Part 9

6K 335 18
                                    

A/N:

Sebelum ke cerita saya mau ngomong sebentar.

Mohon baca part ini dengan santai, selow~
Dan jangan berpikir yang aneh-aneh (?)
Selain itu, jika kalian baca part ini tiba-tiba sakit gigi atau gula darah naik. Jangan salahkan Author. Kalian bisa langsung ke dokter.
Satu lagi, part ini kayaknya rating-nya tinggi. Mungkin PG.

Kalau begitu, selamat membaca dengan tenang.

♕♕♕

"Kau mendiamkanku," lirihnya.

Tanpa kuduga kalimat itu itu akan keluar dari mulutnya. Seketika aku langsung memeluknya.

"Maafkan aku, " ucapku.

"Kenapa kau mendiamkanku?" Aku mendengar isakannya semakin menjadi. Bahkan sekarang ia mencengkeram ujung piyama yang kupakai.

"Maafkan aku, Sayang. Aku tadi hanya kesal karena kau tidak memperhatikan Jiwon sehingga Jiwon hilang. Aku tidak bermaksud untuk mendiamkanmu."

Aku mengusap punggungnya, berharap ia bisa tenang dan menyerap dengan baik apa yang aku ucapkan.

"Maafkan aku, aku juga salah dalam hal ini. Maaf. "

Aku menatap matanya. "Tidak apa-apa, semua jadi pembelajaran untuk kita sebagai orang tua."

"Jadi kau memaafkanku?"

Aku mengangguk sebagai jawaban. Perlahan aku menghapus air matanya. Aku tersenyum lalu kukecup bibirnya.

"Jangan menangis lagi, eum."

Ia mengangguk pelan. Aku mengangkat tubuhnya dan membaringkannya di atas ranjang. Lalu aku pun ikut berbaring di sampingnya.

Aku menatapnya lekat dan ia pun tersenyum padaku. Kau benar-benar cantik, Baek.

Aku menarik selimut untuk menutupi tubuh dari hawa dingin. Lantas aku mulai mendekapnya.

"Chan," panggilnya manja.

"Ada apa?" jawabku sembari menatapnya.

"Aku merindukanmu, Chan. "

"Jeongmalyo?"ucapku berbinar. Ya, aku mungkin terlihat sangat senang ketika mendengar itu. Jarang sekali ia mengatakan itu padaku.

"Eoh, akhir-akhir ini kau terlalu sibuk dengan pekerjaanmu."

Aku menghela napas berat setelah mendengar apa yang ia katakan. Ya, aku mengakui memang akhir-akhir ini terlalu sibuk dengan pekerjaan. Hal itu membuat perhatianku terhadap keluarga menjadi berkurang.

Mianhae.

Ia menatapku. Dapat kulihat memang ada sorot kerinduan di matanya.
Tanpa kudunga ia menciumku. Aku sempat terkejut dibuatnya.

Ia hanya menempelkan bibirnya ke bibirku. Untuk beberapa saat kami larut dalam posisi ini. Hingga aku menyadari aku belum memberikan respon padanya. Ia menyudahi ciumannya. Aku melihatnya dan tampak raut kekecewaan menghiasi wajahnya.

Aku mendudukkan diriku. "Bangun, Baek!"

Kulihat ia menuruti perintahku. Ia mendudukkan dirinya lalu menatapku bingung. Tanpa berlama-lama lagi aku langsung menciumnya. Kulihat ia tampak terkejut. Namun, aku tidak mempedulikannya.

Aku melumat bibirnya. Rasanya sangat manis. Bahkan melebihi madu. Ia belum memberikan respon. Aku semakin gila menciumnya. Kemudian ia pun mengalungkan tangannya di leherku.

Tak berselang lama ia pun membalas ciumanku. Sekarang kami saling beradu. Dalam hal ini tentu aku yang menang.

Aku masih menciumnya. Sekarang ia hanya pasrah dan menikmati ciumanku. Namun tiba-tiba aku merasa ada yang aneh. Bibir Baekhyun yang tadi terasa manis sekarang bercampur dengan rasa asin dan... amis. Tunggu, apa yang terjadi?

Story of Park Family [ChanBaek FF]Where stories live. Discover now