9. Navintar

1.2K 115 10
                                    

Mobil Alvin melaju meninggalkan Eann di depan rumahnya. Itu pun karena gadis itu mengusirnya. Tadinya cowok itu memaksa ingin mampir. Mau ketemu calon mertua katanya. Haish! Kalau bukan karena mau manfaatin posisi pentingnya di kampus biar gak ada yang berani membullynya, Veann gak bakal aneh-aneh pacaran sama cowok asing seperti ini.

"Diantar sama siapa?"

Arveann tersentak mendengar suara di belakangnya. "Ngapain kamu di sini?" dia balik bertanya.

"Bunda memintaku menjemputmu."

Langkah Arveann terhenti di depan pintu rumahnya.

"Untuk apa?"

Nav mengangkat bahu. "Mana aku tahu, aku cuman ditelepon doang."

"Tanya dong! Punya mulut juga!"

Mata Nav melotot mendengar ucapan Eann. "Apa sih? Biasanya kan juga bunda suka minta kamu ke sana tanpa alasan."

"Itu kan waktu kita masih pacaran. Sekarang aku harus punya alasan ke rumahmu. Kalo nggak pacarku bisa marah kan?" ucap Eann seraya melangkah menuju kamarnya.

Nav terhenyak mendengar ucapan Eann. "Kamu..., apa kamu dan Alvino benar-benar..."

"Bukan urusan kamu! Pulang sana!"

"Tapi bunda..."

"Ajak aja kak Rissa. Sekalian pendekatan sama calon mertua!"

"Brak!"

Nav terjengkit kaget saat Eann menutup pintu kamarnya tepat di depan wajah pemuda itu.

"Ayolah Eann! Bunda bakal ngomel kalo kamu gak ikut!" mohonnya.

"Bodo! Itu urusan kamu!" jawab Eann dari balik pintu.

Nav menggeram. Hal paling menyebalkan jika Eann ngambek bukan lah kemarahan cewek itu. Tapi omelan orangtuanya jika Nav nggak berhasil membujuk cewek itu.

"Lho, kenapa Nav? Veann-nya nggak mau ikut?" tanya mama Eann.

Nav mengangguk lemas. Asal tahu saja, jika orangtuanya memanjakan Eann, maka orangtua cewek itu memperlakukannya sama. Mereka lah yang selalu membantunya membujuk Eann jika cewek itu marah.

"Iya, ma."

"Kamu makan dulu sana, mama udah siapin sayur kesukaanmu, biar mama yang bujukin Veann."

Nav mengangguk lalu beranjak meninggalkan mama Eann di depan pintu kamar mantan ceweknya itu. Dalam hati pemuda itu bersorak girang. Berani taruhan, sebelum dia selesai makan, Eann telah selesai ganti baju. Dan meski dengan wajah ditekuk, dia akan menuruti perintah mamanya.

.

Dan di sinilah mereka berada.

Nav duduk di meja makan yang bersebelahan dengan dapur. Menyangga kepalanya dengan tangan kanannya, menatap Eann yang sibuk membantu bundanya membuat makanan. Eann itu nggak bisa memasak sayuran, tapi pandai membuat kue. Dia akan dengan senang hati menawarkan bantuan jika bunda butuh teman membuat kue. Bahkan wajah muramnya karena terpaksa datang ke rumah Nav, telah menghilang, berganti senyuman cerahnya.

"Ntar malam ada acara apa, sih bun?" Tanyanya sambil memasukkan satu loyang adonan kue ke dalam oven.

Amira meletakkan mixernya. "Oh, ada pertemuan rutin ibu-ibu istri pengusaha."

"Arisan, bun?"

"Hampir seperti itu. Tapi biasanya kami membahas bisnis para suami, atau bakti sosial."

Eann mengangguk-angguk. "Mama kok nggak ikut, bun?"

"Soalnya waktu pertama acara ini dilakukan, kalian sedang berada di Solo. Mamamu katanya mau bergabung bulan depan. Kami menerima anggota baru kapanpun. Hari ini katanya juga ada yang bergabung."

MY EX-BOY'S FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang