[24] Analogi Siput

Start from the beginning
                                    

"Kita singgah dulu yah Mbak."

Dan Sasa seperti kerbau yang dicucuk hidungnya pun hanya patuh dan ikut masuk ke dalam butik itu. Kepalanya mendadak pusing melihat Kirana yang berjalan mondar-mandir sambil mengambil acak pakaian yang Sasa tahu berasal dari merek ternama itu.

Bahkan sepotong baju itu mungkin seharga setengah dari gaji bulanan suaminya atau bahkan mungkin setengah dari gaji suaminya setahun dengan syarat mereka hanya makan nasi dan kecap selama setahun penuh.

Dan wanita yang sedang berada dalam ruang ganti itu malah tanpa pikir panjang membelinya. Oh jangan lupakan bahwa mereka juga telah membawa paper bag berisi tas dan sepatu bermerek mahal.

"Mbak, aku cantik gak pakai yang ini? " Kirana berputar ala model cat walk.

Sasa tanpa berpikir lama langsung mengangguk. Bahkan walaupun ia menutup matanya ia pasti akan mengatakan Kirana cantik. Wanita itu cantik memakai apapun. Bahkan ia akan tetap terlihat modis hanya dengan daster yang biasa Sasa beli di pasar.

"Yaudah deh. Aku ambil ini sama yang dua tadi Mbak. "

Kirana menyodorkan kartu kreditnya pada seorang gadis pramuniaga itu. Dan tak berapa lama paper bag mereka kembali beranak 3. Bahkan sebenarnya Sasa hanya membeli celana pendek untuk Raihan tadi. Tapi saat ini ia malah menenteng 7 paper bag lainnya.

"Mbak Ran, Mas Chandra gak marah kamu belanja sebanyak ini? "

Akhirnya kata-kata yang sedari tadi ia tahan pun ia keluarkan. Kirana yang asyik melihat aksesoris pun menoleh pada Sasa.

Dan dengan entengnya Kirana menggelengkan kepalanya. "Ini duit gue. Duit tabungan pribadi gue jadi gak masalah dong kalau gue pake."

Sasa mengiyakan. Tapi tetap saja melihat sifat boros Kirana ia yakin pria sesabar Chandra pun pasti akan marah. Apalagi mengingat kejadian beberapa minggu lalu saat wanita itu kembali belanja seperti kesetanan.

"Mas Chandra gak pernah protes?" pancing Sasa lagi. Jiwa ingin tahunya kembali muncul ke permukaan.

Kirana tampak berpikir sebentar. "Sebenarnya dia pernah marah pas gue make gaji bulanannya buat belanja. Padahal gue gak habisin kok. Gue masih nyisahin 100 ribu. Tapi dia lebay gitu seakan gue kek habis bobol bank. "

Sasa melongo mendengarnya.

"Bukannya dalam Agama Islam, Istri itu berhak dapat semua uang suaminya. Atau bisa dikatakan, duit suami itu duit gue. Dan duit gue yah tetap duit gue. Jadi kalau Chandra marah karena gue habisin duitnya itu salah kan? kan secara gak langsung duit dia itu duit gue jadi gak masalah dong kalau gue mau habisin duit gue."

Ucapan polos Kirana membuat Sasa seakan ingin menjedotkan kepalanya ke tembok. Di satu sisi apa yang diucapkan wanita itu ada benarnya. Namun disisi lain ia merasa Kirana salah. Bagaimana bisa ia seboros itu?

"Mbak, kita makan yuk. Aku traktir."

***

Sasa segera menolak saat Kirana menyeretnya ke salah satu restoran jepang di mall itu. Sasa tahu harga makanan disana mahal dan ia tidak ingin seolah-olah ia memanfaatkan Kirana.

"Beneran gak mau?" tanya Kirana lagi tak percaya. Biasanya saat ia membawa temannya mereka pasti memilih restoran mahal dan meminta Kirana mentraktirnya tapi sedari tadi Sasa bahkan tak meminta dibelikan apapun.

"Lidahku lidah Indonesia. Gak cocok makan gituan. Di Solaria aja, gimana?"

"Mbak ambil tempat dulu aja. Aku mau ke toilet dulu bentar. " Izin Kirana sambil menitipkan paper bag nya pada Sasa.

Chandra & KiranaWhere stories live. Discover now