4

4.7K 496 38
                                    

So don't ever think I need more
I've got the one to live for
No one else will do
And I'm telling you
Just put your heart in my hands

💓💓💓

Langit sangat cerah sekali malam ini, bintang-bintang berkelip bahagia di atas sana.

Sudah larut malam, tapi aku belum bisa memejamkan mataku karena aku belum menceritakan tentang lelaki itu pada buku usangku.

🍃🍂🍃🍂🍃🍂

"Kau mau pergi?" Aku mengangguk menjawab pertanyaan Ayah yang ditujukan padaku. Jelas pertanyaan itu untukku, memang untuk siapa lagi?

"Dengan Sasuke?" Aku mengangguk lagi kali ini menjawab pertanyaan Ibu.

Kujatuhkan pantatku di sofa bersama dengan kedua orang tuaku, menunggu Sasuke datang menjemput.

"Kalian sudah lama sekali berpacaran," ucap Ibuku lagi.

Aku mengangguk dan meraih toples kue di meja. "Sudah empat puluh bulan Bu," jawabku.

"Tidakkah berniat untuk serius? Ayah suka dia, sopan dan tahu bagaimana caranya memperlakukan anak gadis Ayah yang galak ini." Ayah ini sebenarnya mau memuji atau meledek?

"Kami masih terlalu muda. Bahkan belum 6 bulan kami lulus kuliah," jawabku santai.

"Cepat-cepat serius saja Sakura, Sasuke itu tampan dan baik bagaimana kalau nanti dia berpaling darimu?"

Pertanyaan Ibu sontak membuatku berpikir dua kali. "Apa mungkin? Kami sudah sejauh ini Bu,"

"Ya kami tidak tahu, tanyakan pada Sasuke saja makanya, itu dia manusianya datang," Ibu cepat-cepat berlari menuju pintu dan membukakan pintu untuk Sasuke.

Aku dan Ayah hanya mengamati saja dari ruang tamu saat Ibu membuka pintu dan tiba-tiba Sasuke memeluk Ibu erat-erat kemudian berseru. "Selamat pagi Tuan Puteri,"

Sungguh tawaku dan Ayah tak terelakkan lagi. "Sasuke!"

Mata Sasuke melebar saat melihatku duduk di sofa bukan berdiri di pelukannya.

"Dia Ibuku!" Jeritku dengan tawa yang tak henti-henti.

Sasuke melepaskan pelukannya dari Ibuku dan mengucapkan permohonan maaf berkali-kali karena sudah lancang main peluk-peluk istri orang di depan suaminya. Dia meminta izin juga pada Ibu dan Ayahku hendak membawaku pergi.

"Kenapa Ibumu yang membukakan pintu? Biasanya kan kau!" Protesnya saat kami berjalan bergandengan menuju mobilnya.

Aku terkikik dan mengeratkan tautan jemari kami. "Kejutan," jawabku asal-asalan.

Sasuke menatapku sebal, dia membukakan pintu jeep hitamnya untukku, aku masuk dan dia tak kunjung menutup pintunya. "Aku akan memberikan kejutan yang sungguh-sungguh kejutan untukmu!" Ucapnya dan mencium pipi kiriku.

Aku terkekeh dan mengusap rahangnya. "Tunjukkan!"

"Siap tuan putri," jawabnya kemudian menutup pintu dan berlari mengitari mobil untuk masuk ke balik kemudi.

Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan normal - normal buatnya dan buatku - melewati wilayah perbukitan yang sangat menyejukkan dengan warna-warna hijau di sekelilingnya.

"Ayo turun. Aku sedang ingin kesini," Sasuke turun lebih dulu saat kami sudah tiba di hamparan hijau yang luas sekali.

Aku ikut turun dan mataku terpesona bukan main dengan apa yang ada di hadapanku. "Sasuke, ini indah," ucapku seraya menangkap tangannya yang terulur untukku.

Dia melingkarkan lengannya pada sekeliling leherku dan mengecupi puncak kepalaku yang hanya setinggi lengan atasnya berkali-kali. "Merah muda di antara hamparan hijau. Indah bukan?"

"Sungguh!"

"Bagaimana perasaanmu?"

"Damai sekali, nyaman sekali Sasuke, sungguh!!" Aku memekik heboh dan mendongak menatapnya.

"Kau harus merasakan bagaimana perasaanku setiap kali menatap bola mata hijaumu! Seperti inilah perasaanku, sama seperti saat kau melihat hamparan hijau di hadapanmu itu."

Aku melongo mendengar jawabannya. Perlahan senyumku berkembang dan aku menenggelamkan diri dalam pelukannya. "Terima kasih," ujarku tulus.

"Sakura,"

"Ya?"

"Aku sudah mendapat pekerjaan." Aku berjingkat dan mendorongnya menjauh.

"Serius?"

Dia tersenyum dan menaikkan sebelah alisnya. "Aku diterima menjadi jurnalis di salah satu televisi swasta terkenal," jawabnya dengan mengeluarkan sebuah tanda pengenal dengan logo stasiun tv swasta yang dia maksud.

"Sasuke!" Sekali lagi aku terkejut dan memeluknya erat sekali. "Selamat!"

Lelaki itu memelukku tak kalah erat, dia mengangkatku dan memutar tubuhku sampai kedua kakiku melayang di udara.

Suara jeritanku menggema di seluruh hamparan hijau yang sedang kupijaki. "Ini untukmu, bukan untuk yang lain. Aku menyetujui pekerjaan itu karena aku ingin membuatmu bangga karena sudah mempercayakan hatimu padaku. Terima kasih Sakura," ucapnya saat kakiku kembali berpijak di rumput lembut.

Mataku berkaca-kaca tak tahu mau mengatakan apa, aku terlalu bahagia karena memilikinya. Dia yang tak pernah sedikitpun ragu terhadapku walaupun aku selalu ragu padanya, dia yang selalu berusaha membuatku senang seolah senyumku itu adalah oksigen baginya.

"Sasuke, terima kasih!" Aku berjinjit dan melumat bibirnya lebih dulu.

Aku sangat mencintai lelaki dalam pelukanku ini. Sangat dan sangat.

🍃🍂🍃🍂🍃🍂

Sangat dan sangat.

Aku sangat mencintai lelaki itu bahkan sampai saat ini dan mungkin akan sampai selamanya.

Bersambung...

Over And Over AgainWhere stories live. Discover now