Lima belas

196 17 15
                                    

Biarkan hati ini berlabuh
Biarkan hati ini terpancing
Biarkan hati ini terluka
Tapi bukan padanya

"Cukup Fer, sana aku bisa mengurus diriku sendiri!" seru Rara kesal pada kelakuan Ferdi yang masih setia di dekatnya, itu membuat Rara tak suka

"Setelah ini!" Katanya sambil mengambil lap basah yang sedari tadi berada di pergelangan kaki Rara untuk di gantikan dengan lap yang basah dengan air hangat

"Sudah selesaikan?"

"Bisa saya tinggal disini?"

"Untuk?"

"Merawatmu!"

"Gue udah bilang, gue bisa sendiri Ferd..." Rara menghentikan ucapannya saat dia melihat wajah Ferdi semakin dekat

"Menjauh sana, deket-deket ngapain lo?" Tanyanya dengan kesal sambil menjauhkan dada bidangnya dengan telapak tangannya

"Sepertinya kamu lupa perjanjian kita" Rara mulai berpikir janji apa yang dia lupakan oh ya

"Sorry lupa! Pokonya gue eh aku ga suka kamu yang perhatian! Kan kita uda buat kesepakatan pilihan mana yang akan kita pilih, aku memilih kita saling membenci!"

"Mau kamu?"

"Mau kita lah kan itu kesepakatan bersama"

"Klo saya nolak?"

"Nolak? Karena?"

"Say...." pembicaraan kami terhenti saat ada panggilan masuk di telpon genggam miliknya

"Saya izin keluar!"

"Yaa ga usah balik lagi!" Seru Rara tak peduli

Selang beberapa menit Ferdi kembali

"Apa?"

"Saya musti ke Rumkit, kamu tak apa jika saya tinggal?"

"Silahkan! Bahkan lebih baik kau tak usah kembali!"

Detik demi detik terus berlalu membuat menitnya semakin berputar yang mengakibatkan pergantian jam, semua proses itu terasa lama jika hanya duduk berdiam diri.

Kastil ini luas! Pikir Rara dan membuat adrenalin Rara terpanggil, dirinya ingin berkeliling kastil ini merutuki kesendiriannya yang tak pernah terdengar istimewa,  dengan sedikit rasa sakit yang masih terasa, Rara melangkahkan kakinya mengitari seluruh penjuru kastil ini, ya semoga dia bisa kembali dengan selamat ke ruangan ini kembali, tidak mungkin jika disini hanya di tinggali oleh dirinya dan Ferdi saja.

Rara keluar dari ruangannya mencari alat penanda yang bisa ia gunakan untuk kembali ke ruangan itu dengan mudahnya, Rara menemukan sebuah kapur putih beruntung pekiknya, dia bergegas pergi.

Melihat pintu demi pintu yang tertutup rapat membuat Rara ingin memasukinya satu persatu tapi acap kali ia melakukannya, pasti ada gangguan entah pelayannya yang menegurnya ataupun suara-suara aneh yang baru di dengarnya

Memang dia bukan pencuri, tapi jika memasuki ruangan lain di kastil ini tanpa meminta izin pemiliknya, itu terkesan seperti pencuri.

Tanpa terasa lantai demi lantai ia lewati entah berapa banyak pintu yang ia coba buka namun di urungkannya, pintu disana memiliki ukiran yang berbeda-beda entah siapa pen-desainnya, seakan-akan kemegahan kastil ini tak pernah sirna dari sudut manapun

Auch rasa sakit kakinya terasa kembali saat ia mendapati tiga buah pintu di hadapannya, tak lupa ia geratkan satu garis disana sebagai penanda, beruntung ia menemukan sebuah kursi panjang, setelah merasa baik, dia berdiri dan menuju salah satu pintu dari ketiga pintu tersebut.

***

Kemana dia? Ferdi yang baru saja  sampai, mendapati kamarnya padam pertanda tak ada siapapun disana segera ia menekan angka 1 di layar ponselnya

"Ya M.." belum sempat Lucas menyelesaikan ucapan salamnya, Ferdi dengan sigap memotongnya

"Cari wanita itu!" Tak perlu menanti jawaban Ferdi segera mematikan ponselnya, ia juga berniat mencari wanita itu

Tok tok tok..

Disaat seperti ini siapa yang bertamu? Dengan kesal Ferdi mendekati pintu

"Hey sobat!" Lama tak d tanggapi Ham melanjutkan pembicarannya menyadari sesuatu

"Wajahmu tampak tak segar, bukankah tadi kau berhasil menangani pasien?" Tanya sahabatnya dengan heran, Ham adalah sahabatnya sekaligus teman sebidangnya tadi dia yang memanggil Ferdi untuk segera ke Rumkig karena ada tindakan di luar kuasanya, pasien yang datang adalah pelanggang khusus dan menginginkan Ferdi yang melakukannya

"Wanita itu hilang!" Suaranya frustasi, Ham mengerutkan dahinya

"Wanita?"

"Ck, Rara, My Bride!"

"Dan?"

"Dia tak ada Ham, ayolah jangan membuatku pusing dengan segala pertanyaan konyolmu, awas!"

"Wow, kau terakhir kali seperti ini saat Lisna menghembuskan nap.."

"Cukup!" Teriak Ferdi yang sudah putus asa

"Kenapa? Aku salah? Ingat dia hanya misi mu!"

"Aku hanya khawatir!" Katanya sambil membuka kancing bagian atas

"Lebih dari khawatir ku pikir!"

"Terserah, awas jangan kau halangi langkahku!" Ferdi berhasil keluar dari kamarnya dia ingin menutupi rasa sakit dk dada kirinya dari hadapan Ham, bisa-bisa ia disuruh berisitirahat , tangan sebelah tangannya meraba dinding untuk menjaga keseimbangan tubuhnya

Ia menarik napas panjang, mengatur pernapasannya dengan perlahan agar aliran darahnya berjalan dengan normal, sesekali ia melirik dinding itu dan mendapati garis berwarna putih yang tak cukup panjang mengitari setiap sudut dindingnya jujur ia tak suka saat ada satu noda berbekas di dinding kayunya, tapi sekarang dia sangat berterimakasih Gadis pintar pekiknya sambil tersenyum.

***
Haahah emang baru ampe part ini 😄😄 ada yang kangenn? Sorry nyepam

Mmm, Ferdi kenapa? Ko gitu? Jangan2...

Jangan lupa sisipkan partisipasi kalian yaa.. Klo masih ga ngerti boleh ko komentar hahaha maacih,

_Rf

On (a)ther StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang