7 ● Baru Sadar

15.2K 1.9K 124
                                    

Jimin POV

"Mworago?"

Apa barusan dia bilang Taehyung? Kim Taehyung? Bagaimana bisa Taehyung mengembalikan sepatu Sungmi yang sudah aku buang? Ada apa dengannya?

"Kim Taehyung, temanmu," kata Sungmi.

Tidak. Ini tidak benar. Apa jangan-jangan teman yang di maksud Taehyung tadi adalah Sungmi?

Aku masih menunjukan ekpresi terejutku, sedangkan Sungmi menatapku heran. "Ada apa Jimin?" tanyanya.

"Apa tadi Taehyung ke apartemenmu?"

Jujur saja aku berharap kalau Sungmi menjawab tidak. Tapi sebenarnya apa urusannya denganku? Kenapa aku jadi gelisah begini?

"Eoh. Tadi dia membantuku berbelanja, dan aku memasak makan malam untuknya," jawabannya tidak sesuai dengan keinginanku.

Seberapa dekat mereka sampai-samapai Tae mau mampir ke apartemennya? Aku dan Tae memang dekat, dia bukan orang yang mudah untuk mau mengunjungi rumah seseorang. Pantas saja tadi dia tidak mau aku ajak makan.

Haruskah aku bertanya kedekatan mereka? Tapi kenapa aku jadi peduli begini? Sungmi saja bukan siapa-siapa! Ah tapi daripada aku penasaran lebih baik aku tanyakan sajalah.

"Seberapa dekat kau dengannya?"

Sungmi terlihat berpikir. "Emm tidak terlalu dekat. Dia sempat menyelamatkanku, sejak saat itu kami menjadi teman."

Menyelamatkannya? Memang ada apa? Apa dia sempat kecelakaan? Atau apa?

"Menyelamatkanmu?" tanyaku dengan kening berkerut.

"Aniyeo." Dia menggelengkan kepalanya. Sungmi tidak mau menceritakannya padaku? Ada apa sebenarnya?

"Katakan padaku ada apa Sungmi."

"Tidak ada apa-apa Jimin!" jawab Sunmi dengan suara meninggi, kenapa dia jadi marah padaku? Padahal aku bertanya baik-baik! Kenapa dia berubah begini?

"Ada apa sebenarnya Sungmi! Kenapa kau malah marah padaku?!" balasku.

Aku jadi kesal sekarang. Kenapa dia marah padaku? Memangnya salahku apa? Wajahnya berubah sedikit pucat saat aku membentaknya tadi. Ah aku jadi merasa bersalah sekarang.

"Mian. Aku tidak bermaksud untuk memarahimu, yasudah kalau kau memang tidak mau menceritakannya padaku."

"Kau menakutkan," ucapnya sambil menunduk.

Apa aku semenakutkan itu? Apa aku terlalu keras padanya? Jinjja aku tidak bermaksud memarahinya, dan bahunya bergetar? Apa jangan-jangan dia menangis?

"Cheongmal mianhe Sungmi-ya," ucapku lagi.

Aku menarik Sungmi masuk ke dalam pelukanku. Aku memeluknya erat sambil mengelus-elus punggungnya. Dia menyandarkan kepalanya di dadaku, lalu aku menempelkan daguku ke puncak kepalanya sampai wangi strawberry dari rambutnya menghiasi rongga penciumanku.

Jantungku berdetak lebih cepat lagi, aku rasa Sungmi bisa mendengarnya. Aku gugup. Sangat. Dari sekian banyak yeoja yang pernah aku peluk kenapa hanya dengan Sungmi aku merasakan hal aneh ini? Bahkan dengan Hanyura aku biasa saja. Padahal dia adalah gadis tercantik di sekolahku. Ah molla, aku tidak perduli, yang pasti sekarang aku harus menenangkan gadis yang sudah aku buat menangis ini.

"Jimin-ah? K-kau b-benar t-tidak s-sakit? Detak jantungmu t-tidak normal." Sungmi berkata dengan terbata-bata karena tangisnya belum juga berhenti. Gadis ini sangat polos rupanya? Hanya aku bentak sedikit saja, dia nangis sesegukan? Dan dia itu bodoh atau bagaimana? Apa dia tidak sadar kalau aku gugup?

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang