[24] Analogi Siput

13.2K 1K 128
                                    

Kirana mengumpat sambil terus berjalan kaki kembali ke rumahnya. Beberapa anak kecil yang sedang bermain di lapangan memberikan tatapan bingung pada Kirana yang sedari tadi terus mengabsen nama-nama hewan di kebun binatang.

"Anjing banget si Chandra. Gue? Kirana Giorgina Armendo pewaris Andromeda Grup malah ditinggal. Sialan! Babi banget!"

Umpatannya akhirnya berhenti saat seseorang menepuk bahunya. Mbak Sasa.

"Mbak, gak baik ngomong gitu. Takutnya dicontoh sama anak kecil," nasehat Mbak Sasa sambil berbisik. Sebenarnya ia sedikit tak enak terlebih Chandra, suami Kirana itu punya pangkat lebih tinggi dari suaminya tapi tetap saja ia tidak ingin tingkah Kirana dicontoh anak kecil.

Kirana yang awalnya tidak senang karena ditegur ikut melemparkan pandangannya pada anak-anak kecil yang menatapnya seakan ia alien yang baru turun dari bumi.

"Anj! Upps..." Kirana menutup mulutnya segera saat ia kelepasan lagi.

Ia meringis ke arah Mbak Sasa yang melotot padanya. "Maaf Mbak, " Ucap Kirana agak berbisik.

Mbak Sasa mengangguk. Setelah beberapa minggu bertetangga dengan Kirana ia jadi sedikit tahu tentang watak wanita itu.

Menurutnya, Kirana sosok yang terlalu manja dan egois tapi disaat bersamaan Sasa merasa simpati saat terkadang ia sekilas bisa melihat guratan sedih dan tatapan kosong gadis itu seakan menandakan bahwa ia kesepian dan ada luka besar yang ia tutupi dibalik sikap semena-menanya itu. Mungkin bagi orang yang baru mengenalkan mungkin akan membenci sikap buruk gadis itu tapi beruntung bagi Sasa yang sarjana psikologi sehingga ia bisa membaca sedikit sifat orang dari tingkah lakunya.

"Ada yang bisa saya bantu Mbak Ran? " tanya Sasa.

Kirana menggelengkan kepalanya.

"Lo mau temanin gue ke mall gak?" tanya Kirana tiba-tiba dengan tatapan penuh harap.

Sasa menggigit bibirnya. Terakhir mereka ke mall yang terjadi malah ia hampir menghabiskan gaji bulanan suaminya. Ia bahkan masih ingat Raihan menasehatinya semalaman karena itu.

"Udah mau malam mbak. Nanti aja yah?" elak Sasa.

Kirana mendongak menatap langit yang telah menampakkan warna jingganya. "Iya sih. Tapi kenapa? gue biasanya belanja malam kok. Kita pergi yah?"

Sasa menggigit bibirnya lagi. Memutar otaknya mencari alasan yang sesuai untuk menolak ajakan Kirana. Apalagi sekarang sedang akhir bulan. Bisa-bisa Raihan menggorok kepalanya kalau tahu Sasa mengikuti Kirana berbelanja.

"I-itu... " Sasa meremas jarinya. Ia tak tahu apa yang tepat ia katakan untuk menolok Kirana.

Kirana melirik malas pada Sasa yang masih sibuk memikirkan tawarannya, "Lo gak harus belanja kok Mbak. Lo cukup temenin gue. Sebagai gantinya entar gue traktir makan deh. Gimana? Mau yah Mbak! gue gabut banget suer."

Sasa mengerjapkan matanya sambil menatap Kirana, "Cuman ditemani kan Mbak?"

Kirana mendengus, "Iya! Tapi gue balik dulu ke rumah. Masa gue ke mall pake baju kek gini? Gak banget. "

Kirana menatap jijik pakaiannya sendiri. Kemeja putih dan rok hitam selutut membuatnya terlihat seperti sales. Tapi mau bagaimana lagi hanya itu baju yang sedikit lebih sopan yang bisa ia pakai dalam versi Chandra.

***

Mata Kirana berbinar menatap dress cantik yang dipajang di etalase toko. Seketika otaknya mulai memikirkan betapa ia akan sangat cantik mengenakan baju itu.

Sasa yang berapa di belakang Kirana hanya menggeleng pelan. Kakinya sudah lelah berkeliling mall dan menyambangi setiap toko yang ada dan wanita dihadapannya itu pasti akan menambah jumlah paperbag di tangannya.

Chandra & KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang