Dua belas

163 20 7
                                    

Ada yang tau mulmednya soundtrack apaan? Listen this hahah
***

"Aku kan uda bilang Fer, aku yang masak!" Entah kenapa Rara menjadi sangat marah pagi ini

"Saya..." belum sempat Ferdi melanjutkannya Rara sudah memotong pembicaraan Ferdi

"Kenapa? Kamu ga percaya sama masakan aku? Hah? Apa?" Ferdi malah menahan senyumnya, menyebalkan pekik Rara dalam hatinya

"Kamu lagi marah tambah cantik!"

"Ga usah gombal, aku ga akan luluh! aku ga suka ya ada orang lain yang nyiapin ini semua!" Seru Rara di meja makannya, dia melihat semua masakan mewah yang terhidang di meja itu

"Terserah jika menu untukmu apa, aku juga belum tau selaramu, tapi makanan untukku biarkan aku yang membuatnya, makanan sebanyak ini hanya di konsumsi berdua? Dan kamu bilang sisanya di buang? Orang-orang disini ga pernah hidup susah ya? Mubazir banget!" Lanjut Rara

"Bukan masal.."

"Apa hah? Abisin semua, suruh siapa orang lain yang nyiapin!" Rara akhirnya duduk dan menyantap makanan itu, terlihat Ferdi tersenyum

"Kamu bilang akan cepat basi kan? Cepat habiskan! Aku akan membantumu!" Ferdi hanya mampu tersenyum melihat wanita di depannya.

Pagi yang cerah mereka habiskan bersama, setelah sarapan usai, Ferdi mengajak Rara mengelilingi kastil yang ia huni

"Ini peninggala.."

"Tunggu, kamu ga kerja? Uda si.." Ferdi mendekatkan wajahnya

"Bisa tidak potong pembicaraan saya?" Rara hanya mengangguk menahan malu dan tak mau melihat tatapan Ferdi

"Heem.. maaf saya kadang tidak suka ada yang melakukannya, saya cuti dua hari, semua orang tau kemarin saya menikah" Ferdi menunggu balasan Rara namun Rara malah terus menunduk membuatnya khawatir

"Bisa maafkan saya?" Tanya Ferdi sambil menyentuh kedua bahu Rara, Rara mengangguk namun masih menunduk

"Kita duduk disana!" Perintahnya sambil merangkul bahu milik Rara, terdengar helaan napas panjang di sisi Ferdi

"Ok, lanjutkan.. kamu mau aku diam kan, sudah kulakuan daritadi!" Rara mengakat kepalanya dan melepas rangkulan Ferdi dia tidak suka diperlakukan seperti itu,

karena,

.
.
.

Setelah malam itu Rara sadar, bahwa dirinya dan Ferdi hanyalah kisah fiksi yang tak akan pernah ada dalam kehidupannya, jadi dia menepis segala rasa yang hadir, saat Ferdi mendekatkan wajahnya pada Rara kemarin malam, Rara tersadar dengan bekas lipstik yang tertinggal di kemeja Ferdi

"Mm.. maaf bajumu kotor!" Ferdi menjauh dan melihat noda itu

"Ya tak apa, itu ke usilan saya juga!"

"Biar aku yang cuci!" Seru Rara sambil menengadahkan tangannya

"Buka bajumu!"

"Kamu menggodaku?" Tanya Ferdi

"Bukan, bau tubuhmu sudah tidak segar, lebih baik mandi sana! dan serahkan bajumu, biar aku yang mencucinya!" tanpa menunggu lama Ferdi melakukan hal yang di perintahkan oleh Rara, bergegas dia mengambilnya dan mematikan lampu serta TV dan mengambil kemeja Ferdi

"Aku ke kamar, have a nice dream!" Ferdi hanya tersenyum, senyum yang tak pernah dia lihat

Jam sudah berdentang beberapa kali, saat Rara sudah selesai mandi dan mencuci kemeja dan gaun yang dikenakannya, itu yang selalu ia lakukan jika di kos, tak mau menumpukkan baju kotor, waktu sudah tengah malam tapi Rara tak merasa mengantuk, setelah kegiatan melelahkan biasanya Rara mudah sekali tertidur, tapi kali ini tidak

Rara beranjak dari kasurnya berniat mengambil segelas air yang terletak di ruang TV, saat ia akan keluar terdengar sayup-sayup suara Ferdi sedang menelpon seseorang

"Iya, saya sedang melakukan misi ....."

"Jelas itu tak akan terjadi ...."

"Iya, aku tak akan jatuh cinta padanya" dengan pelan Rara membuka pintunya ingin mendengar hal yang Ferdi bicarakan

"Ini karena dia yang membuat kerusakan, jadi aku memilihnya"

"Ini hanya cerita fiksi dalam hidupnya, dia hanya ku buat bahagia" dan Rara segera menutup pintunya, membenamkan diri di atas bantal.

.
.
.

P

agi ini waktu yang tepat untuk mengetahui masalahnya, sejak kemarin dia begitu sulit untuk membicarakan hal ini, beruntung matanya mengempis setelah ia letakkan es batu di matanya

"Tunggu, ada hal yang mengganjal sejak kemarin, apa kau manusia?" tanya Rara dengan polos

"Pertanyaanmu," Ferdi menahan senyumnya "jelas saya manusia!"

"Lalu, maksudmu dengan duniamu?"

"Kamu hidup di Bumi dan aku di Fantasiana, hanya nama tempat kita yang berbeda, kehidupannya sama saja, hanya disini tak seserakah Bumi!" jelas Ferdi

"Mmm, klo begitu.. Kemana keluargamu? Bukankah saat anak nya menikah, semua sanak keluarga berkumpul? Atau itu tradisi dunia ini?" tanya Rara memulai pembicaraan, terdengar helaan napas Ferdi

"Aku juga tak mengerti, jujur aku tak ingat masa kecilku, begitupun keluargaku"

"Hmmm?" Rara mengerutkan dahinya, mengalihkan pandangannya, melihat Ferdi

"Ya aku tak pernah tau perihal itu, yang ku ingat hanya saat aku menginjak usia 25 tahun, dan bertemu Lisna" raut wajah Ferdi melesu

"Semacam amnesia?"

"Mungkin, tapi saat aku bertanya pada orang terdekatku, mereka pun tak mengingatnya"

"Aneh!" itu komentar Rara

"Kamu ingat saat tiba-tiba terlempar ke sebuah ladang bunga? Itu berada di sebelah Timur, disana terdapat sebuah Kastil, namanya Kastil Timur, tempat tinggal Ham dan adiknya, kamu ingat?" tanya Ferdi memalingkan wajahnya pada Rara

"Oh ya! Saat Reza memukulmu di Lab kan? Kita tiba-tiba terlempar ke duniamu, Fantasiana!" jawab Rara antusias

"Ya, disana adalah tempat kebahagiaan saya dan untuk pertama kalinya saya bertemu Lisna!" wajah Ferdi menghadap angin, menatapnya yang tak kasat mata

Lisna, kau tau? Begitu beruntung engkau, bahkan wajah dan ragamu tak nampak, dia masih mengingatmu

Tak mungkin ada kesempatan lagi, baiklah aku mengerti

***
Dilanjutt hehehe

Masih ada yang ga paham? Boleh ko tinggalkan kebingungan kalian, ada kritik dan saran? Aku juga terima ko heheeh

Uda di add di labrary atau reading list kalian? Hahahah #ngarep karena tindakan sederhana itu membuat aku semakin semangat 😄😄

See you, eh ya edisi boom part masih berlanjut

Salam,
_Rf

On (a)ther StepWhere stories live. Discover now