26. Special Chapter

2.2K 142 56
                                    

Astrid menatap beberapa wanita yang berdebat memperebutkan atasannya. Bukan, pria itu bukan playboy yang suka tebar pesona. Dia tidak perlu melakukannya, karena hanya sekali senyum saja, semua mata akan terpikat padanya. Tapi justru karena itulah, dia tidak pernah merasa melakukan hal yang salah.

Sebenarnya, kalau boleh jujur, Astrid sendiri jatuh cinta pada pria itu sejak pertama menjadi asistennya. Dan semakin mengaguminya saat pria itu dengan gentle menutupi tubuh basah Astrid dengan jasnya. Menghalau tatapan orang pada kemejanya yang tampak transparan.

Tapi pria itu hanya menatapnya sama seperti pada rekan kerjanya yang lain. Meski kadang ia juga memperlakukannya seolah Astrid istimewa. Misalnya saja saat mereka lembur, pria itu akan memesan makanan atau minuman untuknya. Pria itu juga akan memesankan taksi untuknya, dan membayarinya. Saat Astrid atau keluarganya sakit, dia akan meminta seseorang untuk menjenguk dan mengantar sekeranjang buah atau bunga.

Astrid tidak tahu, pria itu memang menganggapnya istimewa atau hanya karena dia adalah asistennya yang cakap dalam bekerja.

"Kemarin pak Vioren memberiku sekotak es krim," ucap Dara, seorang Manager Marketing.

"Kami mampir makan malam setelah meeting dengan klien. Katanya takut maagku kumat. Tau dari mana pak Vioren kalau aku punya maag kalo bukan karena perhatian?" Kepala HRD, Ninis menimpali.

"Jangan GR ya, pak Vioren itu memang baik dengan semua teman kantornya. Tapi aku lain. Aku ini kakak kelasnya waktu SMP. Kami lebih dekat dari sekedar teman kerja." Risda, Kepala cabang yang sering datang ke kantor pusat hanya untuk bertemu pak Vioren.

"Astrid, kamu nggak lagi suka pak Vioren juga kan?!" tuduh Ninis yang mengundang yang lain untuk menoleh padanya.

Astrid tersentak. Meneguk ludah karena gugub. "Em..."

"Kalau Astrid nggak suka sama pak Vioren itu namanya dia rabun!" sahut Dara.

Astrid tertawa kaku mendengarnya.

"Eh, tapi waktu itu aku pernah melihat pak Vioren jalan sama cewek, lho. Nggak keliatan sih, mukanya. Tapi kayaknya bukan karyawan sini," ucap Risda yang membuat semua mata menatapnya penasaran.

"Ah!" Ninis memekik. "Ingat nggak bu Faisal? Direktur 'DoreFood' yang ngebet mau jodohin anaknya yang lulusan luar negeri sama pak Vioren? Jangan-jangan beneran?"

"Aaa...! Nggak boleh!" Dara memasang tampang patah hatinya.

"As, kamu kan asisten pak Vioren. Kamu pasti tau kan kehidupan pribadinya? Sedikit saja pasti pernah cerita."

Astrid kembali jadi fokus utama. "Emm..., nggak juga sih, mbak. Pak Vioren jarang ngobrolin hal itu. Tapi..."

"Tapi...?" ketiga wanita di depannya menatapnya dengan sorot mata penasaran.

Astrid meringis melihatnya. "Kemarin pas saya ngaterin berkas ke ruangannya, pak Vioren lagi teleponan. Kayaknya dari cewek, sih. Soalnya sempet bilang 'i love you', gitu," ucapnya yang diiringi nyeri di hatinya.

Astrid merasa cemburu mengingat ekspresi bahagia Manager Keuangannya saat bicara dengan seseorang di telepon kemarin.

"Ya Tuhan..., aku patah hati...!" Ninis mulai lebay.

Baru saja yang lain akan menyahut saat denting suara lift tak jauh dari meja Astrid terdengar. Dua orang wanita keluar dari ruangan kecil itu secara beriringan. Yang satu tampak elegan dengan pakaian yang tampak mahal dan berpotongan seksi di punggungnya.

 Yang satu tampak elegan dengan pakaian yang tampak mahal dan berpotongan seksi di punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MY EX-BOY'S FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang