Tangannya bergerak melucuti celana ku dengan tergesa-gesa, entah saking tidak sabarnya atau apa, Om Anton merobek celana dalamku membuatku melongo.

Kakiku diangkat dan ditempatkan di kedua bahunya, kemudian dia menempatkan beberapa bantal dibawah pinggulku hingga lubangku sejajar dengan penisnya.

Aku bersyukur karna Om Anton masih memiliki kepedulian padaku, tangannya beringsut mengambil sebuah lumbricant lalu mengoleskannya di sekitar penisnya dan lubangku sebagai pelicin agar aku tidak kesakitan nanti.

Aku tersenyum kearahnya yang langsung dihadiahi lumatan dibibir, ketika wajahnya mendekati wajahku badannya ikut bergerak maju dan--

Jleb-

Penisnya perlahan ikut merangsak masuk kedalam Anusku perlahan, aku sempat akan menjerit kesakitan tapi mulutku terlebih dulu dibungkam bibirnya.

Aku hanya bisa melotot karna dia juga mengunci kedua tanganku disisi kepala.

Dengan rakus dia terus melumat bibirku sampai sekiranya aku lebih rileks, sedangkan dibawah sana penisnya masih terus merojok dalam anusku dengan tempo yabg beraturan, lambat laun berubah menjadi cepat dan sangat cepat.

Aku sudah tidak kesakitan lagi, yang aku rasakan sekarang hanyalah nikmatanya persengamaan ini. Bibir Om Anton sudah tidak membekap mulutku lagi hingga aku bebas mendesah, mengapresiasikan rasa nikmat yang aku rasakan.

"Ahhhhhhhhhh........ommmmhhh....ahhhhhh."

"Kenapahhhhh...sayanghh....panggil nama Om, Om mau dengar sayanghhhh."

"Omhhh...Antonhhhhhh....oughh...enak..ommhhh..enak....."

"Ngghhhh.....lubang...kamuhhh...juga...enak...sayang....masih..sempithhh...aja...ahhhhhh."

"Ougghhhhh....yang....keras...omhhh.....yang...keras....."

Tanganku memeluk kedua lengan berotot Om Anton yang berada di setiap sisiku, kulihat wajah Om Anton sangat sexy dengan bulir-bulir keringat yang menetes di dahinya. Tangan kananku kini bergerak menyentuh pipinya yang tegas, dia tersenyum diatasku.

"Kamuuuhhhh...puasshhh kan sayang?"

"Puashh bangethhh." Ucapku.

"Ahhhhh....Om sampai sayang....om sampai."

"Keluarinnyahhh...dihh..luar..aja..omhhh."

Om Anton menggeleng, dia masih terus merojok anusku membuat badanku sesekali ikut terhentak hentak.

"Ahhhhh.....Ommmhhh...Dimasss...sampai...ommmhh." languhku panjang.

Crot crot crot....

Pejuhku keluar deras membasahi perut Om Anton dan meleleh melewati paha bagian dalamku.

"Dimaaashhhhhhhhhhhhh."

Tak lama Om Anton melenguhkan namaku ketikan mencapai orgasme-nya.

Aku sedikit kesal karna Om Anton tak mau mendengarkanku, dia tetap menumpahkan pejuhnya didalam, membuatku penuh oleh cairannya.

Setelahnya, tubuh Om Anton ambruk di atasku.

Om Anton kelelahan, sama halnya dengan ku. Hingga kami tertidur masih dalam kondisi berpelukan dan penis om Anton masih bersarang didalamku.

Ketika aku membuka mata, hal yang pertama kali kulihat adalah Om Anton yang tengah mengelus pucuk kepalaku. Dia sudah mengenakan pakaian lengkap seperti sedia kala.

Aku beringsut bangun.

"Jam berapa Om?"

"Jam 12, sayang."

"Udah siang banget." Ucapku sambil mengucek mata. Kakiku bergegas turun dari ranjang dan berjalan kearah kamar mandi masih dalam keadaan naked.

Aku cuek saja, aku dan Om Anton kan udah saling liat badan bugil satu sama lain, ngapain juga sekarang harus ditutupi.

"Mau Om Mandiin?"

Ucap Om Anton menggodaku, aku diam saja dan terus berjalan kearah kamar mandi.

Tepat saat Om Anton berjalan dibelakangku, aku langsung membanting pintu kamar mandi dan tertutup tepat dihadapannya.

"O'ow." Ucapnya ketika hidung mancungnya itu hampir menghantam ambang pintu.

Aku cekikikan didalam, orang tua itu benar-benar mesum sekali.

Saat aku sedang mandi, aku mendengar suara pintu kamar yang diketuk seseorang. Bukan pintu kamar mandi, tapi pintu utama.

Kudengar Om Anton sedikit berbincang-bincang sebentar, lalu menutup pintunya kembali.

Selesai mandi, aku pergi keluar hanya dengan sebuah handuk yang melilit di pinggangku. Kedua tanganku mengeringkan rambut dengan handuk lain yang lebih kecil.

Kulihat mata Om Anton tak berhenti menatapku, membuatku jengah. Bisa kutebak dia pasti berfikir yang tidak-tidak.

"ML lagi yuk." Ajaknya.

"Gak mau!" Jawabku membuatnya cemberut.

"Tapi kam--"

"Aku gak suka dipaksa. Kalo Om Anton masih maksa, aku gak mau ketemu Om lagi!"

"Iya, iya." Akunya mengalah, "Nih, baju gantinya." Tambahnya.

Aku melihat diranjang sudah tersedia sepasang baju baru santai dan dalamannya juga.

Ah-aku tidak heran bagaimana om Anton menyiapkan ini tanpa dia keluar sedikitpun dari kamar ini, karna selama aku mandi, dia terus merengek agar diperbolehkan masuk. Jelas aku abaikan.

Mungkin saja, Om Anton menyuruh anak buahnya membeli pakaian itu lalu diantar ke hotel.

Bisa saja, namanya juga orang kaya. Punya banyak bawahan.

Tak mau ambil pusing, aku langsung mengenakan pakaian baru itu didepan Om Anton, kulihat om Anton hanya meneguk ludah namun tak bisa berbuat apapun, matanya menatap ku lama.

"Aku laper Om." Ucapku membuat Om Anton keluar dari zona liarnya, lalu tersenyum kearahku.

"Yuk kita cari makan." Ajaknya. "Energi kamu pasti terkuras abis saat kita perang ranjang tadi ya kan?"

"......."

Aku melengos membuka pintu, tak membalas ucapannya yang terdengar absurd. Aku belum sarapan, itulah alasanku lapar sekarang. Bukannnya--

Ah, sudahlah.

Bersambung....

Pas gue review lagi, gue bener-bener kaget ama isi part ini. Hehe.peace damai.

Voment jangan pelit oy.

Dimas(ManXBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang