"Mau ke rumahku?" ajakku. Jinhwan menggangguk pelan.

"Hei Jinhwan, apa kau bisa melihat makhluk halus?" aku melontarkan pertanyaan acak kepadanya.

Jinhwan nampak terkejut. Ia menatapku dengan matanya yang membulat penuh. Perlahan bibirnya bergerak membuat sebuah senyuman miring. Entah wajah apa yang sedang kulihat saat ini. Terlihat menyeramkan. Kemana Kim Jinhwan yang berwajah manis tadi?

"Bukankah menarik jika aku bisa melihat mereka?" ucapnya.

"Ke-kenapa kau memasang wajah menyeramkan seperti itu??" aku memukul pundaknya pelan.

Jinhwan hanya terdiam.

"Apa menurutmu Minho akan mati?" tanyaku.

"Aku tidak tahu. Jangan tanya padaku." ucapnya.

"Seandainya kutukan itu tidak ada.. tak akan ada murid yang mati. Mungkin Lee Chanhyuk masih hidup sekarang."

"Ini karena Nam Jinhwan dianggap ada oleh teman-temannya saat dia sudah meninggal. Jadi orang yang seharusnya tak ada akan selalu ada di kelas kita." Jinhwan memandang jalanan di depan.

"Hmm.." aku menghela nafas panjang. "Murid tambahannya... Bukan kau kan?" tanyaku.

"Kuharap begitu." jawabnya singkat.

Perlahan kegelapan malam mulai menutupi senja. Tak ada bulan, tak ada bintang. Pepohonan saling berbisik ditengah keheningan. Lampu-lampu redup menemani kami di sepanjang jalan.

Setelah beberapa langkah, akhirnya kami sampai tepat di depan rumahku. Terlihat sosok laki-laki tengah berdiri di depan pintu. Wajahnya hanya terlihat samar-samar.

"Donghyuk?" Jinhwan memanggil sosok itu. Sepertinya ia dapat melihatnya dengan jelas.

Aku tak dapat menebak siapa sosok itu karena jarak yang jauh ditambah dengan kegelapan malam. Mata Jinhwan mungkin berbeda dengan mataku. Mungkin ia dapat melihat apa yang tidak dapat kulihat.

Kami mendekati sosok itu. Kali ini wajahnya dapat terlihat dengan jelas.

"Kim Donghyuk! Ada apa?" tanyaku.

Donghyuk mengatakan bahwa tujuannya datang ke rumahku untuk bertemu dengan pak Yang Hyun Suk dan menanyakan perihal tugas yang diberikan. Aku memberitahunya bahwa paman sedang pergi ke supermarket bersama nenek. Alhasil aku mempersilahkannya masuk dan membiarkannya menunggu di dalam.

Kami duduk melingkar di karpet dalam kamarku.

"Kalian sangat dekat ya.." ucap Donghyuk membuka pembicaraan. "Padahal dulu Jinhwan tidak ada."

"Tolong jangan ungkit masa lalu." ucapku tegas.

Donghyuk menatapku. "Kenapa kau tersinggung?"

Aku hanya membalas tatapannya.

"Hmm.. aku ambilkan minum ya." tawar Jinhwan dengan tujuan meredakan suasana.

"Wah, sepertinya kau sudah sering kemari. Kau bicara seolah rumah ini adalah rumahmu." ucap Donghyuk.

"Ya.. aku memang sering bermain di sini." jawab Jinhwan.

Donghyuk menggangguk - angguk pelan saat mendengar jawaban Jinhwan.

"Kalian habis menjenguk Minho, ya?" tiba-tiba Donghyuk mengubah topik pembicaraan. "Bagaimana kabarnya?"

"Operasinya lancar, tapi ia harus dirawat di sana selama beberapa hari." jawabku.

"Bagaimana kakinya bisa dioperasi seperti itu?" tanya Donghyuk lagi.

Akhirnya aku dan Jinhwan menceritakan kejadian tadi pada Donghyuk. Kejadian dimana vas bunga jatuh secara tiba-tiba tepat di atas kepala Minho.

Class 3-3Where stories live. Discover now