10. Tanggung Jawab

1.3K 115 12
                                    

Voy mengikuti Arveann yang tiba-tiba berbalik meninggalkannya. Ada apa dengan cewek itu.

"Jangan mengikutiku!"

Cowok itu tersentak saat tiba-tiba Eann berbalik dan berteriak padanya. Alisnya bergerak menjawab perintah itu. Membuat si cewek semakin geram.

"Aku tidak mengikutimu," jawabnya santai.

"Kalau begitu balik ke rumah Navin sana!"

"Apa hakmu mengaturku?" tanya Voy dengan seringaian menyebalkannya.

"Kamu!" Eann kehilangan kata-kata. "Ah, terserah!" ucapnya sembari mempercepat langkahnya menuju halte bus.

Voy terkekeh. Lalu berjalan mendekati Eann yang duduk di halte bus. Cewek itu bergeser menjauh saat Voy duduk di sampingnya. Pemuda itu kembali terkekeh.

"Apa yang lucu?!" sergahnya.

Voy mengangkat bahu, lalu bergeser kembali ke samping Eann, membuat gadis disebelahnya kembali menjauh darinya.

Geser lagi.

Mendekat lagi...

Geser.

Dekat...

Begitu seterusnya hingga Eann tersudut di ujung bangku. Nyaris saja ia jatuh andai Voy tidak memeluk pinggangnya, menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

Tatap.

Kedua pasang mata itu saling menatap dalam jarak yang sangat dekat. Bahkan jantung Eann seolah meloncat-loncat di dalam sana. Satu hal yang bisa ia simpulkan saat ini. Voy itu tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

Tak jauh dari mereka, seseorang berdiri mematung mengawasi dengan geram, di samping mobilnya. Sebelum akhirnya keluar dan berjalan cepat ke arah mereka.

Voy menaikkan sebelah alisnya melihat Eann yang terdiam menatapnya. Pemuda itu mendekatkan wajahnya, dan berbisik tepat di telinga gadis itu.

"Apa ini adegan drama favoritmu? Apa aku sangat keren?"

Mata Eann membola mendengarnya. Refleks ia mendorong Voy menjauh, melupakan posisinya yang nyaris jatuh jika Voy melepaskannya. Dan tentu saja dia jatuh dengan sangat tidak elitnya. Dan Voy langsung tergelak menertawainya.

"Ih...! Vooyyy!!!" pekiknya protes.

Voy semakin keras tertawa, seraya menariknya berdiri.

"Kamu yang mendorongku kan? Kenapa nyalahin aku?" tanyanya dengan tawa berderai. "Ada yang luka?" tanyanya kemudian sembari memeriksa tangan Eann, lalu berpindah ke wajah gadis itu.

Srett!

Seseorang menarik tangan Voy yang berada di pipi Eann. Lalu menggandeng tangan Veann.

"Aku antar pulang," ucapnya seraya menarik Eann menuju mobilnya.

"Nggak mau! Aku bisa pulang sendiri!"

"Bunda akan membunuhku kalau terjadi apa-apa padamu!"

"Itu urusan kamu! Lepasin nggak?!" protes Eann.

Pemuda itu, Navintar, tak menjawab permintaan Eann. Justru terus menariknya dan mendorongnya masuk ke mobil.

"Hei, Nav! Jangan terlalu kasar!" Voy memperingatkan.

"Bukan urusanmu!" jawab Nav ketus.

"Oya? Lalu apa urusanmu dengannya?" tanya Voy balik.

Nav tersentak, namun memutuskan untuk tak menjawab pertanyaan itu. Dengan kesal dia masuk ke mobil dan membawa Eann meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Voy yang masih menatap kepergian mereka.

MY EX-BOY'S FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang