Rachel tersenyum kecut "Trima kasih juga, uang yang kau transfer sangat banyak dan itu sangat lebih."

Lucifer akan membuka mulutnya untuk bersuara tapi dicegah oleh Rachel.

"Biarkan aku bicara. Aku belum selesai Lu." Rachel mulai merasakan sesak dalam hatinya. Rasa tidak rela untuk meninggalkan Lucifer.

"Kau tau? Suatu kesenangan dan kehormatan bagiku bisa bekerja untukmu. Untuk CEO besar sepertimu. Memberikanku banyak pengalaman bagaimana kerasnya dunia."

"Aku jadi tau bagaimana rasanya jatuh dan sakit. Tetapi aku juga tau bagaimana rasanya bahagia dan caranya bangkit lagi." Lanjutnya.

"Kau tau Lu, saat itu. Saat kita pergi ke Disneyland dan kau mengajakku menonton kembang api. Kau ingat?"

Lucifer mengernyit "Hmm, aku ingat" nadanya datar. Menunggu kelanjutan Rachel.

"Itu adalah salah satu hari terbahagia dalam hidupku" bulir bening sukses jatuh dari sudut mata Rachel.

Ia menyekannya dan tersenyum. Membuat Lucifer bertanya-tanya apa yang sedang dipikirkan oleh Rachel.

"Terima kasih karna kau mau mengajakku kesana. Kau tau, aku jadi teringat kedua orang tuaku. Aku sangat merindukan mereka." Kini buliran bening itu menganak sungai pada kedua pipinya.

"Tapi aku merasa lega karna yang mencelakakan orang tuaku telah di hukum" isak tangis tadi mulai menenang.

Lucifer menegang. 'Dihukum?' Harusnya dia yang dihukum, harusnya Lucifer bukan orang bayaran yang dibayar daddynya untuk menggantikan posisi Lucifer.

Rasa iba itu muncul dari dalam hatinya. Rasa bersalah itu seakan-akan merongrong ingin keluar. Ingin sekali rasanya Lucifer memberitahu yang sebenarnya. Hanya saja itu terlalu sulit.

Untuk menjelaskan kenapa kemarin malam dia bersama wanita saja sulit rasanya, apalagi untuk menjelaskan bahwa dia dan daddynya yang menyebabkan kematian orang tuanya. 

"Aku yakin mereka berdua sudah bahagia disana" ucap Lucifer meyakinkan walaupun dia akan di kutuk oleh Sang Lucifer yang sebenarnya di neraka.

"Ya aku harap mereka bahagia" sembari memamerkan senyum yang paling indah, Rachel membersihkan sisa-sisa air matanya.

•••

Seharian penuh ini Rachel menemani Lucifer di dalam mansion. Lucifer berkata ingin menghabiskan hari terakhirnya dengan Rachel dan di iyakan oleh Rachel.

Mereka hanya sekedar berbincang-bincang obrolan ringan. Bahkan Rachel tidak merasa masalah lagi dengan apa yang terjadi kemarin malam.

Ia menikmati, sangat menikmati hari-hari terakhirnya ini. Hingga ia jatuh terlelap pada dada Lucifer di tengah ruangan yang sedang menayangkan siaran bola tengah malam.

Lucifer yang tak keberatan dengan tingkah Rachelpun membiarkan gadis itu tertidur memakai lengannya sebagai bantal hingga ia sendiri terlelap kedalam alam mimpi.

Rachel terbangun, matanya mengerjap beberapa kali. Telinganya menangkap suara dari tv. Rachel mengecek jam tangannya yang menunjukan pukul 4 pagi.

Ia tidak menemukan Lucifer disebelahnya 'Sial, dia pasti tidur dikamar tanpa perlu repot-repot membangunkanku. Huh!' Gerutunya.

Rachel beranjak dari sofa ke pantry dapur. Ia mengambil gelas dan menuangkan air kedalam gelasnya dan langsung menegak air itu hingga kandas.

Samar Rachel dengar ada suara pada ruang kerja Mr Albert. 'Siapa yang bertama pagi-pagi buta begini?'

Dengan penasaran tingkat dewa yang dimilikinya, Rachel menjejalkan kakinya mendekati Ruang kerja Mr Albert. Ruangan itu tidak tertutup sehingga membuat suara orang yang berada di dalamnya jelas terdengar.

Rachel mendekatkan telinganya kearah pintu, mengikis jarak yang bisa ia jangkau.

"Tidak! Kau tidak bisa membiarkannya pergi dari sini Lu" suara bariton itu terdengar geram. Yang diyakini Rachel milik Mr Albert.

"Dia yang menginginkannya dad. Aku tidak memintanya" suara itu. Suara pria yang satu hari ini ditemaninya.

"Kau tau orang tuanya tidak ada karna aku! Kau tau jelas itu Lu. Dan aku tidak akan membiarkannya tinggal bersama wanita ular itu. Aku tidak ingin dia diperas!" suara Albert naik satu oktaf, dia sangat-sangat gusar dari apa yang Rachel dengar.

"Kau sangat tahu Lu, Rachel kehilangan orang tuanya karna kecelakaan yang aku sebabkan" lanjutnya dengan nada lelah.

Seketika hati Rachel mencelos, apa yang baru saja dia dengar sangat-sangat tak bisa diduga.

Hingga semuanya menjadi gelap dan dingin.









Holaaaa....
Aku udah selesai UN nih hehehehhe....
Kalian tau gak rasanya bebas bangett, tapi masih takut sama hasilnya...
Semoga gak ngecewain yah...

Ini part buat kalian yang udah setia nungguin, jangan lupa COVOT...

Happy Reading

The Cold Ones Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang