Chapter 11

1.9K 114 32
                                    

Raina melirik sekilas arloji di pergelangan tangannya, "Jam delapan." Desisnya lirih. Ia menepuk punggung mang Barjo yang tengah fokus kepada kemudinya. "Iya, Non?" Sahut mang Barjo, melirik Raina dari kaca spion.

"Pelanan aja, Mang. Upacara belum selesai jam segini."

Mang barjo hanya mengangguk patuh, tak mungkin ia menentang kata-kata majikannya ini mengingat Raina akan berubah kedalam mode galak jika keinginannya tidak dituruti.

Mobilnya terhenti ketika sampai di depan sekolahnya. Raina melirik lagi arloji di pergelangan tangannya. "Mang, kenapa jalannya cuma lima menit aja si? Upacara belum selesai tuh!" protesnya.

Mang Barjo hanya tersenyum tanpa dosa, "Lagian, Non mau berangkat jam berapa si? Tuh liat gerbangnya udah di tutup." Mang barjo menunjuk kearah gerbang.

"Itu mah gampang, Mang!" Raina menghela nafas berat. "Yaudah deh, mamang pulang aja. Hati-hati, dijalan ada Razia." Ujar Raina lalu melangkah kearah pos satpam.

Mang barjo terlihat panik sesaat setelah Raina berkata bahwa ada Razia.

"Non.. mobilnya mamang diemin di sini aja ya!" ucapnya setengah berteriak, mengingat jaraknya dengan Raina cukup renggang.

Raina yang sekitar lima meter lagi sampai ke pos satpam-akhirnya menoleh. "Kenapa, mang?"

"Mamang lupa bawa dompet, Non. SIM ada di dompet mamang." Jelasnya panik.

Raina mengerutkan keningnya sesaat setelah mendengar penjelasan mang Barjo. Namun di detik berikutnya, dia malah terbahak.

"Non, kenapa ketawa?" Tanya mang Barjo dengan raut bingung di wajahnya seiring tangannya menggaruk pelipisnya yang tak gatal.

Raina berdehem sesaat, dan memperbaiki ekspresinya. "Mamang nggak bakalan ketangkep kok."

"Kenapa?"

"Disana ada RAZIA ORANG GANTENG, Mang. Mau sampe kapanpun, mamang nggak bakalan ketangkep." Jawabnya dengan senyum geli yang hampir menjadi tawa.

Mang barjo terlihat berpikir sejenak, dan setelahnya ia mengangguk. "Yaudah non, mamang pulang dulu." ujarnya santai.

Raina hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sopirnya yang -kurang cerdasnya- nggak ketulungan.

Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju pos satpam, dilihatnya sang satpam sedang tertidur di kursinya dengan posisi miring sehingga kepalanya tertumpu pada sandaran kursi di belakangnya.

Lagi-lagi Raina menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gaji buta nih, gaji buta!"

"Wo-" Baru saja ia ingin meneriaki si satpam, namun niatnya ia urungkan ketika otak pintarnya bekerja lebih cepat seperti biasanya.

Kalo gue bangunin, uang saku gue bakalan abis buat nyogok si bangsat, mending ambil koncinya aja ah. Batinnya seiring dengan matanya menjelajah setiap kantong di pakaian si satpam.

Dan, Bingo! Kuncinya di saku baju.

Dengan hati-hati, Raina mengambilnya. "Dasar bangsat! Bego di pelihara!" desisnya lalu membuka gembok dengan cepat sebelum si satpam bangun.

Hari ini,Raina benar-benar beruntung mengingat Upacara bendera telah selesai tepat beberapa detik setelah dia menginjakkan kakinya di lantai koridor.

Raina melangkahkan kakinya dengan santai,

"Rainaaa!!"

Suara itu membuatnya menutup telingan dengan spontan.

Ia membalik badannya dan menemukan Yunita tengah berlari kearahnya, diikuti dengan Yunira yang berjalan santai di belakangnya.

Heart (If You Know) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang