Part 12 Absurd Talking

16.8K 580 17
                                    


"Ternyata otakmu tidak lebih baik darinya." kata Edi yang selalu membuat orang lain kesal.

"Bisakah kau sudahi saja pembahasanmu tentang otak? Seperti otakmu pandai saja. Alvin saja yang selalu mendapat peringkat pertama tidak pernah sombong sepertimu. Lihat dia hanya diam dari tadi." Agaknya akan ada perang setalah ini. dan masalahku seperti sudah terlupakan. Pembahasan tentang otak terlihat lebih penting buat mereka.

"Yah, Alvin memang lebih pandai sedikit dariku. Hanya saja waktu kecil sepertinya orang tua kalian lupa mengajarinya cara berbicara. Hanya kau saja yang diajari berbicara. Makanya sekarang kau menjadi cerewet seperti ini. Dan kakakmu itu hanya diam seperti kehilangan seluruh giginya. Bahkan aku tidak tahu apakah dia itu memiliki gigi." balas Ed panjang lebar, dan masalah sekarang berpindah pada pembahasan apakah Alvin Memiliki gigi.

Aku hanya diam saja. Melihat mereka berdebat sedikit menghiburku.

"Al, buka mulutmu! Tunjukkan pada Tuan Edi yang memiliki otak ini sampai - sampai kepalanya tak mampu menampungnya bahwa kau memiliki gigi." kata Vina yang tak mau kalah. Dan ajaibnya Alvin mau saja membuka mulutnya yang sejak tadi tertutup rapat. Aku syok melihatnya.

"Kau lihatkan? Alvin punya gigi." lanjutnya lagi. Ehm.. Apakah itu penting? Kurasa tidak. Tapi biarlah.

"Dan bukannya Alvin tidak bisa berbicara, dia hanya malas untuk berbicara. Karena berbicara tidak penting hanya akan membuang waktu dan tenaganya. Apalagi berbicara dengan mu yang tidak pernah jelas apa yang kau bicarakan."

"Tapi sepertinya kau dengan senang hati meladeni setiap kata yang aku keluarkan. Berarti benarkan apa yang aku katakan, karena dengan senang hati kau membuang waktu dan tenagamu yang berharga itu." Mengapa mereka betah sekali memperdebatkan hal tidak penting seperti ini.

"Siapa bilang aku senang? Kalau tidak ditempat umum seperti ini aku tidak akan segan untuk menendangmu."

"Sayang sekali. Jika kita sedang tidak berada di tempat umum, aku akan lebih senag untuk memelukmu."  Edi mulai melancarkan rayuan playboy cap ubur - uburnya. Aku ingin muntah mendengarnya. Hoek.

"Jangan mimpi kau." sengit Vina sambil mengacungkan gelas minumnya yang tinggal setengah ke depan muka Edi.

"Seratus persen aku sadar. Jika kita sedang berdua, kau pasti akan sukarela dan dengan senang bahagia jika kupeluk." Oh Ed, harusnya aku yang menjadi tokoh utama dalam pertemuan ini. Mengapa sekarang tokoh utamanya berubah menjadi dirimu.

"Cuih. Tidak berguna otak yang kau bangga - banggakan itu."

"Benar, tidak berguna karena selalu kugunakan untuk memikirkanmu."

"Apakah kau sedang menggodaku?"

"Dan apakah kau baru menyadarinya?"

"Bisakah kalian berdua menyudahi pertunjukan ini? Aku sudah mulai mual." Bukan aku yang mengatakannya. Tetapi orang disebelahku. Alvin.

"Aku setuju dengannya. Perutku sudah mulai mulas." kataku. "Dan sebenarnya siapa yang sedang bermasalah di sini?" tanyaku pada mereka berdua.

"Kau?" Vina malah bertanya padaku. Bukankah itu sudah jelas.

"Demi tuhan. Dan kau masih bertanya?"

"Sudah kubilang otaknya lebih buruk dari milikmu."

"Tolong hentikan Ed, sudah cukup aku mendengar perdebatan tidak penting kalian." kataku yang mulai geram dan jengah dengan tingkah mereka berdua. Ini sudah keluar dari jalur. "Dan jika kau ingin melancarkan aksi menggombalmu itu, lakukan di tempat lain. Jangan di depanku." lanjutku yang diangguki oleh Alvin. Sedari tadi dia hanya mengangguk, menggeleng, mengdipkan matanya, dan bernafas. Mungkin. Jika dia tidak lupa.

Our Early Marriage! - OPEN PO - Sebagian Part Telah DihapusWhere stories live. Discover now