T W E N T Y

1.4K 144 24
                                    

Azka povnya nanti deh ya wkwk💟 so sorry :p

***

VITO POV's

"To.. Hiks, gue nggak jadi nonton sama Azka."

Gue tersenyum dalam hati mendengar keluhan Marissa yang hari ini katanya nggak jadi nonton sama Azka, gue mencoba cuek walaupun sebenenya pengen bilang kalau Marissa nggak boleh sama Azka. Karena gue tahu gimana sepak terjang Azka didalam hubungan itu kayak gimana. Tapi, pasti Marissa bakalan marah sama gue kalau gue nggak ngedukung hubungan dia sama Azka, dan gue nggak mau Marissa marah sama gue cuman karena masalah sepele kayak gini.

Sejak pertama kalinya dia bilang kalau suka sama Gilang, hati gue rasanya seperti ditimpa beban yang berkilo-kilo, dan rasanya sebagian dari hati gue ada yang hilang. Gilang yang selalu di bangga-banggakan sama Marissa hampir setiap hari, gue sampe bosen dengernya. Tapi kenyataannya Gilang nyakitin Marissa kan?

Dengan seragam yang sudah keluar dari roknya, rambut yang acak-acakan dan ingus yang hampir mengenai mulut, siang itu Marissa datang menghampiri gue yang sedang main game. Dia bilang kalau dia benci Gilang, cintanya bertolak sebelah tangan, dan yang buat gue naik pitam dia bilang kalau ternyata Gilang dan juga Leo memainkan permainan Truth or Dare yang mengakibatkan rasa sakit hati Marissa karena sudah dipermainankan oleh Gilang.

Laki-laki brengsek!

"Cewek tolol! Makanya nggak usah kegeeran dulu jadi orang, kalau gini juga kan gue juga yang susah!" Maki gue saat melihat keadaan Marissa yang bener-bener buat hati gue sakit waktu itu.

Namanya juga Marissa, satu detik sebelumnya dia bilang kalau dia benci sama Gilang, tapi didetik berikutnya dia bilang kalau dia sayang sama Gilang. Ada ya cewek kayak Marissa, gitu? Cewek labil yang bisa membuat dunia gue berputar 180 derajat. Ckck.

"Pokoknya kalau disekolah, lo seakan-akan nggak kenal sama gue, oke?"

Ucapan gue membuat Marissa bergerutu, bukannya gue nggak mau kalau orang-orang tahu kalau ternyata gue udah kenal Marissa lama, tapi gue pengen jagain dia dari jauh, dan memperhatikannya dalam diam yang sampe sekarang Marissa nggak akan pernah tahu.

Gue jadi inget pertama kali gue sama dia keliling kompleks naik sepedah dan ternyata rem sepedah Marisaa blong dan alhasil menyebabkan dia jatuh nyusruk kedalam got, dengan mata sembab dan baju yang kotor, dan luka-luka yang berada disekujur tubuhnya. Marissa mengayuh sepedahnya untuk balik kerumah. Cewek tangguh! Gue mengikuti dari belakang, dan menawarkan bantuan tapi ditolak, dasar cewek keras kepala!

"Aku bonceng ya? Sepedahnya ditinggal aja, nanti biar diambil sama Papah aku." Marissa yang saat itu berumur 3 tahun, menolak bantuan gue untuk pertama kalinya. Daridulu juga gue kayaknya emang udah ditolak sama dia, ckck.

"Aku bisa sendiri, hiks.. Bunda.. Ayah.. Bang Leo.. Perih, hiks."

Ucapan itu masih bisa gue inget sampai detik ini.

Saat pertama kali masuk sekolah dasar, Marissa langsung mengajak gue untuk duduk bareng. Tentu aja gue menolak ajakan dia, karena gue nggak mau di bully sama anak-anak cowok yang lain. Nanti gue dikira bencong atau anak mamih, gue nggak mau kesan selama masa SD gue suram cuman gara-gara seorang Marissa Anindira, cewek labil dengan sejuta akal dan juga cewek yang paling nggak tahu malu. Pernah, waktu itu dia numpahin air yang ada di botol minumnya, dia langsung mengelapnya pake rok seragam SDnya yang membuat Bundanya marah, seharusnya Marissa bilang kan ke guru kalau airnya tumpah? Tapi namanya juga Marissa, dia ternyata punya sisi yang bertanggung-jawab dalam hidupnya.

Melihat Marissa tumbuh menjadi remaja yang cantik membuat gue jadi takut sendiri, gue takut ada cowok yang nyakitin hatinya walaupun gue udah berusaha buat jagain dia. Ya tapi kayaknya sih, dia nggak pernah sadar akan hal itu. Dia selalu bilang kalau gue jahat sama dia, nggak perhatian, dan segala macam. Tapi, Marissa nggak tahu kalau gue selalu jagain dia dari jauh, memikirkannya setiap malam sampai-sampai nilai kelas 10 gue ancur! Dan, Marissa nggak pernah tahu alasan kenapa nilai kelas 10 gue jelek.

We Belong TogetherWhere stories live. Discover now