[Wira's Side Story] [1] Semakin Sulit Semakin Menarik

शुरू से प्रारंभ करें:
                                    

Kiki dan Nana saling pandang dengan heran, kemudian sama-sama mengangkat bahu ketika menangkap pertanyaan dari tatapan satu sama lain.

"Itu tasnya nggak sekalian?" tanya Kiki, ketika melihat Saras sudah mengakhiri acara bagi-bagi rezeki dadakan. "Kan ada motif bunga mataharinya juga. Gue siap nampung, kok." Katanya sambil terkekeh.

Saras melirik Kiki dengan sebal. Dikasih hati, minta jantung. "Terus gue pakai apa?" katanya sewot.

"Yey, sewot amat, Neng. Gue bercanda kali."

Saras bangkit tanpa kata-kata. Ia terpaksa masih mempertahankan tas ranselnya walau memang ada motif bunga matahari di salah satu sisinya. Mungkin besok ia akan menutupi motif itu dengan sebuah pin bergambar lain.

"Eh, Sar, gue nebeng sampai lampu merah boleh ya? Gue mau ke toko buku yang ada di sana." Nana ikut bangkit setelah selesai merapikan buku-bukunya.

"Gue nggak dijemput bokap gue hari ini," jawab Saras.

"Loh kenapa? Tumben."

"Bokap lagi tugas ke luar kota."

"Terus lo pulang sama siapa?"

"Udah ada yang jemput dong!" jawab Saras sambil tersenyum misterius.

"Siapa?" tanya Nana dan Kiki bersamaan.

"Si cowok pengirim bunga matahari itu?" tebak Kiki.

Seketika ekspresi Saras berubah kesal. "Enak aja! Nggak akan!"

"Terus siapa?" Nana masih penasaran.

"Abang gojek! Udah ya, gue balik duluan. Kasihan abangnya udah nunggu lama. Bye!" Saras berlalu ke luar kelas, meninggalkan Nana da Kiki yang kini saling pandang sambil menggeleng kompak.

Belum sampai di gerbang, ponsel Saras bergetar. Si abang gojek menghubunginya.

"Iya, Pak? ... udah sampai di gerbang? ... pakai jaket biru? ... oh, ok. Saya sebentar lagi sampai sana." Saras memutuskan sambungan teleponnya, kemudian berjalan sedikit berlari menuju gerbang.

Sesampainya di gerbang, Saras dengan mudahnya bisa menemukan satu-satunya orang yang duduk di atas motor dengan menggunakan jaket biru. Motornya berada tidak jauh dari gerbang bersama dengan driver-driver ojek online lain yang mengenakan seragam warna hijau dan jingga.

"Sorry lama, Pak." Saras sudah sampai di depan bapak gojek.

Tanpa menanggapi, bapak gojek itu langsung mengulurkan helm putih. Sementara ia sendiri sudah mengenakan helm full face sedari tadi, seolah siap sedia untuk segera melajukan motornya.

Saras menyambut helm itu tanpa banyak bicara. Kemudian duduk di atas motor dengan posisi menyamping. Tanpa ia duga, bapak gojek langsung melajukan motornya tanpa aba-aba, hingga membuatnya hampir saja terjatuh bila tidak buru-buru menarik jaket si bapak gojek.

Nggak sopan banget nih bapak gojek. Liat aja, nanti gue kasih bintang dua aja. Udah nggak sopan, nggak pakai seragam pula. Batin Saras, sambil menahan kesal.

"Kenapa nggak pakai seragam, Pak?" tanya Saras di tengah perjalanan. Mungkin saja kalau ia mendapatkan alasan yang masuk akal, ia bisa menambah satu bintang dari niat awalnya tadi.

"Dicuci," jawabnya singkat.

Saras tidak melanjutkan lagi pertanyaannya. Ia kini sedang sibuk mengimbangi posisi duduknya yang jadi tidak nyaman karena laju motor yang tidak bisa dibilang pelan.

"Rumah saya yang di depan itu, Pak. Yang pagarnya putih."

Motor berhenti tepat di depan rumah yang disebutkan Saras. Saras langsung melompat turun dan membuka helmnya. Kemudian ia sibuk mencari uang di dalam tasnya. Lalu ketika ia mengangkat kepalanya sambil mengulurkan helm dan uang untuk membayar ongkos, betapa terkejutnya ia ketika melihat bapak gojek itu sudah melepaskan helm full face-nya dan kini menatapnya dengan sebuah senyum yang menyerupai seringai di matanya.

Wajah bapak gojek itu berubah. Tidak sama seperti foto yang ditampilkan di aplikasi pesanannya.

"Lo-" Saras menunjuk cowok yang ia kira bapak gojek itu dengan ekspresi terkejut bercampur kesal.

"Akhirnya aku tahu di mana rumah kamu." Wira merespons santai keterkejutan Saras. Ia justru menikmati wajah cantik yang terus menatapnya itu.

"Jadi, yang bonceng gue dari tadi itu lo?"

Wira semakin mengembangkan senyumnya. "Mulai sekarang, nggak usah panggil abang-abang gojek yang lain, ya. Abang Kumbang siap jemput kapan aja."

Saras langsung bergidik ngeri mendengar kalimat menggelikan itu. "Sekarang mending lo pulang, deh! Dan nggak usah kirimin gue bunga matahari tiap pagi!" Ia menyodorkan helm dengan paksa kepada Wira, kemudian buru-buru berbalik setelah cowok itu menyambutnya.

Wira tertawa melihat tingkah Saras yang menurutnya sangat lucu. Cewek itu jadi semakin menarik di matanya. Jelas saja, baginya, semakin sulit didapat, akan semakin menyenangkan baginya. Ia jadi merasa lebih tertantang.

"Jangan lupa bintang lima, ya!" teriak Wira nyaring. "Kasihan abang gojeknya tadi aku suruh balik!" lanjutnya lagi.

Tidak ada respons dari Saras. Cewek itu baru saja menutup pintu utama dengan sedikit bantingan. Wira terkekeh pelan menyaksikan semua itu.

Bukan Wira namanya, bila tidak bisa membuat cewek itu berbalik menyukainya. Semua hanya butuh waktu.

TBC

Ini sebenernya side story-nya Wira atau Saras ya? Wkwk, gpp ya, anggap aja Wira bonus Saras. Sepaket.

Ini masih ada lanjutannya loh. Kamu lebih penasaran sama alasan Saras mati-matian nolak cowok agresif atau sama usaha Wira buat dapetin Saras?

Nah, buat yang nunggu update "Hello to My Ex", sabar ya. Ini lagi disusun ceritanya, biar bisa konsisten update Rabu & Sabtu.

Dan jangan lupa nantikan novel Just be Mine terbit bulan depan ya. Dijamin kalian bakal suka bangetttt sama extra part-nya :)) bisa follow IG-ku (@pitsansi) biar nggak ketinggalan info-info menarik atau GA-nya nanti.

Salam,
pitsansi

Just be Mine [Sudah Terbit]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें