14 ● Mengetahuinya

13.4K 1.5K 38
                                    

Sepanjang perjalanan menuju lorong loker sekolahnya, Jimin terus saja menjadi pusat perhatian. Banyak pasang mata yang menatapnya dengan pandangan kagum, terutama kaum yeoja, tetapi tidak jarang juga yang menatapnya dengan pandangan takut.

Sesekali Jimin membenarkan rambutnya dengan sela-sela jarinya, tidak lupa ia juga tersenyum tipis pada orang yang memanggil namanya yang membuat para yeoja semakin memandangnya dengan pandangan tidak percaya. Jimin memang paling pandai dengan urusan tebar pesesona.

Pagi ini Jimin berjalan sendirian, tidak ada anggota Bangtan di sampingnya seperti biasa, karena memang teman-temannya itu tidak ada yang tahu kalau Jimin pergi ke sekolah hari ini. Kemarin Jimin baru saja keluar dari rumah sakit, setelah dirawat satu hari.

Untungnya Jimin tidak perlu dirawat lebih lama lagi karena memang hanya perlu istirahat. Dokter memang menyuruhnya untuk tidak sekolah dulu selama 2 hari, tetapi memang Jimin yang sulit diatur, bukannya beristirahat, Jimin malah pergi ke sekolah hari ini. Mungkin kalau Jimin bertemu dengan sahabat-sahabatnya itu, Jimin akan diceramahi.

Beruntungnya Jimin memiliki sahabat yang baik, teman-temannya itu bergantian untuk menungguinya di rumah sakit, ditambah lagi Sungmi yang beberapa kali menjenguknya.

Jimin sampai di lorong loker yang sudah ramai, semua mata seakan tertuju padanya, memperhatikan ia yang sedang berjalan dengan santainya. Tadi pagi Jimin berniat untuk mengajak Sungmi berangkat ke sekolah bersama, tetapi sayangnya gadis itu sudah berangkat duluan, dan sampai saat ini Jimin belum juga melihat keberadaannya.

Setelah mendengar cerita kalau ada yang berusaha mencelakai Sungmi, gara-gara dekat dengan dirinya, Jimin bersumpah untuk menemukan orang itu. Dia sendiri tidak habis pikir, ada orang yang berani melakukan itu hanya karena Sungmi dekat dengannya?

Pandangan Jimin tertuju pada seorang murid laki-laki yang sedang berdiri di depan loker yang berada di samping loker miliknya. Namja itu pun sama dengan Jimin, ia menjadi pusat perhatian para yeoja di sana.

Jimin hafal betul siapa orang itu, lalu Jimin mempercepat langkahnya, senyumnya juga mengembang sampai nyaris menenggelamkan matanya.

"Taehyung-ah!" teriak Jimin sambil merangkul bahu Taehyung yang lebih tinggi darinya. Keduanya menjadi pusat perhatian di sana.

Taehyung menoleh, keningnya mengerut saat tau Jimin berada di sampingnya. "Ya! Neo wasseo?"

Jimin melepaskan rangkulannya, lalu ia membuka lokernya yang sudah hampir penuh dengan hadiah dari para penggemarnya, Jimin meletakkan tas yang tadi tersampir di bahu kanannya lalu mengambil buku matematika yang terselip di antara hadiah-hadiah itu. Mungkin sepulang sekolah nanti ia akan membawa satu persatu hadiah itu karena sekarang lokernya benar-benar hampir penuh.

"Eoh. Aku seorang pelajar Taehyung. Jelas saja aku datang ke sini." Tangan Jimin terarah untuk menutup loker di depannya.

Loker Taehyung juga tidak jauh berbeda dengan Jimin. Hanya saja Taehyung memang rajin membawa hadiah-hadiah itu pulang ke rumahnya.

"Dokter bilang kau harus istirahat, Jim," kata Taehyung setelah mengambil buku Matematika, lalu ia menutup kembali lokernya. Pagi ini, Taehyung dan Jimin memang berada pada kelas yang sama.

Jimin mendengus, lalu berjalan mendahului Taehyung.

"Aku sudah sehat, Tae. Tenang saja. Oh iya, apa kau lihat Sungmi?" tanya Jimin sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru lorong. Sialnya dia tidak juga menemukan gadis itu.

Taehyung menyamakan langkahnya dengan langkah Jimin. Kepalanya menggeleng. Hatinya sedikit mencelos saat mendengar pertanyaan Jimin.

Pikirannya melayang ketika malam itu Sungmi bilang kalau dia menyayangi Taehyung, padahal Taehyung benar-benar senang saat itu, tetapi setelah mendengar Sungmi menyayanginya sebagai teman, ada sedikit rasa sakit yang menjalar di hatinya.

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang