Chapter 15

1.7K 110 15
                                    


Sudah berjam-jam lamanya cowok dengan tas yang bertengger di sebelah bahunya itu mondar-mandir tak karuan di depan apartemen kekasihnya. Sudah berkali-kali pula ia memencet bel namun tak kunjung mendapatkan respon dari dalam.

Kini tangannya beralih kepada ponselnya yang beberapa saat lalu ia masukkan kedalam saku lantas menempelkannya di telinganya setelah mencari nama seseorang yang ingin ia telpon.

"Angkat dong, angkat.." gerutunya berkacak pinggang sambil sesekali menoleh kearah koridor berharap orang yang ditunggunya berjalan kearahnya.

"Nggak diangkat lagi." Lirihnya kecewa kemudian memasukkan ponselnya kedalam saku.

Ia berderap melangkahkan kakinya menjauh dari apartemen tersebut. Jika memang cewek yang dicarinya ada disana, tak mungkin cewek itu tega mengabaikannya.

Dengan langkah gontai, ia berjalan lalu masuk ke mobilnya lantas melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia masih gelisah, terlihat jelas dari gelagatnya menggigit jari jempol tangan kanannya dengan sikunya tertumpu pada jendela mobil, sedangkan tangan kirinya mengendalikan kemudi.

"Ayah nyuruh gue nemenin mak lampir dirumah."

Kata-kata itu terlintas seketika di pikirannya yang membuat sudut bibirnya tertarik keatas. Dengan cepat ia memutar balik mobilnya karna saat ini tujuannya adalah bertemu gadis yang membuatnya uring-uringan.

Sesampaiya di rumah Raina, Kevin memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah Raina. Sebelum keluar, ia menghela nafas berkali-kali hanya untuk membuang kegelisahannya.

"Bismillah." lirihnya lalu keluar dari mobilnya lantas berjalan menuju pintu utama.

Kevin yang langkahnya sekitar lima meter lagi meunju pintu mendadak terhenti ketika melihat Raina jalan berlawanan arah dengannya. Langkah Raina juga mendadak terhenti ketika melihat Kevin berdiri di depannya.

PLAKKKKK

Perih. Itu yang Kevin rasakan. Entah apa yang membuat kekasihnya itu semurka ini sehingga dengan mulusnya telapak tangan Raina mendarat di pipinya--, ia masih kurang tau. Apa karna kata-kata Lista? Jika memang iya, dia bisa saja bertanya baik-baik kepada Kevin untuk memastikan apakah itu benar atau tidak.

"Anjing! Mau apa lo kesini? HAH?!"

Kevin hanya menatap Raina dalam diam, masih dengan tangannya yang memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan dahsyat Raina. Kevin tau, jika Raina murka, hal yang tak terduga-duga olehnya akan terjadi. Mungkin cucian yang masih di rendam akan mendadak kering jika Raina yang menyentuhnya --eh, nggakdeng.

Kevin memejamkan matanya lantas menghela nafas berat seiring dengan matanya terbuka. Senyum hangat terukir disana, ia berjalan mendekati Raina, mengikis jaraknya yang tertaut hanya dua langkah.

Tanpa ba-bi-bu, Kevin mendekap tubuh Raina erat, sangat erat sampai gadis itu tak mampu memberontak darinya.

Isak tangis Raina terdengar samar-samar di telinga Kevin. Ia mengelus punggung cewek itu lembut, berusaha menenangkannya.

Rendi yang baru saja keluar dari dalam Rumah Raina hanya tersenyum kikuk dengan tangan yang menggaruk pelipisnya yang tak gatal-- melihat sepasang kekasih yang tengah saling memberikan kehangatan. Walaupun ada sebuah bara api yang menyala pada hati si cewek, Rendi tau. Kevin mampu memadamkannya dengan pikiran yang dingin.

Mengingat pesan mamanya, Rendi berjalan sehening mungkin, tak ingin diketahui oleh sepasang kekasih yang dipadu asmara itu.

Setelah lama dalam posisi berpelukan, Kevin akhinya mengurai pelukannya lantas membersihkan sisa-sisa air mata di wajah Raina dengan kedua jari jempolnya.

Heart (If You Know) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang