19

159 21 1
                                    

Drrt....

Ponsel di nakas itu bergetar. Tapi, getaran itu tak cukup membuat dua orang yang terlelap sambil berpelukan itu terbangun.

Drrt....

Drrt....

Kini salah seorang membuka mata lalu mengucek matanya. Dia menoleh ke nakas dan melihat ponselnya menyala. Nera berbalik, melepas pelukan Raka lalu bangkit untuk mengangkat panggilan itu.

Nera tersentak melihat siapa yang menghubunginya. Dia menoleh ke Raka yang perlahan membuka mata. Dia menempelkan jari telunjuknya di depan bibir. "Lo diem, ya. Mira telepon."

Raka yang masih belum sepenuhnya sadar hanya mengangguk sekenanya.

"Halo Mir apa, ya?" ucap Nera setelah mengangkat panggilan itu.

"Ke kantor."

"Iya, nanti gue ke sana." Nera buru-buru menyelesaikan panggilan.

"Kenapa gue disuruh diem? Takut ketahuan Mira? Kan, berkali-kali gue bilang kalau nggak ada hubungan apa-apa sama dia."

"Mira suka lo, Ka."

"Tapi gue nggak suka sama dia." Tangan kiri Raka mengambil tangan Nera yang bebas. Diamencium punggung tangan Nera lalu melingkarkan ke lehernya.

"Gue cuma nggak mau hianatin dia. Cuma gue selalu aja loss control kalau udah sama lo." Nera terkekeh diakhir kalimatnya.

Selama dua minggu ini mereka menghabiskan malam bersama. Sejak mereka mabuk, entahlah keduanya sama-sama memperlihatkan perhatian keduanya. Nera mulai sering merajuk ke Raka dan Raka yang akan merayu Nera. Mereka sebenarnya penasaran dengan perasaan yang belum juga mereka ungkapkan. Tapi, sepertinya mereka terlalu menikmati kedekatan itu dan tidak ingin merusak momen yang ada.

"Emang lo kenapa, sih? Takut banget ketahuan Mira." Raka yang mulai penasaran. Dia bangkit bersandar di kepala ranjang lalu menepukkan sisi sebelahnya meminta Nera mendekat.

Nera yang tahu kode itu mendekat dan menarik selimut. "Bukan takut, cuma nggak mau buat Mira sakit hati. Biar bagaimanapun, dia yang nolongin gue."

Raka menunduk menatap wanita itu yang tampak sibuk dengan pikirannya. "Bantu gimana?"

Nera menatap Raka dengan senyum tipisnya. Tindakannya itu membuatnya mendapat kecupan dari Raka. "Orangtua gue mata duitan. Abang gue juga gitu. Sekarang mereka ninggalin gue dengan utang-utang mereka. Dikondisi gue yang kayak gitu gue ketemu Mira."

Raka tertegun mendengar cerita itu. Dia tidak menyangka Nera mengalami hal itu.

***

Nera berjalan ke ruang ganti dengan Edmun di sebelahnya. Mereka baru saja menyelesaikan pemotretan. Baru dua pakaian yang mereka gunakan, masih kurang satu pakaian lagi.

"Ner. Nanti anak-anak ngajak ke bar. Yah, kumpul-kumpul."

Nera mengangguk, tahu ajakan dari sang fotografer itu. Dia sendiri sebenarnya tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu. "Gue nggak bisa ikut kayaknya."

"Yah. Nggak asyik banget lo nggak ikut."

"Tetep asyik kok. Kan, banyak yang dateng."

"Tapi, tetep aja nggak lengkap."

Nera mendorong lengan Edmun saat sampai di ruang ganti. "Gue tetep nggak bisa. Udah sana lo ganti baju." Setelah mengucapkan itu Nera membuka pintu ruang ganti. Saat hendak menutup pintu kembali, dia merasakan sebuah pelukan. Nera menoleh, tersentak mendapati Raka. "Lo kok bisa di sini?"

Conquering LoveWhere stories live. Discover now