CHAPTER 17

1.4K 88 8
                                    

"Jika dengannya lo bisa bahagia, gue bisa apa."

---

Sepulang dari sekolah Agista hanya membaca novel dikamarnya, hingga aktivitasnya terganggu karena ada notifikasi LINE yang masuk di handphonenya dan itu berasal dari Rean.


rean_

lo dimana?

Rumah.

Bisa ke taman yang dekat rumah lo nggak?

Kapan?

Bentar sore.

Mau ngapain?

Datang aja dulu.


Agista hanya membaca pesan dari Rean dan tidak berniat membalasnya. "Ada apa yah? Gue datang aja deh." gumam Agista.

Beda halnya dengan Akbar yang kini tengah berbicara didepan kaca sendirian sambil senyam-senyum tidak jelas.

"Oke, Akbar lo pasti bisa. Jangan buang-buang waktu lo lagi, lo harus berani!" ucap Akbar bermonolog. "Gak ada salahnya lo mencoba,"

Rupanya Akbar tengah berlatih untuk mengungkapkan perasaannya kepada seorang wanita, yang tidak lain wanita itu adalah Agista. Akbar memang belum pernah mengetahui perihal kejadian Rean menembak Agista di Sekolah waktu itu, karena ternyata ia sudah pulang duluan.

Akbar menatap bunga yang akan ia bawa sebentar lalu tersenyum simpul.

***

Kini Agista tengah bersiap untuk ke Taman yang dimaksud Rean, tetapi Agista melirik handphonenya yang bergetar dan melihat nama Akbar tertera disana. Ia pun menjawab panggilan itu.

"Lo dimana?"

"Rumah kak, baru aja aku mau keluar."

"Keluar kemana?"

"Ke taman dekat rumah."

"Ohh, see you."

Dahi Agista bergelombang, ia masih mencerna dengan baik-baik perkataan Akbar barusan. Ia sungguh tidak mengerti maksud Akbar menelfonnya tadi. Agista pun beranjak dari kamarnya dan berjalan menuju Taman yang tidak jauh dari rumah nya.

Sesampainya Agista di Taman ia celingak-celinguk mencari keberadaan Rean dan akhirnya ia menemukan motor Rean yang terparkir dihalaman Taman itu. Ia pun mencari keberadaan Rean hingga akhirnya matanya menemukan sosok yang sedari tadi ia cari. Ia melihat Rean yang duduk dibangku Taman sendirian dengan ada sebuah boneka besar yang juga duduk disamping Rean.

Agista pun menghampiri Rean dengan perasaan yang masih campur aduk. "Rean?" ujar Agista.

"Agista, udah lama nyampenya?"

"Seharusnya gue yang nanya begitu, gimana sih lo."

"Ohh, sini duduk." ujar Rean sambil menepuk bangku tempat yang ia duduk. Agista pun langsung duduk di samping Rean.

"Lo mau ngomongin apa? Terus boneka itu buat apa?" ucap Agista to the point.

"Danaunya indah yah, gue berasa tenang banget lihat air di danau itu mengalir dengan tenang." ucap Rean tidak menggubris pertanyaan Agista.

"Iya."

"Gue mau nanya, boleh?"

"Boleh."

"Lo udah punya jawaban atas pernyataan gue waktu itu?"

Deg..deg..

Degub jantung Agista berdetak tidak beraturan dan akhirnya ia memejamkan matanya. Lalu menjawab perkataan Rean "Iya."

"Terus lo mau jadi pacar gue?" tanya Rean sambil tersenyum, hingga lesung pipinya muncul.

Agista hanya mengangguk sambil menunduk malu, itu mengartikan bahwa ia mau menjadi pacar Rean.

"Yang jelas dong ngomongnya." Raut wajah Rean terlihat begitu senang, lalu ia segera mengambil boneka yang berada disampingnya dan meletakkannya diantara ia dan Agista.

"Iya, gue mau jadi teman hidup lo." sahut Agista yang volume suaranya agak dibesarkan.

Mendengar hal itu reflex Rean langsung memeluk Agista, bahkan dengan boneka yang berada disamping mereka juga ikut masuk dalam pelukan Rean. Agista maupun Rean terlihat sangat bahagia.

Sementara dari kejauhan ada sepasang mata yang melihat hal itu, bunga yang di pegang oleh cowok itu terlepas begitu saja dan jatuh ke tanah.

Ia benar-benar kaget melihat kejadian itu, rasanya ia ingin sekali berpura-pura tidak melihat kejadian itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ia benar-benar kaget melihat kejadian itu, rasanya ia ingin sekali berpura-pura tidak melihat kejadian itu. Namun nihil ia bisa apa, itu sudah terjadi.

"Mungkin lo bisa bahagia jika bersama dia." lirih lelaki itu lalu pergi meninggalkan Taman dengan perasaan yang amat terluka.

Lelaki itu adalah Akbar, ia pun kembali ke motornya dan langsung menancap gas menjauh dari Taman itu. Sepanjang perjalanan Akbar terus memikirkan hal yang ia lihat tadi.

Katanya cinta itu penuh warna, tapi mengapa cinta gue hanya memiliki satu warna yaitu abu-abu - batin Akbar.

Gue salah apa coba? Mengapa gue harus melewati hal-hal seperti ini. Setidaknya lo beri gue kode untuk menjauh, sebelum gue jatuh lebih dalam diperasaan yang tidak tau arahnya kemana.

Tanpa sadar keluar cairan bening dimata Akbar, ia segera menyeka air matanya dan melajukan motornya diatas kecepatan rata-rata.

***




To Be Continued.


---

Wajib banget dengerin semua lagu yang Author masukin, biar nambah greget gitu.
(♥ω♥ ) ~♪

Oh iya, karena cerita ini bakal terbit jadi batas disini aja yah 😆 yang penasaran kelanjutannya bisa beli aja bukunya nanti dan silahkan follow akun ig @winy.ofc untuk mengetahui info penerbitan.









-vote and comment-

When I Need You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang