(35) Alan dan Elvan

6.1K 297 5
                                    

Entah kenapa, perasaan Jessie sedang benar-benar tidak menentu. Saat ini, gadis itu sedang duduk di kursi kemudi dalam mobil. Dengan tangan yang memegang setir dan sesekali mengetuk-ngetuk mengikuti irama musik yang mengalun indah di dalam mobil Jessie.

Di mulai dari hukuman aneh yang ia dapat, Mamanya yang bersikap aneh setelah mengetahui mobil yang Jessie kendarai menabrak mobil orang lain, kehadiran orang misterius yang Jessie yakini sebagai Leo, sampai Sania yang bukan lain adalah Mamanya Leo.

Tidak sampai di situ, Jessie yang bertingkah seperti bukan dirinya lalu kemudian tiba-tiba meninju Elvan, pingsan, dan akhirnya kabur dari UKS karena di situ juga ada Elvan.

Semua kejadian yang ia alami hari ini, terbayang kembali dengan teratur di memori kepala Jessie. Namun, ada yang masih menguasai pikirannya saat ini. Leo dan Elvan.

"Gue yakin banget kalo tadi tuh Leo." gerutu Jessie dengan kesal dan penuh sesal karena tidak bisa memastikan sendiri siapa orang tadi.

Ia pun melajukan mobilnya menuju sebuah rumah yang sudah jarang ia kunjungi lagi. Terakhir, setelah insiden ban mobil yang bocor dan bertemu dengan iblis seperti Rey.

Mobilnya pun berhenti di depan gerbang yang menjulang tinggi. Membatasi penglihatan Jessie terhadap rumah besar nan mewah yang bercat putih.

Mata tajamnya menyorot ke sebuah jendela yang ia hapal betul siapa pemilik kamarnya. Kamar yang berada di lantai dua dengan jendela yang menghadap ke jalan.

"Lampunya mati." keluh Jessie saat menyadari hanya jendela itu yang sepertinya tidak berpenghuni.

Jessie ingin turun dari mobil, memencet bel yang berada di sudut pagar dan menanti seseorang membukakan gerbang dan mempersilahkannya masuk seperti beberapa tahun yang lalu.

Tapi ia urungkan niatnya itu, mengingat reaksi Sania saat melihatnya tadi di sekolah.

Gadis itu pun menancap pedal gasnya sehingga mobil yang ia kendarai mulai meninggalkan rumah tadi.

"Rasa takut selalu hadir di saat gue ngeliat lo, gue takut kehilangan lo, gue takut ga akan bisa ngeliat lo lagi."

Untuk kesekian kalinya, ucapan Leo kembali terngiang di kepala Jessie. Sorot matanya menatap lurus ke depan sembari bayangan Leo dan perkataannya ia lihat dalam khayalnya.

Tanpa gadis itu ketahui, seseorang di atas sana menatap datar ke luar jendela. Dimana terdapat sebuah mobil yang mulai melaju meninggalkan rumahnya.

"Gue rindu lo, Tha." gumam seseorang itu kemudian berbalik dan menutup kembali gordennya.

Suasana gelap sengaja ia ciptakan di kamarnya, sama seperti hatinya yang sudah gelap, karena sang penerang telah ia tinggal pergi meski dengan berat hati.

Meski di luar sana, matahari masih menyinari bumi. Maka dari itu, saat Leo membuka gordennya, dirinya bisa saja terlihat dengan jelas dari luar jendela.

Beberapa detik setelah gorden itu tertutup, di luar sana sebuah mobil berjalan mundur ke tempat di mana sebelumnya mobil itu berhenti.

Di dalam mobil itu adalah Jessie. Ia melirik ke jendela tadi tapi tidak ada pergerakan atau bayangan sama sekali. Pertanda, memang tidak ada yg menghuni. Tapi entah kenapa, Jessie merasa dirinya terpanggil.

Tidak ingin berkutat dengan pikiran dan perasaan, Jessie memutuskan turun dari mobil. Ia pun memencet bel di sudut pagar yang menjulang itu.

Seorang dengan pakaian satpam yang lengkap, membukakan gerbang, "Siapa ya?" tanyanya ramah.

"Saya Jes-" tiba-tiba saja lidahnya berhenti bergerak untuk melanjutkan perkataannya, "Agatha." ucap Jessie kemudian.

"Ingin bertemu dengan siapa?" tanya bapak itu lagi.

Yes, I'm Bad Girl ✅ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang