Ethan berdiri dan langsung berbalik tanpa menunggu jawaban dari Rachel.

Satu hal lagi yang harus disabari oleh Rachel, yaitu menunggu hingga Lucifer menjemputnya.

•••

Ethan memasuki mobilnya, ia hanya berdiam dan menatap kosong kedepan. Mendengar Rachel menyebutkan nama Lucifer membuat jemarinya terkepal kuat.

Melihat Rachel menangis di Restaurant saat itu membuat Ethan ingin melayangkan pukulannya kepada Lucifer.

"Jika kau tidak bisa memperlakukannya dengan baik. Maka berikan dia kepadaku. Aku akan menjaganya tidak seperti kau" Ethan menggumam lebih bicara kepada dirinya sendiri.

Ethan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, suatu rencana telah disiapkannya.

Sejak kepulangan dari Restaurant beberapa hari yang lalu Ethan tak bisa berhenti memikirkan Rachel. Ia mulai menyukai Rachel hingga menyuruh seluruh anak buahnya untuk mengikuti Rachel.

Tidak... bukan kata 'Suka' yang pantas disandingkan melainkan kata 'Obsesi'. Ya... Ethan terobsesi dengan Rachel. Dan bagaimanapun caranya dia harus mendapatkan Rachel.

•••

Seperti biasa, Rachel menunggu Lucifer yang tak kunjung datang. Menunggu bukanlah teman Rachel tetapi entah mengapa dia sangat benci menunggu.

Waktu menunjukan pukul 7 malam. Rachel telah beberapa kali menghubungi Lucifer tetapi tetap tidak tersambung.

"Kalau tidak bisa menepati janji sebaiknya mengabari bukan malah menghilang, lebih baik lagi tidak usah berjanji" gerutu Rachel, ia sudah sangat sabar tetapi sabarnya juga mempunyai limit.

Rachel menbayar minuman yang ia pesan dan pergi meninggalkan cafe tersebut. Rachel mengirimkan pesan kepada Lucifer.

To: Lucifer

I'll go home by myself...

Setelah pesan terkirim Rachel mematikan handphone nya dan memasukan kedalam tas. Jalanan cukup sepi meskipun ini baru jam 7 malam.

Dari kejauhan Rachel bisa mendengar suara segerombilan lelaki yang memanggilnya, Rachel menoleh dan mempercepat gerakannya.

Lelaki tersebut mulai berlari mendekati Rachel. Rachel merasa lengannya dicekal oleh tangan yang sangat besar.

Rachel segera menepis kasar tangan itu "Don't touch me!" Teriaknya, tetapi tangan yang lainnya mulai memegangi seluruh badan Rachel.

Rachel memberontak dan berteriak, tapi tak seorangpun datang. Rachel terus memberontak sebisanya. Dia tidak akan kehilangan kehormatannya dengan cara seperti ini, tidak dengan orang seperti mereka.

Pikiran Rachel kalut, bulir-bulir bening menetes membasahi pipinya. Sekeras apapun dia ingin menepis tetap kalah dengan besarnya tenaga pria-pria tersebut.

'Yatuhan... Cobaan apa lagi yang kau berikan'

'Mama tolong Rachel...'

'Ma tolong...'

Didalam hati Rachel terus menyebut nama mamanya.

"Go away!!! Lepaskan aku!!" Teriak Rachel disela-sela tangisnya. Ia mencoba untuk tidak takut sama sekali.

"Kau sangat cantik, bagaimana kalau kau menemani kita semua, huh?" Pria dengan tubuh yang tegap itu membual, menyerangai kehadapan Rachel.

"Ya benar, ayolah gadis manis..." sambung pria yang memegangi tangan Rachel.

"Kalian semua brengsek, kalian bajingan!!! Lepaskan!!" Tatapan mata Rachel menajam. Ia benar-benar memberanikan dirinya.

"Tidak perlu berteriak! Tidak akan ada yang mendengarmu gadis manis..." bisik suara pria tersebut tepat di depan wajah Rachel.

Dengan cepat Rachel menendang tulang kering pria dihadapannya. Pria tersebut mengaduh kesakitan dan memegangi kakinya. Pria tersebut memandang Rachel dengan penuh amarah.

"Kau sangat berani, huh!" Tangannya melayang begitu saja tepat di atas permukaan pipi Rachel, Rachel merasakan pipinya memanas akibat di tampar.

Rasa perih di pipi tidak menciutkan nyalinya. Rachel tetap memberontak sekuat tenaga. Pria tersebut dengan ganas mengambil tengkuk leher Rachel dan menciumnya. Melumat bibir Rachel dengan gerakan yang cepat dan kasar.

Tenaga pria tersebut terlalu kuat, ciuman itu meminta lebih dan lebih. Memporak porandakan Rachel, membuat air matanya kembali terjatuh.

Suara mesin mobil terdengar cepat dan diikuti oleh suara decitan ban mobil yang mengerem. Sorotan lampu mobil membuat mata Rachel menyipit.

Seseorang keluar dari mobil dan langsung berjalan mendekati Rachel.

"Lepaskan dia!" Suara itu begitu dingin tetapi memerintah.

Tak ada yang menjawab.

"Aku bilang lepaskan dia!" Suara itu meninggi. Membuat para pria yang memegangi Rachel melonggarkan cengkramannya.

"Kau ingin mencoba menjadi pahlawan ya? Kita hanya meminjam pacarmu sebentar. Hahaha" pria yang mencengkram Rachel tertawa sangat keras diikuti oleh yang lainnya.

Buukkk!!!!

Satu demi satu pria-pria tersebut jatuh. Suara perkelahian pria jelas terlihat nyata di hadapan Rachel. Air matanya masih mengalir, sorotan lampu mobil membuat Rachel tidak bisa melihat siapa yang menolongnya. Hanya siluet nya saja yang terlihat.

'' Cepat masuk kedalam mobil!" Perintah pria tersebut kepada Rachel.

Rachel masih terdiam membisu di tempatnya, pandangannya kosong kedepan. Pikirannya masih berkelana entah kemana.

"Aku bilang cepat masuk ke mobil nona Anderson" seketika itu fikiran Rachel kembali, dengan langkah cepat dan takut Rachel memasuki mobilnya. Meninggalkan pria tersebut menghajar habis pria-pria yang mengganggunya.

Rachel bisa melihat pria-pria yang menggangunya pergi melarikan diri. Sedangkan pria yang menolonhnya berbalik berjalan kearah mobil.

Pria tersebut masuk kedalam mobil dan langsung memeluk erat Rachel. Tubuh Rachel gemertar hebat karna takut. Pria tersebut melepaskan pelukannya dan memegang bahu Rachel. Ia tersenyum seakan memberikan kekuatan pada gadis itu...

Dengan jelas Rachel bisa melihat siapa yang menolongnya...

"Kau..."














Tara.....
Maaf yah aku lama banget updatenya, soalnya baru aja selesai USBN jadi baru sempet ngelanjutin. Maaf juga kalo ceritanya jelek hehe...
Makasi banyak buat yang udh ngevote, jangan lupa di COmment dan VOTe yaa (COVOT)....
Trimakasi semuaaa....

Happy Reading...

The Cold Ones Where stories live. Discover now