Aku menatap langit-langit kamarku tanpa memikirkan apapun. Suasana yang sangat hening, bahkan suara detik jam pun tak terdengar. Pandanganku terasa kosong. Aku menghirup nafasku perlahan hingga tempo detak jantungku turut melambat.
Aku mengingat kembali kisah yang diceritakan Jinhwan kemarin.
Dahulu, di kelas 3-3 ada seorang murid yang disukai semua orang. Ia sangat populer di kelasnya. Sayangnya pada waktu itu terjadi sebuah kecelakaan dan murid itu meninggal.
Semua orang, termasuk para guru tak menerima kematian murid itu. Setelah murid itu meninggal, suasana kelas itu menjadi kelam. Sampai akhirnya seorang murid menunjuk bangku yang ditempati murid yang meninggal itu.
"Dia masih hidup! Lihat.. dia ada di sini"
Setelah mendengar itu, semua orang percaya bahwa murid itu masih ada di kelas 3-3. Ia tidak meninggalkan mereka. Ia masih hidup di kelas itu. Bahkan mereka menyiapkan kursi untuk murid itu saat kelulusan, meski tak ada yang menempatinya. Mereka bertingkah seolah-olah kecelakaan itu tak pernah terjadi.
Setelah mendengar kisah itu aku segera berlari keluar meninggalkan Jinhwan di sana. Entah kenapa aku jadi sangat gelisah. Aku takut, namun aku penasaran. Kim Jinhwan, Kim Jinhwan, Kim Jinhwan. Mengapa kau terus menerus menghantui pikiranku? Aku pasti sudah gila.
***
Aku turun ke dapur.
"Junhoe, kau sudah bangun." ucap seseorang yang tak lain adalah pamanku.
Aku tersenyum padanya dan mulai melahap sarapanku. Dia turut mengikuti menghabiskan makanannya. Kami makan bersama.
"..Paman" aku membuka pembicaraan. Tanpa menghiraukanku, paman terus melanjutkan makanannya. "A-apa paman tau cerita tentang kelas 3-3?" tanyaku.
Seketika ia menghentikan suapannya, menaruh sendoknya di atas piring, dan menatapku serius. Aku terkejut melihat reaksinya. Tak kusangka pertanyaanku tadi sangat berpengaruh padanya.
"Kenapa kau menanyakan itu padaku?" ucapnya mengembalikan pertanyaan.
"Apa salah jika aku menanyakannya padamu, paman? Apa kau mengetahui apa yang tak kuketahui?" tanyaku lagi.
"Ahh, bukan seperti itu. Maksudku kenapa kau tidak bertanya pada teman-temanmu saja? Kita pindah kemari bersama. Jika kau tidak tahu, mana mungkin aku tahu." jawabnya.
Tiba-tiba terdengar suara tangisan dari entah berantah. Paman beranjak dari kursi yang didudukinya tadi dan melangkah mendekati sumber suara tangisan itu. Aku mengikutinya. Itu suara nenek. Setiap hari ia menangis di hadapan foto ibu dan bibi. Kedua anak yang dimilikinya meninggal mendahuluinya.
Paman selalu menenangkan nenek. Kini ia tinggal bersama kami dan merawat nenek. Mungkin ia menantu paling baik di dunia. Aku kagum padanya. Entah apa yang terjadi bila paman juga tidak ada.
***
Hari ini aku tidak melihat Kim Jinhwan di kelas. Mungkin ia tidak masuk sekolah. Entah kenapa aku merasa kisahnya saat itu belum tuntas. Aku ingin bicara lagi dengannya.
Aku melangkah mencari tempat duduk sambil membawa makananku.
"Koo Junhoe! Kemarilah"
Seseorang memanggilku. Jiwon mempersilahkanku duduk di sampingnya.
"Terima kasih, kupikir aku akan makan sendiri." ucapku.
"Tentu saja kau makan sendiri, memangnya kau mau disuapi?" ucap Yunhyeong.
YOU ARE READING
Class 3-3
Mystery / Thriller[COMPLETED] "Kau tahu, katanya dulu ada seorang anak yang meninggal di kelas 3-3. Tapi teman-temannya justru bersikap seolah-olah anak itu masih ada. Kelas 3-3 terkena kutukan di tahun-tahun berikutnya. Murid-murid di kelas itu satu persatu meningg...
