Chapter 11

721 79 2
                                    

*Jo Chika

Kami masuk dan naik melewati tangga darurat karena saat ini lift sudah tidak bekerja lagi. Aku membawa handgun dengan peredam suara di ujungnya serta beberapa amunisinya yang tergantung di pinggang kiriku.

Binnie, Sanha dan Mark oppa membawa handgun dan senjata besar yang memiliki peredam suara juga diujungnya. Senjata besar itu tergantung di belakang punggung mereka.

“Chika-ya, lebih baik aku yang memimpin jalan, kau beritahu saja kamar adikmu nomor berapa.” kata Binnie yang bernama panjang Moonbin menahan pundakku yang membuat langkahku berhenti.

“Memangnya kenapa?” tanyaku bingung.

“Haahh.. Kau ini terlalu polos atau bodoh? Kau kan perempuan, dan yang seharusnya didepan itu laki-laki.” kata Binnie yang membuatku jengkel karena mengataiku bodoh.

“Aku tidak bodoh tau!” kataku kesal.

“Kenapa noona dan hyung malah berkelahi disini sih??” kata Sanha sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Tapi apa yang dikatakan Moonbin memang benar seharusnya kami yang berada di depan, kau di belakang kami saja.” kata Mark oppa.

“Mark oppa kenapa malah mendukungnya??” kataku kesal menatap Mark oppa.

“Kau ingin menyelamatkan adikmu kan?” tanya Mark oppa.

Aku mengangguk.

“Kalau begitu dengarkan kami.” kata Mark oppa sambil tersenyum ramah.

“Haahh.. baiklah, kamar adikku.. Tapi jangan kaget ya.” kataku menatap mereka satu per satu.

“Katakan saja.” kata Binnie tidak sabaran.

“Nomor 1704.” kataku.

Seketika itu juga wajah ketiga namja di depanku berubah, mereka terlihat sangat shock.

“Sudah kubilangkan jangan kaget.” kataku.

“Kenapa adikmu bisa-bisanya memilih kamar di lantai 17??!” kata Binnie sambil memegang kepalanya.

“Itu kerena.. ah, sudahlah daripada aku menjelaslan hal tidak penting seperti itu lebih baik kita cepat ke atas saja ini masih di lantai 7 dan masih ada 10 lantai lagi.” kataku.

Kemudian Binnie berjalan lebih dulu diikuti dengan Sanha, aku dan Mark oppa di belakangku.

Setelah beberapa menit akhirnya kami sampai di lantai 17 dengan banyak keringat yang menetes dari kepala dan membasahi punggung kami.

“Haahh..haahh.. Hyung aku sangat capek, bisakah kita istirahat sebentar?” kata Sanha yang terduduk di depan pintu lantai 17.

“Istirahat nanti saja. Kita harus menyelamatkan adiknya dulu.” kata Binnie yang diikuti oleh anggukan dari Mark oppa.

Saat kami akan membuka pintu lantai 17 itu, samar-samar terdengar suara beberapa ajussi.

“Ssstttt!” kata Binnie yang sepertinya mendengar suara tersebut.

“Ya! Kita cari sesuatu yang lebih kuat untuk mendobrak pintu ini. Cepat!” terdengar suara seorang ajussi yang sepertinya sedang marah.

“Ne!” jawab dua orang ajussi bersamaan.

Binnie membuka pintu itu perlahan, lalu kami berempat mengintip lewat cela pintu yang sedikit dibuka Binnie.

“Ajussi itu sendirian dan aku punya ide.” bisikku.

Aku membuka pintu tersebut lalu mengeluarkan kepalaku.

“Psstt! Psstt! Ajussi disini!” bisikku saat melihat ajussi itu kebingungan mencari asal suaraku.

Z Apocalypse [completed]Where stories live. Discover now