43 ● Everything's Gonna be Alright

6.8K 921 74
                                    

Langit biru yang cerah menemani langkahnya di tengah ladang ilalang.

Rambut panjang yang ia biarkan tergerai ikut menari terbawa angin bersamaan dengan gaun putih selututnya yang bergerak ke sana kemari.

Kakinya masih terus melangkah. Mencoba membelah ilalang kecoklatan yang setinggi badannya.

Helaan nafas berat terus ia hembuskan ketika rasa lelah mulai menyerang.

Bagaimana tidak?

Sejak tadi yang dia lakukan hanyalah berjalan tanpa tau kemana angin akan membawanya.

Tangan halusnya masih sibuk menyisir ilalang-ilalang yang menghalangi pandangan kala manik gelapnya mendapati sesuatu yang membuatnya benar-benar takjub.

Dia menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Mengulum sebuah senyum manis yang beberapa hari terakhir tidak dapat ia tunjukan.

Dia tidak menyangka kalau dibalik ilalang-ilang itu, ada hamparan bunga yang begitu luas. Bahkan matanya tidak dapat menangkap dimana ujung ladang bunga itu.

Gadis itu melangkah mendekat sembari memetik beberapa tangkai bunga. Mengumpulkannya menjadi satu hingga membentuk sebuah buket bunga yang indah.

Untuk beberapa detik, dia tertegun.

Sepertinya, dia pernah mendapat buket bunga yang lebih indah dari ini.

Lima tangkai mawar merah dengan satu tangkai mawar putih ditengah.

Tiba-tiba saja buket bunga itu terlintas dipikirannya.

Dia terhenyak. Genggamannya pada bunga-bunga itu mulai merenggang. Hingga akhirnya terlepas begitu saja. Terhempas dan berceceran di atas rumput yang ia pijak.

Pikirannya melayang di udara.

Harusnya dia tidak di sini.

Harusnya dia ada di rumah sakit dengan selang infus yang baru saja dilepas.

Apa ini surga?

Apa dia sudah mati?

Tapi seingatnya dia sudah baik-baik saja.

Bahkan harusnya sekarang dia bersiap-siap untuk kembali ke rumah, karena dokter sudah mengizinkannya untuk pulang.

"Sungmi-ya.."

Suara itu..

Suara berat yang menyapa telinganya terasa begitu familiar.

Untuk beberapa detik gadis itu terdiam. Sepertinya dia mulai berhalusinasi.

"Sungmi-ya.."

Kali ini panggilan itu lebih lembut, dan itu membuatnya yakin kalau suara itu nyata.

Sungmi menoleh ke sumber suara.

Manik gelapnya bertubrukan dengan pandangan laki-laki yang mendekat ke arahnya dengan senyum yang mengembang di wajah tampannya.

Laki-laki dengan kaus putih lengan panjang yang longgar di tubuhnya. Serta surai hitam yang bergerak ke sana kemari.

Lagi-lagi pikirannya mengamuk.

Kenapa orang itu ada di tempat ini juga?

Bersamanya?

Apa mungkin mereka sudah sama-sama mati dan dipertemukan kembali, karena permasalahan di dunia belum terselesaikan dengan semestinya?

Entalah, Sungmi sendiri bingung.

Yang pasti matanya mulai berkaca-kaca hingga lelaki itu berdiri di hadapannya. Tersenyum layaknya semua baik-baik saja.

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang