Bagian 7

1K 50 0
                                    

"Bangunnn...."

Faya mengerjapkan matanya berulang kali. Ia masih belum sepenuhnya sadar. Faya merasakan dingin di seluruh tubuhnya. Ia tidak memakai selimut dan hanya memakai kaus lengan pendek.

Dingin. Ia mulai menggigil. Sesaat ia menyadari ia tidak tidur di kamarnya. Faya menoleh ke kanan dan kirinya, masih belum sadar.

"Ini masih malam," ucapanya setelah duduk. "Aku di taman..." igaunya.

"HAH... AKU DI TAMAN!"

Faya tersadar sepenuhnya. Tempat itu adalah taman yang sering ia datangi waktu kecil. Dulu hampir setiap malam minggu ia datang ke tempat itu.

Setelah ia mencoba mengingat apa yang terjadi, namun tidak ingat, ia bangkit dan berkeliling tempat itu. Tidak ada siapa pun yang dia kenali.

Faya mendengar keributan dari kejauhan. Ia mencoba mendekatinya. Ia bersembunyi di balik semak-semak. Bukan penculiknya, hanya keluarga yang sedang ribut.

"Apa yang terjadi?"

Lupakan Faya sekarang mungkin kamu yang sedang dalam bahaya. Seorang penculik baru saja meninggalkanmu di taman.

Faya berlari menjauh, keluar dari taman. Tanpa ia sadari cahaya terang lampu mobil yang begitu menyilaukan datang dari arah yang berlawanan.

Segalanya berlangsung sangat lambat, seperti adegan film dengan slowmotion.  Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Seluruh badannya kaku dan tidak bisa digerakkan. Padahal beberapa detik lagi mungkin mobil itu akan menabraknya.

Entahlah. Ia benar-benar putus asa. Ia mencoba menggerakkan kakinya. Ya, bergerak satu langkah. Namun saat ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia melihat seorang lelaki berlari dari kejauhan. Ia berlari sangat cepat, keluar dari taman itu dan menuju ke arahnya.

"Dia laki-laki tadi..."

Lelaki itu membuat dirinya kembali diam. Ia akan selalu ingat tatapan matanya itu. Dia menarik.

Ia tidak tahu berbuat apa lagi. Mobil itu sudah mendekatinya. Benar-benar mendekatinya dan Faya akhirnya hanya bisa menutup matanya pasrah.

Sesuatu mendorongnya cepat. Ia terpelangting cukup jauh. Anehnya ia jatuh di rerumputan bukan aspal. Ia tidak mengalami luka apa pun kecuali dahinya membentur bebatuan. Tapi luka kecil itu membuatnya hampir hilang kesadaran.

"Lelaki tadi... " bisiknya.

Lelaki itu tergeletak di aspal dingin dengan darah mengalir di seluruh tubuhnya. Faya mencoba mendekatinya. Perlahan pandangannya buram. Ia kemudian terjatuh dan tak sadarkan diri. Semuanya gelap.

Perlahan ia membuka matanya. Cahaya lampu yang begitu terang datang dan menyilaukan kedua matanya. Kamudian ia menutup kembali matanya dan
menguceknya pelan.

"Bangun! jam berapa nih?" terdengar suara teriakan dari luar. Ia memandangi sekelilingnya. Kini yang ia lihat hanyalah pemandangan kamarnya yang tak tertata. Taman kota tak lagi ia lihat.

"Mimpi itu lagi!"

Butuh waktu yang lama untuk menyadari apa yang telah terjadi. Faya segera memandangi dinding kamarnya dan mencari-cari dimana letak jam dindingnya.

"Gila, jam 08.05!"

Ia segera bangkit dari tempat tidurnya
dan bergegas ke kamar mandi. Ia membasuh wajahnya berulang kali, kemudian berkumur. Setelah menggosok giginya ia kambali menuju ke kamarnya dan mengambil seragam sekolahnya. Setelah mengenakan seragamnya ia menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya. Ia sempat tersadar karena belum sempat memasukan buku ke dalam tasnya. Ia berlari menuju meja belajarnya dan menyambar buku secara acak kemudian bergegas ke turun.

Berandal Buana [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें