12. Satu Pihak

Mulai dari awal
                                    

"Gue bakal jadi fans lo jika dan hanya jika lo udah bisa bangun candi dalam waktu semalam. Lebih baik ya, ini cuma saran gue sih. Kalau lo mau bebas dari penggemar-penggemar lo itu, cari pacar sana. Biar patah hati semua, seenggaknya hidup lo bakal sedikit terjaga kembali privasinya."

"Yaudah kalau gitu."

Saat ini Arga sepertinya sedang hobi mengeluarkan kalimat gantung.

"Yaudah? Lo kok kaya gak nyambung ya gue ajak ngomong." Aku mendengus sebal.

"Yaudah lo pacar gue sekarang."

Dia kira dia aktor ternama, penyanyi terkenal, pria paling ganteng di dunia, atau yang paling kaya sejagat raya. Enak aja ngomong gitu.

"Sorry ya. Lo bukan tipe gue. Jadi jawabannya no. Very big no!"

"Gue lagi gak nanya. Itu pernyataan." Jawaban Arga saat ini telah membuatku ingin melipat tubuhnya menjadi perahu kertas lalu aku arung di selokan yang tak jauh dari letak aku berdiri saat ini.

"Lo kira gue cewek apaan?"

"Lo cewek gue sekarang."

"Lo mimpi ya, gak inget lo? Lo bilang kalau gue ini bukan tipe lo, gue standar dan lo di atas rata-rata. Terus sekarang udah sadar sama pesona gue?" Aku sengaja menyombongkan diri. Menyikapi orang sombong haruslah dengan cara yang sombong.

"Lo gue jadiin pacar gue karena lo gak suka sama gue. Nanti kalau lo udah suka sama gue baru kita putus."

"Lo udah gila ya? Gue gak akan mau ngejadiin lo pacar pertama gue."

"Oh jadi gue yang pertama?" Arga menatap ke arahku sambil tersenyum miring.

Masih berlakukah pertanda buruk jika dia sudah tersenyum seperti ini?

"Lo juga yang pertama." Arga mengacak rambutku.

"Gak waras beneran ya lo!"

"Kayanya bakal berhenti lama nih hujannya. Kita terobos aja ya, udah kepalang basah." Arga mengabaikan kemarahanku lalu kembali naik ke atas motor.

"Buruan, Ca. Baru hujan air bukan batu."

Aku sudah lapar saat ini hanya memilih menerobos hujan.
.
.

Aku segera mandi begitu sampai di rumah Tante Yasmin. Setelahnya mengisi perutku dengan makan siang.

"Kalau tahu hujan gini biar tante aja yang jemput kamu, maaf ya Ca." Tante Yasmin menyodorkan secangkir teh ke arahku yang telah menyelesaikan makan siangku.

"Gakpapa, Tan. Cuaca emang lagi gak menentu."

"Andra belum pulang? Kehujanan juga?"

"Bang Andra ada rapat OSIS."

Tante Yasmin mengangguk paham.

Suara ketukan pintu membuat tante Yasmin meninggalkanku di ruang makan.

Dan tidak lama kemudian,

"Eca.." Tante Nana berseru memanggil namaku setelah tiba di ruang makan bersama Tante Yasmin.

"Ini tante bawain kue buat kamu." Tiga cupcake cantik yang masih dalam bungkusan itu telah disodorkan ke arahku.

"Ya ampun tante, aku kan cuma kehujanan lagian bukan salah Arga. Kita sepakat buat nerobos hujan."

Tante Nana dan Tante Yasmin tertawa bersama mendengar ucapanku.

Perasaan gue lagi gak ngelawak.

"Tadi Arga senyum-senyum sambil kebasahan masuk rumah. Tante tanya tumben dia seneng hujan-hujanan terus dia bilang baru jadian. Jadi ya kue ini buat kamu, pacar pertama Arga."

Tuan Rasa [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang