Kirana hanya mengangguk. Tapi respon Kirana malah membuat Chandra makin merasa bersalah.

"Kita ke rumah sakit aja yuk. Kita periksa jantung kamu. "

Kirana menggelengkan kepalanya. Dia benci rumah sakit dan apapun berbau itu.

"Gue cuman deg-degan pas lihat lo. Mungkin gak seserius itu. Yah walaupun jantung gue serasa sesak tadi pas lihat lo ciuman sama Kartika. Tapi gue..."

"Ciuman?" Chandra menaikkan alisnya mendengar ucapan Kirana soal dia yang mencium sahabatnya, Kartika.

Seketika mata Kirana membulat. Ia menutup mulutnya yang lancang itu. Bagaimana bisa dia mengatakan itu di depan Chandra?

Gue udah gila. Fix, gue gila!

Kirana terus menggerutu dalam hati. Dia tak berani mengangkat wajahnya dan melihat ekspresi Chandra.

Chandra sendiri mulai memikirkan perkataan Kirana, dia mencium Kartika? kapan?

Tadi ia memang menemui Kartika karena Kartika ingin memberikan hadiah untuk keponakannya yang berulang tahun dan ia meminta Chandra menemaninya mencari kado di mall. Tapi ia bahkan tak pernah bersentuhan dengan Kartika. Bahkan Chandra tak pernah menyentuh tangan Kartika dan bagaimana caranya dia mencium Kartika? Yah, memang ia pernah sekali menyentuh Kartika hari ini saat Kartika tiba-tiba kelilipan dan ia harus meniup mata gadis itu tapi sebelum dan setelahnya ia tak pernah menyentuh Kartika lagi.

"Kamu salah paham. Aku dan Kartika tidak pernah ciuman," bela Chandra.

"Gue gak peduli lo mau ciuman apa enggak. Bukan masalah gue," balas Kirana tapi ia masih menunduk tak berani menatap Chandra.

Bahkan Chandra sudah berani berbohong, pikir Kirana.

Chandra mendesah. Ia tak pernah merasa butuh untuk menjelaskan permasalahan dengan gadis manapun dulu. Tapi ia rasa ia entah mengapa harus meluruskan kesalahpahaman ini.

Ia menarik dagu Kirana yang sedari tadi menunduk. "Tatap mata aku. " ucap Chandra tegas.

"Aku tidak pernah mencium wanita lain selain kamu. Asal kamu tahu, kamu yang mengambil ciuman pertamaku dan karena itu aku tidak pernah mencium wanita lain lagi. "

Chandra menenguk ludahnya menatap bibir merah Kirana yang mencebik. Wanita angkuh itu terlihat imut sekali saat ini.

"Gue gak peduli. "

Chandra menarik satu alisnya. Tiba-tiba entah mengapa ia malah memikirkan satu kesimpulan dari gejala Kirana.

Ia deg-degkan hanya saat melihat Chandra.

Dadanya sesak hanya karena memikirkan Chandra mencium Kartika.

Apa mungkin Kirana...

"Kamu suka sama aku?" Tanya Chandra sambil menyipitkan matanya.

Kirana mendadak gelagapan tapi kemudian dia menjawab dengan lantang, "ENGGAK AKAN!"

Sudut bibir Chandra tertarik ke atas melihat respon berlebihan Kirana, "Baguslah. Karena kalau kamu jatuh cinta sama aku berarti kamu harus pole dance dihadapanku."

Chandra mulai menakut-nakuti Kirana. Kirana sendiri merasakan sebutir keringat sebesar biji jagung di dahinya.

"Gue gak suka sama lo. Lo aja kali yang mulai suka sama gue. "

Chandra tertawa dan mengacak rambut Kirana, "Masa sih? terus siapa tadi yang cemburu aku ciuman sama Kartika eoh? atau yang deg-degkan lihat aku?"

"Asshole."

Chandra tertawa lagi yang membuat Kirana mulai berpikir Chandra sudah mulai gila.

Ia memutur bola matanya dan mulutnya mulai menyinyir membuat Chandra makin gemas.

"That's my girl."

Chandra memeluk Kirana dari belakang. Ia sedari tadi menahan kegemasannya melihat tingkah Kirana. Entah mengapa tahu bahwa Kirana bisa saja mulai mencintainya membuat hatinya menghangat. Tapi ia tak ingin banyak berharap. Semua biarlah mengalir seperti air.

Atau ia juga diam-diam sudah jatuh pada pesona si wanita angkuh ini?

***

Bersatulah kartika chandra kirana

Membantu memupuk membangun

Mendorong...

"Wait!" Kirana segera memotong saat Mbak Sasa sedang bernyanyi lantang.

"Kenapa Mbak?" tanya Sasa tak mengerti. Saat ini ia sedang berlatih menyanyi mars dan hymne persit di rumah Kirana setelah Kirana menyeretnya dari rumah untuk di jadikan guru vocal.

"Apa maksud lo dengan bersatulah kartika chandra kirana, hah?"

Kirana memanyungkan bibirnya. Apa maksud penulis lagu ini? menyatukan dia, kartika, dan Chandra? maksudnya Chandra boleh poligami dan ia jadi istri tua yang menyedihkan?

"Liriknya memang gitu kok, Mbak. "

"Apaan! gue pokoknya gak setuju!"

Sasa memijat dahinya, ia mulai berpikir mengapa Kirana harus mengkritisi lirik lagu. Jika terus begini yang ada mereka tidak akan jadi latihan bernyanyi namun malah akan jadi acara debat.

"Mbak bisa gak kita nyanyi aja. Saya juga gak tahu apa-apa soal itu. "

Kirana mendengus tapi kemudian tetap mendengarkan dengan seksama saat Mbak Sasa dengan suara lantangnya kembali bernyanyi. Lagunya yang familiar membuat Kirana dapat menghapal liriknya dengan cepat.

"Gue coba yah Mbak," izin Kirana.

Bersatulah Chandra Kirana

Membantu memupuk membangun.

"Tunggu Mbak. Liriknya salah harusnya 'bersatulah kartika chandra kirana' mbak."

"Suka-suka gue dong."

"Tapi tetap aja Mbak harus sesuai lirik nanti kan mau diuji. "

Kirana mendesis. Ia meraih gelas putih dan meminumnya hingga tandas.

Mengapa ia menjadi sensitif dengan nama Kartika?

Apa ia benar-benar telah cemburu dengan Chandra?

Atau Kirana telah,

... jatuh cinta.

"Amit-amit," Kirana segera mengetok tiga kali meja didepannya. Seakan hal itu merupakan ritual menolak bala. Yah, jatuh cinta dengan Chandra itu masalah besar untuknya.

Chandra & KiranaWhere stories live. Discover now