11. Very Ordinary You

1.2K 111 14
                                    

Arveann bertopang dagu di halte bus, tak jauh dari kampusnya. Ren pulang dengan kakaknya. Myria memonopoli Alvin. Merengek untuk pulang berdua. Di saat seperti ini, Fani sangat berperan menjadi sahabat yang baik, dengan meninggalkannya. Martin masih ada kegiatan, dan Eann tidak mau mencari masalah dengan meminta tolong pada Nav.

Tapi sepertinya takdir masih mengikuti mereka.

"Din!"

Eann tersentak mendengar suara klakson mobil di depannya. Baru saja ia memikirkannya, dan Navintar langsung muncul di hadapannya.

"Ayo! Aku akan mengantarmu," ucapnya.

"Tidak perlu," jawab Eann.

Nav keluar dari mobil dan melangkah mendekati Eann. Merampas tas gadis itu dan membawanya kembali ke mobilnya.

"Ergh! Navin, kembaliin gak?!" protesnya.

"Naik!" perintah Nav ketus.

"Nggak mau! Aku nggak mau mendapat masalah lagi hanya karena 'niat baik'mu," tolak Eann.

Nav mendesis kesal. "Kalau kamu nggak ngajakin ribut di sini dan cepat masuk ke mobil, maka akan memperkecil kemungkinan orang-orang melihatmu pulang denganku, yang artinya..."

"Klek..., brak...!" pintu mobil Nav terbuka dan tertutup dengan kasar.

"Puas?" tanya Eann kesal.

Nav menyeringai. Eann masuk ke mobilnya sebelum dia menyelesaikan ucapannya. Meski sedikit kesal karena gadis itu duduk di belakang. Pemuda itu mendengus seraya menjalankan kembali mobilnya.

"Kemana dua pengawalmu?" tanya Nav.

"Tanyakan saja sendiri, kamu kan punya kontak mereka," jawab Eann sengit.

Nav berdecak. "Ck! Apa sih, masalah kamu?"

Eann melirik ke spion di atas kepala Nav, menatap pantulan wajah pemuda itu yang juga menatapnya.

"Kamu tuh aneh, tau nggak sih? Siapa coba yang ngelarang aku dekat-dekat sama kamu, lalu kenapa kamu sendiri yang tiap hari ngrecokin aku?"

"Ak-aku nggak bilang kamu harus menjauhiku kan? Aku cuman bilang j-jangan menyebar gosip buruk tentangku, apa lagi di depan Rissa!" jawab Nav kikuk. Menyadari sikapnya yang memang agak aneh.

"Iya, iya! Terserah katamu lah!" sahut Eann.

"Apa-apaan dengan nada bicaramu? Nggak percaya? Ngajakin berantem?"

Eann mendengus. Malas menanggapi pemuda itu dan memilih untuk memainkan ponselnya. Mengganti foto profil Whatsappnya yang sudah setahun tidak berubah, dengan foto barunya bersama Arvin.

"Kamu sama Alvino, kenal dimana?"

"Di kampus," jawab Eann tanpa menoleh. Sudah asyik dengan permaian ular kanibal di ponselnya. Tak menyadari ekspresi terkejut di wajah Nav.

"Apa? La-lalu kenapa bisa jadian secepat itu?"

Eann mengangkat bahu. "Ditembak cowok yang lebih keren dari mantanku, kenapa harus aku tolak?"

"Apa? Hei, Eann! Jangan pacaran sama cowok cuman karena tampangnya doang, dong!"

"Nggak juga, aku kan juga memperhitungkan kedudukan dia di kampus, dan prestasinya juga. Dia juga anak orang kaya. Nggak rugi kan nerima dia? Bukan tampang aja. Kenapa? Cemburu?"

Mata Nav membulat mendengar pertanyaan terakhir Eann. "Se-sembarangan! Aku hanya..."

"Oh, aku tahu, pasti karena Myria kan? Takut ketahuan kalau kamu pernah pacaran sama dia?"

MY EX-BOY'S FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang