Chapter 18

1.6K 106 21
                                    



Air mata Raina kering karena terus-terusan menangis. Didalam, terbaring Kevin yang ditemani dengan selang infuse di punggung tangan kirinya dan di tambah lagi, perban terlilit dikepala, lengan dan kakinya.

Sejak tadi, Kevin belum juga sadarkan diri. Raina cemas, ia menghubungi orang tua Kevin, tapi sampai sekarang juga belum terlihat keberadaannya.

Raina menangkup wajahnya dengan kedua tangannya, mempertanyakan pada angin malam. 'Kenapa Kevin menyelamatkannya jika memang cowok itu tidak mencintainya?'

Decitan suara pintu yang terbuka membuat Raina menoleh. Ia berdiri lantas berjalan mendekati dokter yang baru saja keluar dari sana.

"Dok, gimana keadaan temen saya?"

Dokter itu menggeleng lemah.

Hati Raina terasa remuk, entahlah dari jawaban isyarat dokter itu saja membuat pikirannya bercabang kemana-mana.

"Mana anggota keluarganya?" Tanya dokter berkacamata itu.

Raina menoleh kearah Lobby, berharap ada tanda-tanda kedatangan salah satu keluarga Kevin. Dan benar saja, disana terlihat Kevan yang tengah berjalan tergesa-gesa kearah mereka.

"Kevin mana, Rain? Dia nggak kenapa-kenapa kan?" dari pancaran mata Kevan, terlihat guratan kekhawatiran yang jelas.

Raina hanya menggeleng lemah seiring air matanya mencelos membasahi wajahnya.

"Anda keluarga pasien?" Tanya dokter itu kemudian.

Kevan mengangguk.

"Mari keruangan saya."

Ia mengikuti dokter itu setelah sang dokter memberinya isyarat untuk ikut dengannya.

***

Dua minggu sudah berlalu, namun Kevin tak kunjung sadarkan diri. Raina tidak tahu pasti apa penyakit Kevin. Yang ia ketahui, Kevin koma dan terbaring lemah di kamar rawat. Iya, hanya itu saja.

Setiap hari, Raina selalu pergi kerumah sakit hanya untuk memastikan kadaan Kevin apakah kondisi cowok itu mengalami perubahan? Atau seperti biasanya, tidak ada tanda-tanda kan terbangun.

Hari ini Raina tidak sendiri. Ia kerumah sakit bersama dengan Rendi dan Yunita.

"Eh, Yunira nggak ikut?" Tanya Raina menoleh kearah Yunita setelah lama terhanyut dengan hiruk pikuk jalanan ibukota.

Yunita menggeleng, "Yunira juga di rumah sakit Rain.." ucapnya tersenyum pilu.

Raina sedikit tersentak mendengarnya. Ia memijit pelipisnya perlahan, "Maaf Nit, gue nggak tau. Entar kita sekalian jengukin Yunira aja, gimana Ren?" Tanya Raina kepada Rendi yang tengah pokus pada kemudi.

Rendi mengangguk tanda setuju.

Menghela nafas panjang, Raina kembali membuang arah pandangnya ke jendela. Ia terlalu sibuk dengan masalahnya sampai lupa mengontrol orang-orang di sekitarnya.

***

"Eh sayang, udah dateng." Sapa Kinan-Ibunya Kevin. Wanita paruh baya itu berjalan mendekati Raina lantas memeluk cewek itu.

Raina tersenyum, lalu mengurai pelukannya.

"Gimana keadaan Kevin tante?" Tanya Raina.

"Alhamdulillah sayang, kondisinya membaik. Dokter bilang, kalo nggak hari ini, besok dia siuman." Terlihat jelas dari pancaran mata wanita paruh baya itu, ada sedikit guratan kebahagiaan yang nyata.

Raina mendesah lega, "Eh, kamu sendiri kesini?" tanya Kinan.

Raina menggeleng, "Enggak tante, aku sama temen aku. Tapi dia lagi ada perlu sebentar makanya agak telat kesini." Raina menjelajahkan pandangannya di sekitar koridor rumah sakit, "Nah, itu temen aku tante." Tunjuknya kearah Rendi dan Yunita yang tengah berjalan lantas tersenyum kearah mereka.

Heart (If You Know) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang