kamar mandi."

"Serius?" respon Riana, singkat.

"Waktu gue tanya Rian, apa bener Alvin sengaja nyiptain teleskop itu biar temen-temennya bisa ngintip anak cewek. Rian bilang, emang bener buat ngintipin cewek. Tapi, ngintip dalam artian tanda kutip. Lo tau sendiri, dulu, SMA Cakrawala terkenal banget sama senioritas. Anak kelas sepuluh yang nggak disukain sama Kakak kelas suka dilabrak di kamar mandi. Yah, jadi untuk itulah teleskop si Alvin berfungsi. Mengintai apa ada kejadian bullying lagi atau enggak," jelas Ayni mendetail.

Isolatonist GirlWhere stories live. Discover now