4

235 36 1
                                    

Nera mendorong dada Raka, tapi kedua tangan itu menarik tubuhnya kencang. Membuatnya kembali jatuh ke dalam pelukan Raka. Nera mencium aroma citrus yang menguar dari tubuh di depannya.

Kedua tangan Nera bergerak dalam pelukan Raka. Ini salah. Harusnya mereka tidak berpelukan. "Lepas."

Raka menggeleng. Dia memejamkan mata sambil menghidu aroma Nera. Wangi lemon yang entah sejak kapan Raka sukai. "Malam ini ke apartemen gue," bisiknya.

Hidung Raka menyentuh pelipis Nera. Dia tersenyum miring melihat wanita itu memejamkan mata. Hidungnya lalu bergerak menelusuri rahang Nera.

"Enggak!" Nera tidak akan mau mendekati lelaki yang menjadi milik Mira. Dia mendorong tubuh Raka, tapi tidak berhasil. "Apa yang lo lakuin, Brengsek!"

"Raka!" Tiba-tiba ada suara yang tidak diharapkan.

"Ada Mira. Lepas!" bisik Nera.

Melihat kegelisahan Nera, Raka memanfaatkan kesempatan. Kedua tangannya menarik Nera semakin mendekat. "Ke apartemen gue. Baru aku lepas."

"Pemaksa! Nggak akan!"

"Ya udah."

Nera memutar bola matanya malas. Dia mendekat dan menggigit baru Raka cukup kencang. Hal itu sempat membuat pelukan Raka melonggar, tapi sayang Nera belum bisa lolos dari pelukan itu.

"Raka! Lo di mana?" Teriakan Mira lagi-lagi terdengar.

Nera menggerakkan tubuh. Apakah lelaki dalam pelukannya ini tidak takut pacarnya marah? Dia sebenarnya tidak peduli Raka dan Mira akan bertengkar karena kejadian ini. Tetapi, Nera enggan mendengar tuduhan Mira yang tidak-tidak. Wanita itu jelas akan menyalahkannya.

"Mira nanti lihat. Lepas, Raka!"

Satu alis Raka terangkat. Apa telinganya tidak salah dengar Nera menyebut namanya? Sudut bibir Raka tertarik ke atas. "Ke apartemenku baru gue lepas."

Tak... Tak... Tak.... Terdengar suara heels.

Nera menebak kalau itu suara heels Mira. Nera mendongak menatap Raka yang tersenyum culas. "Oke gue ke apartemen lo. Sekarang lepas."

Raka tersenyum mendengar itu. Dia menunduk, mengecup bibir Nera lalu melepas pelukan. "Tunggu di basemant dan jangan coba-coba kabur." Setelah mengucapkan itu Raka meninggalkan Nera untuk menemui Mira.

Raka tersenyum tipis. Perhitungannya sangat pas, saat berbalik ke ruangan, Mira hampir sampai ke tempat persembunyiannya tadi. "Mir. Gue balik. Ada janji."

Mira yang baru menemukan Raka sontak kaget mendengar ucapan lelaki itu. "Katanya lo ada waktu?"

"Sorry. Lain kali aja." Raka mendekat, mengecup bibir wanita itu agar tidak banyak tanya bahkan lebih parahnya membuntutinya. Setelah itu dia berbalik dengan senyum puas. Dia tidak sabar mengajak Nera ke apartemennya.

Sedangkan Nera, membereskan peralatan make up-nya dengan cepat. Dia harus buru-buru keluar dari gedung sebelum Raka menemukannya.

***

Raka menatap wanita yang duduk dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Wanita keras kepala, itu yang dia simpulkan tentang Nera. Tadi ada adegan kucing-kucingan di mana Nera yang berusaha kabur. Raka tentu tidak akan membiarkan Nera lepas begitu saja. Dia mengikuti permainan kucing-kucingan Nera hingga dia yang memenangkan permainan.

"Ada yang mau lo omongin? Kalau enggak gue pulang."

Nera menatap Raka sebal. Sudah lebih dari lima belas menit dia duduk diam menunggu Raka membuka pembicaraan. Namun, lelaki itu malah menatapnya, membuatnya gelisah karena tatapan itu.

"Minuman lo belum diminum masa mau pulang?" tanya Raka sambil melirik cola yang masih utuh di atas meja. Dia lalu beringsut mendekati Nera, mengambil cola itu dan mengulurkannya. "Minum dulu. Gue tahu lo haus gara-gara kucing-kucingan tadi."

Nera mengambil cola itu dengan kasar. Dengan gerakan cepat, dia membuka pengait cola lalu menegaknya. Dari ekor matanya, terlihat Raka menatapnya dengan jakun naik turun. Seketika Nera menghentikan aksi minumnya dan menatap Raka. "Ngapain lo natap gue kayak gitu?"

Raka tersenyum miring. Tangannya terulur ke sudut bibir Nera yang basah karena cola. "Jangan terima tawaran iklan minuman, ya. Gue nggak mau liat cowok lain liat lo yang sexy kayak barusan."

Ucapan Raka membuat Nera mendengus. Bagaimana bisa gerakan minum terlihat sexy? Nera geleng-geleng. Tentu saja lelaki di depannya sedang merayunya. "Gombal!"

"Terserah lo anggep gombal atau enggak."

Nera menyampirkan tas slempang ke pundaknya. Dia merasa Raka mengajaknya ke apartemen hanya untuk mengerjainya. Lebih baik Nera pulang dan tidur dengan nyenyak. "Gue balik!" ucapnya sambil berdiri.

Raka tidak membiarkan Nera beranjak. Dia menarik tangan wanita itu hingga terjatuh di atas pangkuan. Raka tersenyum miring melihat Nera yang melotot. "Kenapa buru-buru?"

"Lo sebenernya ngajak gue ke sini ngapain? Kalau nggak ngapa-ngapain gue balik."

"Maksud lo ngapa-ngapain kayak gimana?"

Tatapan Nera tertuju ke alis Raka yang naik turun. "Mesum lo."

"Hahaha." Raka tertawa terbahak. Dia lalu mendekatkan wajah ke pundak Nera. "Gue mau tanya, lo kan yang malam itu nemenin gue?"

"Enggak tuh." Nera sudah berjanji ke Mira agar Raka tak mengetahui hal itu.

"Bohong."

"Beneran?"

"Lo yakin?" Raka menatap Nera dengan senyum samar. Wajah Nera terlihat memerah. Raka tersenyum miring, memiliki ide yang sangat brilian. "Kalau gitu mari kita ulang!" Dia memindahkan Nera kemudian memeluknya.

Nera panik. Dia tidak mau menemani Raka seperti malam itu. Pundaknya terasa pegal karena lelaki itu menyandarkan kepala dan memeluknya erat. Belum lagi Raka yang merancau, bahkan ada ucapan yang tidak sopan. Dia khawatir, akan ada kejadian yang lebih parah dari itu.

Conquering LoveWhere stories live. Discover now