Empat

277 25 30
                                    

Tubuh kecil Rara tertarik dengan mudahnya saat Ferdi menarik salah satu lengannya, sontak wajahnya bersandar dengan leluasa di sebuah dada yang bidang dan satu lengannya lagi melingkar secara otomatis di pinggang lelaki itu, beruntung lelaki di depannya mengenakan sebuah kaos tanpa kancing, jika memakai kemeja mungkin mata Rara bisa melihat dengan baik dada yang menjadi sandarannya.

Deg..deg..deg.. suara jantung mereka beriringan baik Rara maupun Ferdi, Ferdi merasa tak ingin melepas pelukannya dan pelukan yang dilakukan Rara pada tubuhnya, ini sentuhan baru untuknya yang membuatnya teringat akan masa lalu, namun harus segera ia tepis rasa ini

"Maaf saya refleks!" Serunya saat melepas pelukannya, raut wajah wanita di depannya memerah, walau suasana malam hanya bermodalkan lampu jalanan berwarna oranye, wajah Rara yang merona mampu Ferdi lihat, wanita itu gugup

"Ekhem.." seru sang wanita memperbaiki suaranya dia sedikit mundur dan merapihkan rambut sebahunya

"Arah kos ku kesana, jadi.." Rara bingung perkataan apa yang harus ia ucapkan

"..see you!" Rara melangkah dengan pasti seolah tak terjadi apapun di malam ini, berusaha mengontrol pikirannya yang berkecamuk tanpa henti apa yang dilakukan Ferdi tadi? Aku kan sengaja menyebrang, cukup teledor sih, karena tak melihat kanan-kiri tapi itu bisa di atasi, toh yang nyupir punya mata, tapi yang Ferdi lakukan malah memelukku? Deg..deg..deg.. suara itu Rara dengar kembali saat memikirkan hal yang baru ia alami.

***
"Kebagian jadwal apa lu hari ini?" Tanya Lisna saat Rara menghirup Oksigen diluar kamarnya

"Malem Lis, harusnya sih siang, tapi Bu Sonia ada urusan, jadi gue deh kena! kenapa?"

"Yaah kenapa lu mau-maunya di oper?"

"Gue masih free ga terikat jadwal lain, kenapa?"

"Kapan kita samaan lagi ya?"

"Ada apa emang?" Tanya Rara kesal karena pertanyaan yang serupa tak di jawabnya

"Gue pengen dikenalin ama dokter itu Ra!" Diih ni orang pengen banget dikenalin

"Lu ga punya kontaknya emang?"

"Engga" dia baru ingat, bahwa dirinya tidak memiliki kontak dengan Ferdi, hanya di aplikasi Hitwe mereka saling sapa

"Boong dosa lu!" Teriak Lisna dari lantai dua

"Eh seriusan!" Dia kesal karna dianggap berbohong

"Gue inget, dia itu cowo yang lo kenal lewat aplikasi itu kan?" Ternyata Lisna ingat dan Rara mengangguk

"Tanya kek Wa, Line, atau Bm nya!"

"Ah males, tanya langsung aja pas di klinik!" Dan Rara meninggalkan Lisna, memasuki kamarnya, sebenarnya Rara mau saja melakukan itu, tapi bukan saat ini karena dia gengsi, setelah semalam mereka tanpa sengaja berpelukan, jantungnya berdegup kembali

"Yaelah gue malah dikacangin!" Teriak Lisna yang terdengar oleh Rara

"Berisik lo teriak-teriak" Rara mengirimnya via Line

30 notif dari aplikasi Hitwe

Rara dengan santainya membuka aplikasi tersebut, urutan pencarian pertamanya adalah sosok Ferdi, namun tak ada pesan darinya, ada rasa kecewa yang hadir, Rara meletakkan dengan jauh handphone nya ga usah ngarep yang aneh-aneh Ra, real life aja! Ga mungkin cowo ganteng dengan profesi dokter itu jatuh cinta padamu!, dengan malas Rara membereskan kamarnya dan menyalakan musik untuk menetralisir kegundahan hatinya.

"Lis uda makan?" Kirim Rara via Line, lama tak ada jawaban dari Lisna, tapi perutnya sudah mendemo ingin diisi sesuatu

"Lis uda makan?" Pertanyaan yang sama ia lontar saat telponnya berhasil tersambung

On (a)ther StepWhere stories live. Discover now