Chapter 14

1.6K 105 26
                                    

Bel istirhat berbunyi, cowok dengan mata hitam itu langsung keluar dari kelasnya. Tujuannya saat ini adalah untuk menemui kekasihnya, dan mengungkapkan semuanya fakta tentang Lista sebelum terlambat.

"Mau kemna lo?" tanya Febby menghalangi langkahnya di depan pintu.

"Ke Raina." Jawabnya singkat, lalu berjalan meninggalkan Febby yang menatapnya kesal.

Kevin melangkah dengan tergesa-gesa. Lidahnya terasa sangat gatal ingin mengungkapkan kebenarannya. Namun, ketika hendak masuk ke kelas Raina, dia melihat Lista berdiri di depan pintu.

Sontak langkahnya terhenti, ia menatap Lista tak percaya dan sesekali mengerjapkan matanya untuk meyakinkan dirinya bahwa dipintu itu memang benar-benar Lista.

"Ngapan lo disini?" tanya Lista menghampiri Kevin yang masih menatapnya tak percaya.

"Bukannya gue udah bilang sama lo?" ia mendekatkan bibirnya di telinga Kevin,"Jauhin Raina atau tante lo mati tragis." Bisiknya tajam.

Kata-kata Lista membuat ia lupa akan tujuannya ketempat ini. Ia menarik paksa tangan Lista lantas membawa cewek itu pergi dari sana. Lista hanya tersenyum menyerngai menerima tarikan Kevin, dan saat ini tujuan Kevin adalah membawa Lista ke tempat yang layak untuk diajak berbicara.

Rooftop. Ya, disanalah tempat yang aman untuk mereka membicarakan semuanya.

Dengan setumpuk emosi yng terlihat jelas dimatanya, Kevin melepaskan cengkramannya dari tangan Lista dengan kasar yang membuat cewek itu terhuyung seketika. "Mau lo apa lagi? Hah?!" Bentaknya namun tak kunjung membuat Lista ketakutan. Cewek itu malah menyeringai, dan tersenyum penuh kemenangan.

"Mau gue?" ia menunjuk dirinya, lantas bedecih,"Ya elo lah!"

Kevin membuang nafas kasar, "Gue nggak nyangka ternyata iblis itu nyata." Cibir Kevin yang membuat dahi Lista mengkerut. "Iblis? Hahaha, lo ngatain calon istri lo iblis?" ulangnya lagi yang membuat darah Kevin mendidih.

Kevin menipiskan bibinya lantas emejamkan matanya. Berusaha meredam emosi agar tak bertindak kasar pada cewek iblis di depannya ini.

"Asal lo tau, Lista Beccalaura. Gue nggak akan pernah SUDI nurutin kemauan lo!" pungkasnya datar namun terkesan menusuk menekankan kata sudi di kalimatnya.

Lista tersenyum sinis, "Ohiya?" ia diam beberapa saat, mencari kata-kata untuk membalas ucapan Kevin, "Oke, kalo lo nggak mau nurutin kemauan gue, Raina harus tau sesuatu, Kevin." Lanjutnya menyeringai di akhir kalimatnya.

"Tau apa? Jangan gila lo!"

Seandainya Lista bukan cewek, mungkin Kevin sudah menghadiahkannya bogeman mentah di mulut iblisnya.

"Raina harus tau kalo yang hamilin gue itu, lo Kevin!" ujarnya dalam satu tarikan nafas.

"K..kalian?" suara itu membuat keduanya menoleh. Dan tanpa disangka, Raina lah yang disana menatap mereka terkejut. Di detik berikutnya, tubuh Raina roboh seketika dan terkulai lemah di lantai rooftop.

Melihat keadaan Raina seperti itu, Lista merilik kearah Kevin dan melemparkan senyum liciknya sebelum mendekati Raina dan membantu cewek itu berdiri.

"Raina!" teriak Kevin berlari kearah Raina ketika ia melihat tubuh mungil cewek itu terjatuh dilantai, namun masih dalam keadaan sadar.

"Raina, lo nggakpapa?" Tanya Lista di belakang Kevin.

Raina hanya menatap kosong kedepan dengan airmata yang tak henti-hentinya mengalir.

"Raina, ternya-" Ucapan Rendi mengantung diudara ketika melihat Raina yang terduduk lemah di lantai Rooftop. Matanya terbelalak seiring dengan langkahnya di percepat bertujuan membantu Raina berdiri.
Kevin dan Lista menatap aneh kearah Rendi, mungkin di otak mereka saat ini sedang ada sebuah tanda tanya, 'kenapa Rendi bisa disini?' namun Rendi tak menghiraukannya. Ia menfokuskan kegiatannya membantu Raina untuk berdiri, namun hasilnya nihil. Raina tak bisa di bangunkan, sekujur tubuh Raina terasa sangat kaku, dia hanya menatap nanar kedepan. Tak menghiraukan ucapan Kevin, Rendi dan Lista yang terus-terusan menanyai keadaannya.

Heart (If You Know) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang