5

197 25 1
                                    

Pagi yang kacau. Selama menjadi model, Nera tak pernah setelat ini. Biasanya dia hanya telat lima belas menit dan paling lama tiga puluh menit. Namun sekarang, telat tiga jam. Bayangkan saja tiga jam. Itu bukan telat lagi.

Kekacauan pagi ini tak berhenti begitu saja, Mira yang hadir di pemotretan tentu marah besar ke Nera. Mira bukan hanya marah karena dirinya telat, tapi karena dia datang ke lokasi syuting dengan Raka. Ditambah pakaian yang Nera kenakan adalah pakaian kemarin. Mira menuduh Nera bermalam di apartemen Raka, yang dengan jelas dibantah oleh Nera meski memang begitu kenyataannya.

"Leher lo merah. Astaga!"

Nera bosan mendengar keheranan Eca yang selalu diucapkan setiap dia ganti baju. "Udah deh Ca, nggak usah komen. Sekarang gue mesti pake baju apa?"

Nera beranjak, berjalan ke gantungan pakaian yang telah disediakan oleh kru. Kali ini dia pemotretan dengan tema sporty. Dia melihat celana pendek dan kaos mini menggantung di tempat pakaian.

"Semua itu."

Ucapan Eca membuat Nera seketika menoleh, menatap Eca tak percaya. "Nggak bisa pake yang lain? Merah semua badan gue."

"Ya lo coba tanya ke fotografernya enaknya gimana."

"Sialan!" Nera memaki. Dia berbalik lalu berjalan keluar ruang ganti. Rasa kesalnya bertubi-tubi. Dan sebenarnya sumbernya jelas saja Raka.

Bugh...

Saat Nera berjalan ke tikungan, dia menabrak benda keras. Nera mendongak, matanya terbelalak melihat Raka berdiri di depannya. Dia buru-buru mundur. "Lo ngapain ke sini? Ada Mira tahu," ucapnya sambil menoleh ke kiri dan kanan.

Raka terkekeh melihat Nera yang lagi-lagi panik. Dia maju selangkah, menghapus jarak antara dirinya dengan Nera. Dia menunduk, lalu mencium bibir Nera cepat. "Nggak usah takut gitu."

Nera diam saja. Bagaimana dia tidak takut jika tadi saja Mira sudah marah-marah. "Lo ngapain di sini?" tanyanya ketus.

"Galak amat sih, Sayang. Nih, gue mau balikin ponsel lo yang ketinggalan di mobil."

Tatapan Nera tertuju ke tangan Raka yang memegang ponselnya. Tangannya lalu terangkat hendak menggapai ponsel itu, tetapi Raka menjauhkan tangannya. "Raka sini balikin!!"

Raka menggeleng sambil menyembunyikan tangannya di balik tubuh. Dia mendekat lalu membisikkan sesuatu. "Kasih hadiah dulu."

Ah sebenarnya lelaki itu selalu mencari keuntungan di setiap kesempatan. "Nggak!" Jawab Nera kesal.

"Ya udah kalau nggak mau. Ponsel lo nggak gue balikin."

"Lo mainnya ngancem, Ka."

"Tentu aja." Raka tersenyum kemenangan. Dia melihat Nera yang terlihat kesal karena ulahnya. Pipi Nera memerah, membuat Raka gemas. Lantas, dia menarik tangan Nera dan hendak mengajaknya pergi. Namun belum sempat melangkah, dia mendengar teriakan melengking memanggilnya.

"Raka!"

Nera memanfaatkan kedatangan Mira dengan menyentak tangan Raka. Dia lalu buru-buru kembali ke ruang ganti sebelum mendapat amukan dari Mira. Sedangkan Raka, menatap Mira dengan kesal.

***

"Udah deh Bir! Gue ngerti kok salah gue yang mana! Nanti gue perbaiki!" Raka meninggikan suaranya. Tak peduli tindakn itu membuat Birzy menatapnya tajam.

"Lo kenapa, sih? Sejak balik izin keluar lo marah-marah?" tanya Birzy curiga.

Ya! Tadi Raka meminta izin untuk keluar sebentar. Tapi, saat kembali lagi ke kantor, wajah Raka amat tidak bersahabat.

"Nggak apa-apa. Gue balik ke ruangan," jawab Raka lantas berdiri sambil membawa mapnya.

Raka keluar dari ruangan Birzy lalu berjalan ke ruangannya. Selama berjalan dia terus teringat Nera. Ah! Coba kalau tadi Mira tak datang, pasti dia sekarang sudah tersenyum puas.

"Brengsek! Nanti gue harus ketemu Nera! Harus!"

Raka mengempaskan tubuh ke kursi. Dia teringat dengan ponsel Nera yang masih dibawa. Raka membuka ponsel dan ternyata tidak dikunci pin. Raka tersenyum puas lalu membuka galeri dan terlihatlah foto-foto Nera.

"Cantik."

Raka menggumam melihat foto Nera yang tanpa polesan make up. Dia merasa Nera lebih cantik. Dia merogoh ponsel, lalu mengirimkan semua foto Nera ke ponselnya.

Conquering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang